Rabu, 28 Agustus 2013

Abstrak 3~

Ketika ingin mencoba memberikan yang terbaik dan mencoba untuk memberikan kebermanfaatan bagi orang lain, namun yang dilakukan justru memperburuk keadaan, itulah suatu keadaan yang sangat fatal bagiku. Dan ketika semua sudah terjadi, tak ada yang dapat menghilangkan penyesalan tak berarah yang terus menerus menggentayangi tiap senti demi senti titik pikiranku. Ah, dan terlagi muncul satu pernyataan mematikan itu, yang terus menekanku hingga ku muak, yang terus mendesak hingga dadaku sesak untuk memikirkannya, dan ia muncul lagi.. " seharusnya dari awal aku tidak melangkahkan kaki di jalan ini jika akhirnya tak ada kebermanfaatan yang dapat kuberikan."

Kamis, 22 Agustus 2013

Angin . . .

Sepoi angin membelai wajah, ia tak berwujud, hanya saja terasa adanya. Membelai dengan halus, menyejukkan dan menenangkan. Terkadang terasa hanya untuk diri sendiri, padahal nyata nya sepoi angin tersebut menyebar ke berbagai penjuru, menyapu tiap-tiap wajah, agar yang bermuram durja sejuk hatinya, agar yang sedang melamun tersadar dari alam bawah sadarnya, agar yang sedang bahagia menjadi terlengkapi secara sempurna kebahagiaannya. Sepoi angin itu, bukan hanya dinikmati sendiri, tapi dinikmati banyak orang, ia memberi kesejukan tanpa pilih kasih, hanya ingin menunjukkan akan keberadaannya yang mampu peduli pada sekitar. hanya saja terkadang hati terlalu egois, ingin selalu merasakan hembusan si angin, tak peduli ia harus menggunakan berlapis-lapis rajutan kain, yang penting angin tetap menemani, menemani kesendirian yang terasa kaku, terasa hampa, kadang tak peduli jika angin tersebut membuat tubuhnya rapuh, sakit. Hanya saja keberadaannya terus dinantikan. Jika berwujud, tentu sudah dimiliki sendiri, hanya saja ia tak dapat digenggam, ya.. karena ia milik semesta. Ia menyejukkan siapa saja, ia menyejukkan semesta. 

Yaa.. angin.. entah kenapa semua terlukiskan bagai angin. semu tak berwujud tapi selalu saja membuat terlena. Tak dapat termiliki secara utuh, hanya mampu merasakan hawa nya sekejap. Bahkan untuk menggenggamnya sejenak, sulit tanpa hasil. Ia selalu pergi, dan memberi kesejukan pada seluruh jagad. 

Wahai angin, tidakkah kau hanya ingin bermain sejenak, mengepul-ngepul, membelai-belai wajah. Memancing jiwa-jiwa yang rapuh hatinya, agar terlena akan sejuk hembusanmu. Cukuplah angin, sepoikan hembusanmu hanya untuk jiwa yang berpeluh, yang sangat membutuhkan akan hadirmu. Agar tak ada jiwa-jiwa yang masuk angin, jiwa-jiwa hampa yang terisi angin semu, semu.. semu tak berujung..


Selasa, 20 Agustus 2013

My holiday . . .

Sebenarnya banyak banyak dan banyak banget yang pengen ditulis di blog, cuma aja ga punya banyak kesempatan buat ngetik berjam-jam di depan laptop kalo udah di pontianak. Banyak godaannya, ada aja yang mengalihkan perhatian, kadang juga udah serius mau nulis, eh dipanggil buat bantu ngerjain tugas rumah. Well, akhirnya tuh sketsa-sketsa tulisan di kepala jadi puing-puing yang berserakan. Dan sekarang udah di jakarta, sampai bingung mau nulis apa aja. Abis ceritanya udah pada campur aduk sih di otak.. -_-

oke, garis besarnya dulu aja deh..
Liburan...
di pontianak liburanku banyak kuhabiskan di rumah, jalan keluar bisa dihitung pake jari, ke tempat keluarga 3 hari doang, ditambah jalan bareng sahabat SMP dan SMA ku, selebihnya di rumah. Ngapain? bengong? gak lah, ga sempat itu mah. Kerjaannya ya ngasuh adikku yang paling kecil, Syifa. Umurnya baru 1 tahun 5 bulan. Karena kedua orangtuaku kerja, dan mumpung aku di rumah jadi adikku dicutikan dari tempat penitipannya dan aku yang mengasuhnya di rumah. Berasa benar-benar babysitter, ngurus anak seusia setahunan itu berat juga, dari makan, buang air, nakalnya, dan lain-lain. Tapi ga masalah bagiku, karena banyak fase-fase pertumbuhan adikku yang ga ku ikuti, jadi mumpung libur ini lah benar-benar menghabiskan waktu dengan adikku ini.
Nih ada foto kami  ^^



Oh iya, di hari terakhir liburan di pontianak, kami sekeluarga menghabiskan malam dengan jalan-jalan ke alun-alun kapuas, ngeliat air mancur melodi, jadi air mancurnya itu bergerak sesuai irama musik yang diputar, keren. ^^ Tapi ga setiap waktu bergerak, katanya sih hanya sejam doang , tapi cukup memanjakan mata, keren ih, kalo ke pontianak mesti liat nih air mancur ya.. :D
Habis puas melototin air mancur, kami capcus jalan-jalan di sekitaran alun-alun, kadang singgah bentar di beberapa selasaran buat ngeliat barang-barang yang di jual, murah-murah gitu. Terus kami duduk bareng di tepi sungai sambil makan sosis goreng, trus aku beli jam tangan ukiran yang kembaran sama adik pertama ku. Puaas banget rasanya menghabiskan malam terakhir di sini. Sayang waktu terlalu cepat berlalu...
Nih sedikit foto-foto kami di sana :D


