Selasa, 30 Desember 2014

Bahagia sesederhana hamparan sawah




Bahagia itu sederhana, ya, cukup sederhana.
Sesederhana mendapati di sekelilingku penuh dengan hehijauan sawah, sungai yang mengalir tenang, dan pepohonan yang seolah melambai dan berjalan beriringan.
Bahagia itu sederhana
Sesederhana melewati hari dengan menyapa desir angin di tepi pantai, ombak yang berlari riang, dan butiran pasir yang putih kecoklatan.
Bahagia itu sederhana
Sebagaimana bahagia yang tak ditemukan hanya jika kita sibuk dalam rutinitas padatnya kota besar
Yang tak ditemukan dari orang-orang kantoran, berdasi, yang sibuk berlalu-lalang berpadu dengan macetnya ibukota

Ah, aku terlalu suka hamparan sawah
walaupun untuk mendapatinya harus melakukan perjalanan jauh kesana kemari.
Aku suka mendapati pemandangan yang mungkin jarang kudapati di rumah, terlebih di kota rantau ini. 
Aku suka melihat padi saat ia mulai tersemai mungil dengan hijau segarnya, hingga saat bulirnya mulai menguning.
Ya, aku suka hingga tak henti beralih pandangan

Bahagia itu sederhana, ya, cukup sederhana
Sesederhana keinginan kecilku untuk turun menuai dan memanen padi
Menancapkan kaki dalam lumpur dan mulai berlari mengusir hama pengganggu
Makan dan mengistirahatkan diri di sebuah pondok mungil di tengah sawah
Seraya menikmati semilir angin yang menghilangkan lelah

Bahagia itu sederhana
Sesederhana bepergian ke suatu tempat yang di dalamnya mudah kudapati suasana desa
Yang selalu membuatku terkagum dengan sawah yang memanjakan mata
Ya, keinginan seseorang yang mungkin mulai bosan dengan hirup pikuk kota
Keinginan yang terdengar sedikit konyol? ya, mungkin.
Konyol tapi tetap saja belum terjamah hingga sekarang

Terima kasih untuk perjalanan kali ini
Perjalanan pulang yang ditemani dengan sawah-sawah meskipun tergenang air bak lautan.
Terima kasih sudah turut mengantar kepulangan perjalanan ini dengan hehijaumu.
Mungkin suatu saat, jika masih diberi umur panjang, kita akan bertemu kembali di tempat yang berbeda
Entah saat kau mulai tumbuh, atau mulai menguning dalam masa panen
:)

Kereta Sawunggalih, Stasiun Kroya, Cilacap, 29 Desember 2014 pukul 20.17
Dalam perjalanan pulang menuju Jakarta
Masih dalam posisi yang sama, memandang hamparan sawah dari balik jendela, meskipun tertutupi oleh gelapnya malam.
Tapi aromanya masih akan selalu ada

PS : Makasih buat ocuun yang bersedia menampung selama 5 hari di cilacap.. :*