Rabu, 30 September 2015

Short flashback




Ini ceritanya lagi nulis sambil bersin-bersin, hidung mampet, suara kayak bebek, batuk kayak nenek-nenek mau ngeluarin isi perutnya.
Entah karena cuaca atau karena imun di tubuh ini telah lelah digempor berhari-hari demi si skripsweet dan baru sekarang mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Tapi terima kasih badan, sudah berbaik hati berjuang bersama tanpa roboh saat badai skripsi beserta embel-embelnya menyerang kemarin. Lebih terima kasih lagi dengan Sang Pemilik Badan ini,yang sudah memberi kekuatan hingga bisa bertahan sejauh ini. Alhamdulillah 'ala kulli hal.

Hari ini, tepat 21 hari setelah dinyatakan lulus sidang, dan tepat 8 hari setelah mengumpulkan segala tetek bengek terkait skripsi ke jurusan yang menandakan berakhirnya perjalanan skripsi di tangan ini. Tinggal menunggu hasilnya besok, dan menunggu selebrasinya (red : Wisuda) 10 hari kemudian. 
Semoga segala jerih payah, peluh, dan air mata yang jatuh menetes ke bumi ini menjadi saksi kesuksesan yang dikumandangkan oleh kampus besok. Tak ada yang bisa menggantikan kebahagian telah menyelesaikan proses panjang ini dengan kerja keras dan perjuangan yang mengorbankan banyak hal. Jika menoleh lagi ke dalam prosesnya di masa lampau,  akan terlihat bekas luka yang tertoreh di mana-mana. Dimana-mana, iya, bahkan sampai menghancurkan hati hingga menjadi puing-puing *eh. haha. Begitu banyak duri-duri yang menghambat perjalanan ini, hingga untuk melewatinya pun harus dengan proses yang berdarah-darah *agak lebai nih* wkwk tapi ya seperti itulah prosesnya. Tak semulus yang diduga pada awalnya. Maka harus siap fisik dan mental untuk melewatinya. Apalagi jika ada gangguan yang bersumber dari faktor eksternal yang jadi mengganggu konsentrasi pengerjaan, semoga tidak banyak terjadi pada teman-teman lain yang akan menghadapi skripsi haha. Sejujurnya mungkin akan terasa mudah jika kita menikmati prosesnya, tak banyak mengeluh, dan konsisten pengerjaannya. Tapi praktiknya kelihatannya tak semudah teorinya yaa haha. tetep aja skripsi masih jadi momok yang menyebalkan bagi mahasiswa tingkat akhir. Tapi ya sudaah..  intinya selesaiii~~

