Sabtu, 30 Maret 2013

Teruntuk yang mencoba istiqomah :)


Teruntuk sahabatku yang sedang dibalut keresahan..

Wahai ukhti, Kadang hidup memang terasa tidak adil.
Di saat kau menginginkan jalan yang terbentang indah di depanmu,
kau harus berbelok arah ke jalan yang tak pernah sekalipun kau lihat.
Jalan yang mungkin telah kau lalui hampir separuh jalan, yang di sisi kiri kanannya telah kau tanami benih-benih bunga yang indah.
yang kau harapkan kelak ketika kau telah sampai diujungnya, kau dapat melihat hamparan taman bunga yang telah kau tebar di setiap titian langkahmu.
Tapi angin takdir seolah menyeretmu kembali dan berbelok arah ke jalan yang asing untukmu.
Jalan yang gelap, karena seluruh sumber cahayamu telah kau tinggalkan di jalan yang sebelumnya telah kau lalui.

Jangankan untuk menanam benih-benih kembang, untuk menemukan pegangan kokoh agar kau dapat berjalan saja tak bisa.
Hidup ini sungguh tak adil kah ukhti?
kau harus menyusuri jalan yang gelap sementara di sebelahmu kau tinggalkan jalan penuh cahaya dengan bunga-bunga indah yang mulai bermekaran.
Jalan ini tak hanya gelap tapi juga penuh kerikil yang bisa saja membuatmu tersandung jatuh.
Bahkan bisa saja membuat kakimu terluka.
Lantas sulit bagimu untuk bangun kembali.
Semakin putus asa kah kau ukhti?
Saat kau sedang terjatuh dan terluka.
Semua orang malah dengan cepatnya berlari, berlomba penuh ambisius untuk menjadi yang pertama mencapai garis finis.
Bahkan tak melihat kau sedang jatuh tersungkur tak berdaya, mengapa mereka terus saja berlari dan tak meraih tanganmu untuk memapahmu bersama mereka berlari?
pertanyaan itukah yang terbayang ukh?
Tapi kau katakan bahwa jalan ini gelap,
bukankah bukan salah mereka jika mereka tak menolongmu lantaran mereka tak dapat melihat dalam kegelapan?

Wahai ukhti yang cantik jelita.
Jalan ini sesungguhnya tidaklah gelap.
Kau hanya terlalu erat menutup matamu hingga kau tak melihat cahaya yang berkerlap-kerlip bahkan di tiap jengkalnya.
kau hanya dengan mudahnya meninggalkan semua penerangmu dijalan sebelumnya, hingga menggelapkan jalanmu saat ini,
dengan harapan kau diberi waktu untuk mengambil penerangmu di jalan sana, dan setelah di sana kau akan bersembunyi dan tak akan ingin kembali ke jalan yang tak seharusnya kau tempuh.
Tapi harapanmu sayangnya tak mampu mengubah anganmu ke dalam realistis kehidupan.
Padahal jika kau lihat, sungguh terhampar tanah subur yang telah tertanam berbagai jenis bunga.
Ya, berbagai jenis bunga ukh, tak hanya sejenis bunga saja, seperti yang dulu kau tanam di jalanmu sebelumnya.
Sungguh indah bukan? Kau hanya tinggal menambahkan benih bungamu di sana dan sempurnalah taman bunga di pinggiran jalan itu.
Tapi kau berjalan dengan begitu emosinya hingga tak ingin melihat sekitarmu.
Bahkan tanganmu terkatup kaku, enggan untuk terbuka menebar benih bunga.

Wahai ukhti tersayang..
Jalan kita sama, tak ada yang berbeda.
Jika kau katakan jalan ini bukan jalan yang seharusnya kau susuri, begitu pula aku.
Jika kau katakan terlalu lelah berjalan di jalan yang sungguh begitu asing bagimu, begitu pula aku.
Jika kau katakan kau tak terlalu hebat untuk berlari di antara kerikil-kerikil yang menghadang ini, bagaimana pulalah dengan aku yang tak seenergik dirimu.
Jika kau katakan kau terlalu lelah untuk menyusuri jalan ini, bagaimana pulalah dengan aku yang tak memiliki kesabaran yang tangguh sepertimu.
Hidup ini memang sulit ukh, tapi bukan kah Allah menjanjikan kepada umat-Nya "Maka Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." Maka bukankah janji Allah sudah cukup untup meneguhkan hati ini di sini?
Sesungguhnya ukh, jika kuturuti naluri ini, sudah jauh-jauh hari ku pergi melarikan diri dari sini.
Hanya saja rasanya kaki ini membatu di sini, enggan berbalik arah kala membayangkan senyuman utuh bak torehan bulan sabit di sebuah wajah teduh seorang ibu.
Hanya saja rasanya perasaan kalut yang membuncah di hati ini menciut kala membayangkan guratan-guratan lelah yang tertoreh bagai torehan pedang yang menancapkan ribuan asa dan harap di sebuah wajah wibawa seorang ayah.

