Sabtu, 07 Juni 2014

Belajar dari QS. As-Shaff : 2 - 3



يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لِمَ تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ‏  ﴿  ۲
 
"Wahai orang-orang yang beriman. mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"

كَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰهِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ‏ ﴿۳
"(Itu) sangat dibenci Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."


Dua ayat diatas mungkin terlihat sederhana namun paling sering terabaikan atau tak disadari oleh sebagian orang, bahkan mungkin termasuk saya.
Sering tanpa kita sadari, kita menyuruh orang lain melakukan sesuatu namun kita sendiri tidak melakukannya. Sebagai contoh paling ringan, mengajarkan kepada anak kecil untuk tidak berbohong, padahal nyatanya kita sendiri tanpa tersadari sering berbohong, menyuruh untuk bersabar, namun diri sendiri termasuk tipe tak sabaran, dan masih banyak lagi hal-hal kecil lain yang mungkin terlihat sepele namun sering terabaikan. 
Dan entahlah, saya hanya saja selalu takut jika mengingat ayat ini, ya saya takut lisan ini menyeru ini itu namun kenyataannya diri sendiri tidak melaksanakannya. Terlebih ketika berperan sebagai kakak mentor, maka tatkala menyampaikan materi mentoring, lancar lisan ini berbicara, bahkan dengan mantapnya menyampaikan tiap detail makna dari materi tersebut. Namun sesungguhnya ada hal-hal yang terkadang hati ini kelu mengatakannya karena pada faktanya diri ini sendiri belum mampu melakukannya. Dan selalu saja, ayat ini terngiang-ngiang di telinga, ketika kamu menyampaikan ini, sudahkah kamu melakukannya? Mengapa kamu menyeru ini itu lantas kamu sendiri tidak melakukannya? Maka, ketika kata "benci" dari Allah pun terlintas, hati ini semakin kecut. 
Mulut yang sering berucap ini, entah sudah berapa banyak ia menampung kantung-kantung dosa untuk dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Naudzubillah.
Maka mungkin muncullah  praduga hati untuk membenarkan sebuah pepatah yang berkata bahwa "Diam adalah emas." Ya, mungkin diam adalah lebih baik, namun sejatinya tak selamanya diam berbuah emas. Lantas jika diam dalam berdakwah, takkan ada yang menyeru pada kebaikan.
Yaa, mungkin diambil ibrohnya, jadikan cambukan untuk kita berhati-hati dalam berbicara, mungkin terkhusus untuk saya pribadi. Ketika hendak menyeru kepada yang lain, pastikan bahwa diri ini sudah mengaplikasikannya. Maka akan mudah bagi kita untuk menyeru seraya sambil mengaplikasikannya bersama.

Mungkin saya bukan seorang ahli tafsir, saya hanya satu dari sekian makhlukNya yang mencoba mengambil sepetik pelajaran untuk dijadikan pijakan langkah dalam berjalan di jalan-Nya. :)


Wallahu a'lam bishawab