Sisa waktu di kampus abu-abu ini tinggal menghitung hari. Setelah wisuda, status sebagai mahasiswa telah lepas, dan seragam PDA pun hanya tertinggal di tumpukan lemari, entah nantinya mau diapakan. Flashback-flashback kejadian 4 tahun belakangan pun bermunculan. Bagaimana yang dulu masih bocah-bocah ingusan yang baru masuk dan berstatus maba/miba trus menjalani segenap proses magradika dengan seragam yang masih putih hitam. Dikejar sama tugas2 yg bikin tidur cuma beberapa jam. Dari sinilah serangan insomnia dan begadang mulai tumbuh berkembang biak hingga sekarang.
Lalu bahagia dapat seragam PDA untuk pertama kalinya, selfie-selfie dengan pangkat 1 yang menandakan telah resmi jadi mahasiswa tingkat 1, namun lambat laun bahagia itu berubah jadi tekanan dan galau-galau yang bikin stres sana-sini karena ancaman DO.
Lalu bahagia kembali karena telah lolos dari DO dan resmi menjadi mahasiswa tingkat 2. Mulai beraktif ria di berbagai UKM dan kegiatan kampus. Walaupun matkul yang seabrek, tetap aja ngeyel buat sibuk ini itu, rapat sana sini, sampai kosan cuma dijadiin tempat buat tidur doang, dan alhasil IP anjlok dan kembali galau. Tapi dari sinilah mata mulai terbuka dengan pengelolaan manajemen waktu. Mulai belajar untuk mengenal pentingnya manajemen waktu yang baik, dan mulai membiasakan bagaimana untuk memprioritaskan sesuatu. Di sinilah masa-masa aktif yang boleh jadi di kemudian hari akan sangat dirindukan karena kesibukan organisasi yang seperti ini nantinya perlahan akan berkurang seiring pangkat yang membeban di pundak, tergantikan oleh hal-hal yang lebih serius.
Lalu memasuki tingkat 3, belajar dari pengalaman, katanya gamau sibuk lagi, mau fokus memperbaiki IP yang tertinggal. Tapi tetap dihadapkan lagi dengan kegiatan organisasi yang jauh lebih besar namun formal dari kampus dan menjadi salah satu bagian dari perkuliahan. Ya, PKL. Sibuk lagi, rapat lagi, dari pagi sampai malam terus ketemu pagi lagi dan ketemunya orang-orang itu lagi, masalah-masalah itu lagi, rapat lagi, pkl lagi, sampai pengen mabok. Dan penyakit tidur pagi, bahkan sampai ga tidur pun kembali bermunculan. Tapi di sini kembali diajarkan pelajaran baru, tentang birokrasi-birokrasi yang beribet dan rumit, tentang bagaimana cara menghadapi beragam manusia yang memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda, bagaimana cara untuk menghargai dan menghormati, bagaimana cara menempatkan posisi, dan bagaimana cara memelihara yang namanya komunikasi dan interaksi. Sama, di sini juga banyak terjadi pengorbanan tenaga, waktu, dan perasaan, serta keringat dan airmata yang berlimpah haha. Duh, PKL. Terlalu banyak memori di sana, mungkin di lain waktu bakal dibikin tulisan tersendiri.
Dan jreengg.. masuk ke tingkat akhir, tingkat 4, awalnya sih santai, matkul cuma dikit, kegiatan uda ga ada, tapii.. menjelang akhir tahun, mulai kelabakan nyari topik-topik skripsi, nyiapin proposal, nyari dosbing, dan masuklah dalam tahap pengerjaan skripsi yang citarasa nya yahut bangeet haha.
Dan akhirnya pada tahap sekarang, sebentar lagi, pangkat 4 di pundak ini bakal lepas. Dan baru sadar, oh waktunya sebentar lagi ya? tinggal menghitung hari berada di kampus ini, berada diantara teman-teman yang 4 tahun terakhir selalu ada dalam jangkauan mata. Aih, dan tiba-tiba jadi baperan. :(
Dan entahlah, bagaimana kehidupan selanjutnya. Kata orang, kehidupan yang sebenarnya akan dimulai saat memasuki dunia kerja, dunia nyata, bukan lagi di corat-coret kertas dan nilai, tapi kerjaan nyata yang menunggu, dan masalah kehidupan yang sebenarnya pun juga baru akan dimulai.

Apa kabar masa depanku? Tiba-tiba jadi kepikiran bagaimana kehidupan saat lepas dari wisuda nanti. Masalah-masalah kecil kemarin-kemarin aja berasa mati-mati ngadepinnya. :|
Bismillah, tak ada yang berat jika dinikmati kan ya? yaudah biarkan air mengalir entah kemana, biarkan waktu membawa kemana, semoga selalu membawa ke dalam kehidupan yang baik :)

Kisah selanjutnya akan terjadi, magang, penempatan, kerja, dan nikah (?) haha 
Jadi, sudah siap beluum hayoo :p
 

Minggu, 27 September 2015

Suudzon vs Husnudzon

 

Tak ada yang dapat menjamin kehidupan selalu benar seperti yang terekspektasikan
Tak ada yang menjamin pula apa yang kita jalani ini adalah benar-benar jalan yang seharusnya kita lewati
Serta tak ada juga yang dapat menjamin apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan adalah apa yang seharusnya benar-benar sebuah kebenaran.
Tak ada.
Tak ada yang menjamin semuanya benar sesuai ekspektasi
Yang ada hanyalah sebuah argumen-argumen pembelaan yang menjadi pondasi kita berpikir bahwa segala yang terjadi seperti apa yang termindset di dalam alam bawah sadar kita.
Maka saat itu terjadi, yang kita perlukan hanyalah berhusnudzon tentang apapun yang telah terjadi
Karena hanya dengan begitu segala pertanyaan tak berlogika di pikiran ini dapat terjawab
Mungkin kadang hati ini membantah, pasti. Logika itu kadang bisa melebihi nurani
Tapi tetaplah melunakkan hati, meski logikanya benar, ambil alih dengan nurani bahwa baik itu ketetapan baik atau buruk, kejadian baik atau buruk, selalu ada sisi baik di dalamnya, selalu ada kandungan hikmah yang dapat diambil poin pentingnya.
Dan yang paling penting, dengan begitu, tak akan muncul firasat-firasat serta praduga tak bersalah yang justru dapat menjadi penyebab penyakit hati yang lain.
Allah selalu punya cara untuk menunjukkan jalan terbaikNya melalui berbagai macam peristiwa.
Kadang memang bukan selamanya berupa jalan mulus nan lurus, tapi bisa saja berupa tanjakan, berbatu, dan berliku
Kadang memang bukan selamanya berupa peristiwa baik yang kita lihat atau alami, tapi bisa saja berupa peristiwa buruk yang tak kita duga sebelumnya.
Terlepas itu kejadian yang kita alami sendiri,  atau kejadian yang berada di sekeliling kita.

