Selasa, 05 Mei 2020

Menciptakan Rasa Nyaman



Ada sebuah petikan kalimat dari penulis 'Letters to Karel" yaitu Nazrul Anwar yang berbunyi :
"Tidak semua tempat bisa memberi rasa nyaman. Di banyak tempat, kita sendiri yang harus menciptakan rasa nyaman itu."
Awalnya kupikir, dengan kita menerima segalanya dan mengikuti segala aturan alam untuk membuat lingkungan sekitar kita terus bahagia sudah cukup bisa memberikan rasa nyaman. ternyata seiring berjalannya waktu definisi nyaman itu mulai buram di pikiranku, definisi bergeser, dari membuat orang lain bahagia menjadi membuat diriku bahagia. Ternyata, definisi membahagiakan orang tidak ada batas pencapaiannya, tak ada habisnya, alih-alih membahagiakan orang, secara perlahan malah menyakiti diri kita tiap waktunya, padahal orang tersebut tak pernah merasakan perjuangan kita, dan sibuk berasumsi dengan pemikiran mereka sendiri.

Dulu aku tak pernah sibuk memikirkan bagaimana caranya untuk menciptakan rasa nyaman, karena disekelilingku dipenuhi orang-orang yang selalu membuatku nyaman, jikapun tak nyaman aku bisa segera beralih ke tempat lain yang saat itu bisa membuatku nyaman, lingkaranku banyak, dan membuatku tak perlu khawatir merasa tak nyaman. Hal itu juga dikarenakan mereka-mereka yang ada disekelilingku sesungguhnya orang-orang yang tanpa sadar terseleksi oleh alam untuk membersamaiku dari sekian ratus orang yang berhamburan di depan mata. tanpa sadar kita memilih yang sefrekuensi, lalu tumbuh bersama dan membentuk rasa nyaman bersama. Tapi sekarang, kita tidak bisa memilih, kita hanya bisa menjalani, dan belajar untuk memahami orang-orang yang tak sepemikiran dengan kita, yang tak sefrekuensi, yang tak seirama, dan saat itulah pada akhirnya kita harus belajar untuk beradaptasi atas keberagaman yang kadang tak sejalan dengan apa yang kita mau.

Lingkungan yang kujalani, tanpa sadar mengubah sudut pandangku, bahkan mengubah karakterku. Sebegitu besarnya porsi lingkungan dalam membentuk diri kita, dan aku memahami itu sekarang. semoga Allah selalu menempatkan kita dalam lingkungan yang baik dan orang-orang yang baik.
Aku tak pernah mengatakan jika lingkunganku tak baik, justru aku bersyukur diantara sekian tempat, tempatku sekarang sungguh sangat baik, dan dipenuhi dengan orang-orang baik sehingga aku tak pernah merasa kekhawatiran akan diperlakukan secara zalim atau berada dalam posisi buruk. Akan tetapi, seperti yang sebelumnya kukatakan, aku terlalu sering berada dalam lingkaran frekuensi yang sama yang membuatku nyaman, dan itu menyebabkan aku sedikit kesulitan beradaptasi dengan lingkaran yang memiliki frekuensi yang berbeda. Aku yang memang dari awal tercipta dengan insting baper yang cukup tinggi membuatku sering kali menahan sesak di hati, dan menyimpan rasa tak nyaman seorang diri. Aku mencoba bertahan, mencoba memahami, mencoba meredam tiap rasa sesak dan amarah yang seringkali bergejolak, mencoba memikirkan hal apa yang membuat orang-orang tak tersakiti dan membuat mereka senang. Awalnya aku tak sanggup mendengar segala bentuk ocehan dan celetukan yan tak nyaman didengar, dimarahi, dikomplain, dikritik pedas, yang tentu saja membuat aku stres mendengarnya. Semua itu membuatku lemah dan menjadi orang insecure yang cengeng. Seiring berjalannya waktu, aku tau itu tak baik untuk kesehatan mentalku, dan aku mencari suasana segar yang baru agar aku bisa bernafas sejenak dari kebisingan yang menyesakkan ini. And thanks to my beloved tuche yang memberi banyak pencerahan. Dan akhirnya aku tahu permasalahannya, aku tidak membiarkan energi positif ku keluar dan bereksplorasi sehingga akhirnya tertutupi dengan energi negatif yang membuatku stres. Aku yang dulu dipenuhi dengan segudang aktivitas dan menyibukkan diri dengan hal-hal produktif, tenggelam disini dan itu membuatku kehilangan jati diri. Akhirnya aku mengikuti berbagai komunitas yang mungkin akan kujabarkan di tulisan selanjutnya.

Intinya adalah, love yourself first, save yourself first, and create your own happiness first. Seiring berjalannya waktu aku mulai belajar banyak hal, bahwa kita tidak bisa menggantungkan kebahagiaan kita dengan orang lain, kita tidak bisa membahagiakan semua orang, kita tidak bisa terus memikirkan apa kata orang lain. Aku tahu aku sudah sangat sering menyerap energi negatif, yang kubutuhkan adalah mencari energi positif untuk menyeimbanginya. Aku memang belum bisa 100 persen untuk tidak memikirkan hal-hal tersebut, tapi alhamdulillah sudah sedikit berkurang. walaupun pada akhirnya aku menjadi berbeda dari aku yang sebelumnya, tapi demi kesehatan mental, i know i must do this. Memang sulit untuk menciptakan rasa nyaman itu, butuh tenaga ekstra dan kadang melelahkan hati, belajar untuk terbiasa dengan apa pun pemikiran orang dan menjalani apa yang aku mau tanpa harus memikirkan apa yang orang lain pikirkan, itu tidak semudah yang dibayangkan, tapi aku butuh itu agar hatiku tetap baik-baik saja. Karena pada akhirnya, kita ternyata memang harus struggle dan berjuang sendiri dimanapun kita berada.

Semakin dewasa ternyata kita akan semakin paham, bahwa hidup tidak tentang meminta seseorang untuk membuat kita nyaman, hidup tidak tentang menuntut lingkungan untuk memberikan kenyamanan bagi kita. Tapi kita yang harus belajar beradaptasi dengan lingkungan yang tak biasa dan membuatnya menjadi nyaman untuk diri kita. Kita yang harus menciptakan kenyaman itu dengan cara kita sendiri, agar kita tetap waras. Memang tak instan, tapi semoga semakin banyaknya waktu yang dijalani, semakin banyaknya masalah yang dilewati, kita akan semakin paham dan mahir untuk menciptakan rasa nyaman kita sendiri.