Kehidupan ini kejam kah ukh?
merubah dalam sekejap seluruh impian yang sebelumnya telah tergantung dengan rapinya di sisi-sisi bintang di langit.
Jika memang ingin rampas, rampas saja secara paksa, biar fisik ini dapat berontak.
Sayangnya jalannya terlalu lembut, terlalu halus bahkan tak ada alasan untuk berontak paksa.
bahkan lidah ini pun kelu tak mampu menolak ketika genggaman lembut jemari ibu menyentuh tiap senti titik kepekaan kulitmu.
Yaa, semua ini demi ibu, demi ayah yang selalu menginginkan hal terbaik untuk anaknya.
Sayangnya kebaikan itu belum sepenuhnya diterima oleh hati yang terlalu tenggelam dalam kubangan impian yang telah berhasil diraih.

Tapi tahukah ukh..
kekejaman itu sesungguhnya dapat meleleh menjadi air yang menyejukkan hati dengan sentuhan keikhlasan.
Jalan yang gelap itu dapat menjadi terang benderang menyinari tiap langkahmu dengan setitik cahaya yang hidup dari pelita hati kecilmu.
Kerikil-kerikil itu dapat kau singkirkan dengan sapuan kemantapan hati, bahkan jika kau mau, kerikil itu dapat membantumu sebagai penghias tamanmu.
Bukankah itu indah ukh?
Sungguh Allah tidak menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk makhluk-Nya.
Susah memang, apalagi jika bayangan akan kenyataan yang tak senada dengan keinginan hati.
Tapi pernahkan kau dengar ukh, Ala bisa karena biasa..
Mengapa tidak kita coba meskipun mungkin pada awalnya bayangan nol besar alias nihil terjuntai lebar di depan mata.
Bukankah Allah tidak akan menguji makhluk-Nya di luar batas kemampuannya?
Lantas jika begitu, mengapa kita mesti menyerah bahkan sebelum diakhir batas kemampuan kita?
Sulit kah? pasti, terlebih jika dalam pikiran terus disugestikan kata "sulit" yang menghadang kemudahan untuk keluar.
Mengapa tidak kita coba sugestikan bahwa semuanya akan berjalan dengan mudah?
Tentu Allah akan menuntun kita dalam kemudahan.
Percayalah ukh, tak ada yang sia-sia.
Apapun yang kita lakukan suatu saat akan kita temui hasilnya.
Hanya masalah waktu yang mungkin memberatkan, tapi jika kita jalani bersama tidakkah itu bisa sedikit teringankan?

Teruntuk ukhtiku yang tegar dan kuat.
Biarkan ku meraih tanganmu, berjalan bersama berangkulan dalam asa.
Bersama-sama membuka hati untuk masa depan yang terang menanti.
Bukankah hidup ini sungguh indah?
Abaikan matamu untuk saat ini, berjalanlah perlahan dengan mata hatimu.
Biarkan ku membantu menuntunmu, tidak, tapi kita saling menuntun dan berpegangan tangan.
Bersama menyemai benih-benih bunga di sepanjang jalan yang tertempuh.
Lihatlah ketika di akhir nanti, biarkan benih itu tumbuh menjadi seluas-luasnya taman bunga.
Jika kelak tiba saatnya, semuanya akan berlalu dengan sangat indah.
Taman bunga itu bisa kita petik, mengapa tidak? itu adalah hasil kerja kita selama melangkahkan kaki di jalanan yang berujung indah ini.
Petiklah ia, petik sesukamu, pilihlah bunga-bunga yang bermekaran indah, dan jadikan ia sebagai kado paling indah untuk ayah ibumu.
Tidakkah itu sungguh impian indah ukh?
Maka tersenyumlah sekarang..
tak ada lagi alasan untuk bergundah gulana.
jika kau perlu pegangan untuk berjalan, jabat saja tanganku.
Aku akan ada disini, tentu saja berjalan disisimu..
karena kita adalah saudara :)

Teruntuk saudara-saudara tercintaku yang sekarang sedang mencoba istiqomah.
Semoga Allah senantiasa meringankan jalan kita di sini.
Tetap beristiqomah hingga di ujung jalan.
Di ujung perjalanan yang kelak bercabang dan membawa kita pada kesuksesan masing-masing :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar