Selasa, 18 Desember 2018

Diary Book



Tulisan ini diawali dengan ucapan alhamdulillah, karena akhirnya setelah sekian lama buku diary ini hilang dan ku sudah lelah mencari, akhirnya kemarin ketemu jugaa. Duh nis, hal sensitif parah kaya begitu bisa-bisanyaa taruh sembarangan, untung tak ditemukan oleh orang lain -_-"
Kalo sampai dibaca orang, tamatlah riwayatmu =="

Mungkin bagi sebagian orang menulis diary adalah suatu hal jadul yang membosankan untuk dilakukan. Apalagi di jaman sekarang status, story dan sejenisnya mulai booming dan viral di kalangan anak muda. Semua mulai bebas berekspresi mengungkapkan apa saja yang sedang dilakukan, sedang dipikirkan, dan sedang dirasakan. Apalagi di jaman teknologi yang super canggih ini, berbagai macam media sosial mulai menjamur, kita tinggal memilih ingin berekspresi di media sosial yang mana. Termasuk aku, aku juga merupakan salah satu yang menikmati perkembangan era global yang membuatku bebas berekspresi di mana saja. Tapi, ada beberapa hal yang tak sembarangan bisa dipublish untuk dinikmati oleh kalangan umum. Karena apa yang disajikan untuk umum hanyalah hal-hal yang secara global bisa diterima oleh semua orang, apa yang hanya ingin kita tampilkan saja, sisanya, khususnya apa yang terasa di dalam hati yang sesungguhnya, tak perlulah kurasa netijen mengetahuinya, apalagi di jaman now dimana muncul fatwa "netijen maha benar" dan mengetahui segalanya. Jadi bijak-bijak lah menjadi netijen dan bijaklah menggunakan jari anda untuk mengetik gaess. Sekarang bukan zaman "mulutmu harimaumu", tapi zaman "ketikanmu harimaumu" wkwk.

Oke kembali ke topik, itulah mengapa, meskipun berbagai medsos menawarkan berbagai fitur canggihnya, ku tetap tak bisa meninggalkan yang namanya "buku diary" haha, jadul ya? gapapa, itu salah satu caraku mengekspresikan hal-hal secara bebas dan rahasia wkwk. Blog ini adalah salah satu diary elektronikku, masih menjadi tempat paling nyaman menumpahkan banyak hal dibanding media sosial lainnya. Tapi tetep aja, aku masih punya buku diary yang kayanya masih jauh lebih nyaman dibanding apapun. Karena hanya aku dan Yang Maha Tahu lah yang tahu hihi.

Aku udah mulai suka nulis diary sejak SD, dimulai dari pelajaran bahasa Indonesia yang sering banget dikasi tugas mengarang, jadilah aku punya buku diary khusus yang buat ku orat-oret biar kalo ada tugas mengarang jadi lebiih lancar wkwk. Kalo jaman SD mah isinya masih tentang liburan, keadaan selama sekolah, tentang teman-teman, masih polos-polos ala anak SD jaman old lah ya, kalo jaman now mah, kayanya gausah ditanya deh. Udah kalah-kalah mah orang dewasa ._.

Salah satu hal yang paling menyenangkan dari menulis diary adalah kita bisa menertawai kebodohan dan kealayan yang pernah kita lakukan di jaman dulu wkwk. Dan pastinya kita bisa melihat sudah sejauh mana kita berjalan dan berkembang hingga sekarang, masih stagnan kah? sudah membaikkah? atau malah semakin menjadi buruk. Bagiku diary itu adalah cerminanku di masa lalu, yang ketika kubuka akan mengingatkanku banyak hal, ini loh dulu kamu pernah gini, kamu pernah ada di titik ini dan kamu sudah berhasil melewatinya, ini loh dulu kamu pernah bodoh begini, jangan diulangi lagi, ini loh dulu kamu dulu bisa seperti ini, kok sekarang kamu gak ngapa-ngapain, dan banyak hal lagi yang membuat aku menyadari bahwa telah banyak perjalanan dan kisah yang telah aku lalui hingga sampai sekarang. Aku sudah berjalan sejauh ini, dan aku harus lebih baik dari aku-aku dimasa lalu seperti yang tertulis di buku diary. Disana terekam jejak-jejak kehidupanku yang kalo diingat tentu aja jadi pengen ketawa, duh bocah ngapa ya nulis beginian wkwk.

Sampai sekarang masih nulis? Iyess, karena disanalah kutitipkan segala ceritaku yang cukup aku yang simpan sendiri. Walaupun nggak serutin jaman-jaman dulu yang kayanya tiap hari nulis, bahkan sampai dua kali sehari nulis kalo lagi banyak-banyaknya momment. Kalo sekarang mah sesempatnya aja, kalo pas lagi nggak ada yang dikerjain, yang penting momen-momen penting pasti kucatat meskipun harus curi-curi waktu hihi. Eh lupa ding, setahun terakhir aku udah nggak punya buku diary, Tahun lalu, tepat di akhir tahun aku menutup diary ku, aku merasa tak butuh lagi merekam jejak-jejak yang sepertinya tak ingin kubakukan lagi. Biarkan saja dia lewat, lalu menghilang tertelan waktu. Karena ada beberapa hal yang sebaiknya cukup disimpan dan dirasakan di detik itu saja, tanpa perlu diingat lagi. Mungkin agar aku tak terlalu berkhayal jauh, dan menyimpan harapan untuk sebuah momen yang terjadi. Haha berat ya bahasannya. Tapi seperti itulah. Ya walaupun masih adalah tulisan-tulisan yang kurangkum dari diary-diary harianku setahun ini, tapi cukup kujadikan tulisan tanpa nama saja, tulisan global, universal, yang masih bisa dimaklumi untuk kuposting di blog hihi. 

Tapi setelah dipikir-pikir, aku sepertinya harus mempunyai diary lagi, agar aku bisa berbagi perasaan bersamanya tanpa perlu kupendam-pendam, karena jujur, menyimpan perasaan sendiri itu berat, aku tak kuat, biar buku diary saja *apalah apalah wkwk.

Jadi, menyongsong awal tahun yang baru ku kayanya harus bersiap membeli diary baru deh. Dan mari kita membuka lembaran yang baruuu~~

Sekian tulisan abstrak hari ini, selamat menulis diary kehidupan mu dear :)