Memang sulit untuk selalu berbaik sangka, sementara mungkin logikanya kita tahu yang sebenarnya terjadi memang ada buruknya yang menyebabkan kita berpikir yang tidak-tidak.
Tapi mari coba mulai belajar untuk menepis rasa buruk sangka itu dengan sisi lain yang sering tak kita lihat.
Menerjemahkan suudzon menjadi husnudzon itu memang kadang tak mudah.  
Pertengkaran dua sisi ini dalam benak kita pasti akan selalu ada, dan yang menang akan senantiasa leluasa untuk terus menguasai hati dan pikiran, sekarang, bahkan seterusnya.
Maka, diri kita yang memilih, sisi mana yang akan dimenangkan.
Tidakkah kita ingin kebaikan yang tumbuh dalam hati dan pikiran kita?
Tak ada salah menyimpan rasa huznudzon. Pun jika pada akhirnya kenyataan mengumandangkan sebuah keburukan, setidaknya kita tidak ikut mengotori hati kita dalam keburukan tersebut dengan sifat suudzon.
Hati kita masih akan menerimanya sebagai suatu hikmah yang bisa dipetik untuk dijadikan pelajaran di kemudian hari.

Selalu pegang erat keyakinan bahwa "Ketetapan Allah selalu baik"
Apa yang terjadi, itulah yang paling baik yang Allah tetapkan untuk kita.
Allah selalu punya kejutan yang baik dan indah untuk hambaNya, meskipun kadang terbungkus oleh rasa sakit, kesedihan, dan cobaan. Teruslah membukanya, dan lewati tiap bungkusnya, maka di dalamnya akan ditemukan kado terindah dari Allah.
Selalu percaya, bahwa apa-apa yang terjadi ialah fase hidup yang Allah gunakan untuk menjadikan kita lebih baik.

Meski kadang susah, teruslah belajar dan membiasakan diri.
Kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang akan tumbuh mengakar dalam hati dan akan secara alamiah timbul tanpa kita sadari.
Maka tumbuhkanlah yang baik-baik, agar kita juga senantiasa dilimpahkan segala kebaikan :)

mungkin diri ini juga salah satu hambaNya yang tak luput dari rasa suudzon,
jadi mari kita sama-sama saling belajar
belajar untuk berpikir yang baik, berucap yang baik, bertindak yang baik, bersifat yang baik, dan menjadi sebaik-baiknya hambaNya
Proses belajar mungkin kadang butuh waktu yang panjang, tapi jika ada niat yang kuat dari dalam hati, apapun yang  sulit akan dimudahkan kan? :)
Yuk, keep Husnudzon!! Husnudzon kepada Allah, pada diri sendiri, juga pada orang lain. Bismillah ^^

PS : Terkadang tanpa sadar sebuah kejadian kecil, sebuah tulisan singkat, sebuah ucapan tanpa sengaja, bisa menjadi perantara hidayah yang jika kita resapi akan menjadi suatu hikmah hebat yang membawa pelajaran bagi hidup, namun kadang kita luput darinya dan berlalu tanpa membawa apa-apa. Terima kasih bagi yang yang mengingatkan baik sengaja maupun tanpa sengaja.
Pelajaran hari ini, hikmah dan hidayah bisa datang dari mana saja dan dari siapa saja jika kita bisa memetiknya dengan baik, dan lagi, jika kita berbaik sangka pada setiap kejadian yang ada. :)

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 216)