Tentang liburan.. hmm.. liburan tahun ini sebenarnya tergolong lama banget, hampir 3 bulanan. Moment yang langka banget, moment yang paling ditunggu-tunggu anak rantauan nih.. Begitu pula aku.
Tapi aku malah menyia-nyiakan moment besar untuk berkumpul lama sama keluarga ini :(
sebenarnya ga menyia-nyiakan sih, hanya saja mengesampingkan dulu untuk mengerjakan sesuatu yang lebih penting. Ya, aku hanya menikmati waktu liburan bareng keluarga sebulan doang, malah ga sampai sebulan ding, kurang dua hari. tanggal 18 agustus kemarin aku udah menginjakkan kaki kembali di jakarta, bergelut dengan amanah-amanah yang berbaris antri menunggu buat ku kerjain.

Amanah pertama, Pelaksana kegiatan Mentoring Akademik (MetA) Matrikulasi 55, Apa itu? merupakan salah satu program kerja Rohis STIS yang bergerak di bidang akademik. Kegiatan ini dikhususkan untuk adik-adik jalur PMDK yang diterima di STIS, yang mana merupakan sharing pelajaran yang diselingi dengan tausiyah dan tilawah. Dan karena aku adalah sekdiv di divisi akademik tersebut maka akupun harus mengoordinir pelaksanaannya untuk yang akhwat. Awalnya kegiatan ini seharusnya sih sekitar bulan mei-juni gitu, ntah kenapa tahun ini matrikulasi dari kampusnya molor lama banget sampai agustus. jadilah kegiatan ini dilaksanakan pas libur.

Amanah kedua, panitia magradika 55. Sebenarnya dulu sempat galau juga mau ikut panitia atau nggak, mengingat sungguh banyak menyita waktu libur. Hanya saja ketika amanah itu datang, tak ada yang dapat dilakukan kecuali menerima dan mencoba memberikan kontribusi sebaik mungkin. Begitu pula denganku. Ada alasan tersendiri mengapa aku akhirnya menjadi panitia magradika, bukan alasan sekadar nampang atau pengen eksis, hanya saja ada satu alasan yang benar-benar tak bisa ditinggalkan. Akhirnya dengan berapa kali meyakinkan diri akupun mendaftar menjadi panitia magradika.

Sempat ga dibolehin orangtua, di wanti-wanti biar ga ngikut ini itu, ya tapi sebisa mungkin coba ngeyakinin orangtua kalo ini juga untuk kebaikan. Mungkin ini kesempatan untuk menunjukkan kebermanfaatan kita untuk orang lain dan kampus. Mencoba semaksimal mungkin berkontribusi selama masih bisa. Dan akhirnya diperbolehin ikut dengan kesepakatan "Mesti balik lagi ke Pontianak bulan Oktober" karena mesti ada satu hal yang belum sempat diselesain saat liburan kemarin. Aku mengiyakan karena estimasiku oktober kemungkinan kegiatan sudah berakhir, seperti magradika, matrikulasi, dan terutama DN. Jika pada kenyataannya nanti masih ada kegiatan, sepertinya aku mesti merelakan kegiatan itu. Konsekuensi apa yang diambil, ntahlah, aku juga bingung. Yang aku tahu oktober nanti aku mesti di pontianak.

Mungkin aku sering mendesah, liburanku terlalu pendek dan singkat, kadang ada yang menasehati, makanya jangan ikut banya kegiatan ini dan itu, sebenarnya hanya saja kegiatan itu datang tanpa kucari dan meminta pertanggungjawaban kontribusiku. yah begitulah, jika jalan ini sudah ku ambil, berarti ini lah yang harus kujalani. 

Jika saja boleh berandai-andai, terlalu banyak kata "kalau saja" yang akan keluar dari hati ini.
kalau saja aku tidak mengikuti organisasi apapun kemarin, kalau saja aku tak menyibukkan diri, kalau saja tak mendaftar menjadi panitia apapun, kalau saja bla bla bla dan kalau saja bla bla bla, takkan pernah berhenti dan takkan pernah ada habisnya berandai-andai.
Hanya saja kadang aku menepiskan kata itu meski sulit, jujur sulit untuk menepis kata penyesalan ketika sudah melakukannya, penyesalan hal-hal yang telah terjadi. Tapi jika saja sudah satu kali berandai "kalau saja", maka akan muncul banyak "kalau saja dan kalau saja lainnya", dan berbalik dari awal. Kalau saja aku kemarin tidak merantau, kalau saja kemarin aku tidak memilih STIS, kalau saja aku kuliah di pilihan awalku saja. Maka ketika "kalau saja" itu sudah merembet kemana-mana maka akan semakin mengomplekskan pikiran, dan malah akan mengacaukan apa saja target, impian, dan angan-angan yang sudah ditanamkan dan digantung sejauh perjalanan ini.
Maka dari itu, yang kulakukan sekarang hanyalah menikmati, menikmati tiap waktu yang kujalani. Karena suatu saat nanti aku pasti akan merindukan masa-masa ini.