Kamis, 22 Agustus 2013

Angin . . .

Sepoi angin membelai wajah, ia tak berwujud, hanya saja terasa adanya. Membelai dengan halus, menyejukkan dan menenangkan. Terkadang terasa hanya untuk diri sendiri, padahal nyata nya sepoi angin tersebut menyebar ke berbagai penjuru, menyapu tiap-tiap wajah, agar yang bermuram durja sejuk hatinya, agar yang sedang melamun tersadar dari alam bawah sadarnya, agar yang sedang bahagia menjadi terlengkapi secara sempurna kebahagiaannya. Sepoi angin itu, bukan hanya dinikmati sendiri, tapi dinikmati banyak orang, ia memberi kesejukan tanpa pilih kasih, hanya ingin menunjukkan akan keberadaannya yang mampu peduli pada sekitar. hanya saja terkadang hati terlalu egois, ingin selalu merasakan hembusan si angin, tak peduli ia harus menggunakan berlapis-lapis rajutan kain, yang penting angin tetap menemani, menemani kesendirian yang terasa kaku, terasa hampa, kadang tak peduli jika angin tersebut membuat tubuhnya rapuh, sakit. Hanya saja keberadaannya terus dinantikan. Jika berwujud, tentu sudah dimiliki sendiri, hanya saja ia tak dapat digenggam, ya.. karena ia milik semesta. Ia menyejukkan siapa saja, ia menyejukkan semesta. 

Yaa.. angin.. entah kenapa semua terlukiskan bagai angin. semu tak berwujud tapi selalu saja membuat terlena. Tak dapat termiliki secara utuh, hanya mampu merasakan hawa nya sekejap. Bahkan untuk menggenggamnya sejenak, sulit tanpa hasil. Ia selalu pergi, dan memberi kesejukan pada seluruh jagad. 

Wahai angin, tidakkah kau hanya ingin bermain sejenak, mengepul-ngepul, membelai-belai wajah. Memancing jiwa-jiwa yang rapuh hatinya, agar terlena akan sejuk hembusanmu. Cukuplah angin, sepoikan hembusanmu hanya untuk jiwa yang berpeluh, yang sangat membutuhkan akan hadirmu. Agar tak ada jiwa-jiwa yang masuk angin, jiwa-jiwa hampa yang terisi angin semu, semu.. semu tak berujung..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar