Sabtu, 26 Desember 2015

Menunggu

Sungguh ironi,
terkadang tanpa kita sadari kita seperti seorang anak kecil
seperti katamu, anak kecil yang bandel
ketika dilarang untuk melakukan sesuatu, semakin tergeraklah hasrat untuk melakukannya.
seperti menunggu.
saat kau berkata, jangan menunggu
justru hati semakin kuat menggenggam untuk menunggu.
saat kau berkata, kita tak pernah tahu masa depan
semakin kuat insting bergerak untuk membenarkan logika-logika yang kiranya dapat menjawab segudang rasa penasaran tak bertuan.
mungkin benar,
Terkadang ketika kita dewasa, ternyata kita tidak benar-benar sedang dewasa
bahkan untuk hal yang kita anggap dewasa sekalipun, kita tak benar-benar memahaminya secara dewasa seutuhnya.

Menunggu,
kadang kata ini jadi momok menyebalkan bagi sebagian orang yang tak suka berlama-lama bermain dengan waktu.
tapi kadang juga menjadi kata paling mendebarkan bagi sebagian orang yang percaya pada kejutan yang berada dibalik waktu.
dan aku memilih menjadi orang yang menyenangi kata menunggu.
walau aku tahu menunggu adalah suatu kata kerja paling menyia-nyiakan, dan penuh kehampaan.
tapi aku selalu mempercayai keajaiban dari kata kerja ini.
menyia-nyiakan? bukankah tidak ada sesuatu yang sia-sia?
hampa? kurasa menunggu bukan sebatas kehampaan tanpa harapan.
tak ada yang sia-sia pun tak ada  yang hampa.
menunggu bukan sembari hanya duduk berdiam dan menunggu seolah waktu yang berjalan mendekat
sambil menunggu, banyak hal yang bisa dilakukan hingga menunggu tak akan berarti sia-sia dan hampa
seraya menunggu belajarlah memanfaatkan waktu.
seperti melakukan kegiatan yang bermanfaat, memperbanyak ilmu,
dan yang menjadi fokus utama yaitu memperbaiki diri,
mungkin Allah ingin memberi celah waktu bagi kita untuk menjadi hambaNya yang lebih baik sebelum disatukan dengan hambaNya yang baik pula.
siapa yang tahu?
bukankah hadiah Allah tak pernah kita sangka-sangka hadirnya?

Bagiku menunggu adalah memberi jarak bagi hati untuk menuai rindu pada masanya.
seperti perpisahan yang meniadakan pertemuan,
lalu hadir kembali dengan pertemuan baru yang telah terupdate rasanya.

Maka aku memilih menunggu,
biarkan aku menunggu hingga masanya waktu memintaku berhenti untuk menunggu
meskipun tak ada yang pasti, tapi bagiku menunggu adalah ketidakpastian yang masih diperjuangkan
hingga masanya habis, biarkanlah menunggu menjadi sesuatu yang menyenangkan bagiku.
tak peduli tujuan tempat menunggu itu sejelas sekarang, atau sewaktu-waktu akan tersamarkan kembali.

Menunggu itu bukan sesuatu yang membosankan
jika menunggu itu menjadi kata kerja positif  yang membuatmu bangun
banyak yang berdalih menunggu itu menyenangkan
jika menunggu itu menjadikanmu semakin dekat denganNya
bukankah demikian?

Maka aku memilih menunggu,
menunggu dalam doa, menunggu diantara langit-langit yang mungkin akan menjadi tempat doa kita bertemu.
Hingga jika pada masanya nanti, kata kerja aktif  ini berubah haluan menjadi kata  kerja pasif.  Menunggu menjadi sesuatu yang ditunggu.
Hingga ia menemukan jalannya sendiri kepada yang ditunggu, entah kamu ataupun yang juga telah menungguku.
Karena menunggu tak ada yang sia-sia, dan aku percaya kepada Sang Pemilik Waktu
jika tiba saatnya, para penunggu-penunggu waktu yang telah berusaha untuk bermetamorfosis ini, tentu akan dipertemukan dengan para penunggu waktu lainnya,
entah dipertemukan dengan orang yang kita tunggu,
atau dengan orang yang diam-diam telah menunggu kita.

Jadi, apakah kamu juga akan menunggu?


teruntuk kamu,  
lelaki dari langit yang sedang ditunggu 
oleh makhluk kepastian yang bernama "wanita"


 ****

"Bila yang akan kamu tunggu itu sesuatu yang berharga, maka tunggulah. Karena mungkin tidak akan ada lagi yang demikian. Karena menunggu itu pun tidak untuk selamanya kan? Tidak akan menghabiskan seluruh hidupmu kan? 

Bila yang akan kamu tunggu itu adalah sesuatu yang benar-benar membuat hidupmu akan menjadi lebih baik, maka tunggulah. Meskipun orang lain kehabisan sabar terhadap kesabaranmu, biarkan saja. Karena kamu lebih tahu tentang dirimu sendiri dan sesuatu yang sedang kamu tunggu itu. Kamu mungkin bisa mendapatkan pengganti yang lebih cepat, tapi menunggu akan membuat sesuatu menjadi semakin berharga. 

Bila yang akan kamu tunggu adalah sesuatu yang pasti datangnya, maka jangan ragu untuk menunggu. Karena jarak dalam satuan waktu akan mengajarkan kita bagaimana menahan hawa nafsu, bagaimana kita menahan diri, dan bagaimana kita mengisi waktu dengan hal-hal yang baik selama menunggu.

Dalam menunggu, kamu harus membayar dengan waktumu untuk sesuatu yang paling kamu inginkan. Sebuah harga mahal dari menunggu, karena waktu kamu tidak akan pernah bisa diganti bahkan dikembalikan. Dan untuk sesuatu yang berharga, aku percaya kamu siap membayar semua itu.

Dan bila kamu memintaku untuk menunggu, aku akan melakukannya. Karena aku tahu kamu sangat berharga dan aku juga tahu bahwa menunggu ini tidak selamanya, tidak akan menghabiskan seumur hidup. 

Tunggulah sebentar. Sabar atau kamu akan kehilangan

menunggu untuk banyak hal lebih sering membosankannya daripada menyenangkan , tapi tidak untuk orang-orang yang istiqamah dan melakukannya dengan baik , menganggap menunggu adalah sebuah hobi sejak kecil yang akan menjadi pekerjaan yang menghasilkan sesuatu

Matahari pagi selalu sama, perasaan kita tidak. Seperti langit yang berubah sewaktu-waktu. Tidak seperti air yang mengalir. Lebih seperti jalan yang terjal naik turun bergelombang.

Aku tahu diantara kita saling menjaga diri. Tidak banyak hal yang bisa aku lakukan selain mendoakanmu. Tidak lebih dari itu. Sebab diantara kita bukanlah siapa-siapa. Perasaan yang kita miliki tidak lantas membuat kita menjadi saling memiliki kan?

Diantara kita tercipta samudera. Meski pada kenyataannya kita bertemu dan saling sapa setiap hari. Berada dalam satu tempat yang sama. Jarak yang akan hilang dengan beberapa ikrar kata. Dan waktu, seperti kita tahu, tidak pernah bisa diajak berkompromi. Diantara kita tetap diam saja. Aku ingin mengatakan sesuatu tapi malu. 

Aku malu mengatakannya; maukah kau menungguku?"
(Kurniawan Gunadi) 



*****

"Aku menunggu. Kamu menunggu. Meski terkadang menunggu tak seinci pun menyeret kita untuk bertemu di titik rindu. Tapi, ah, adakah yang lebih indah dan syahdu dari dua jiwa yang saling menunggu? Yang tak saling menyapa, tapi diam-diam mengucap nama dalam doa?

Hanya saja, terkadang butuh waktu bagi kita untuk memintal benang masing-masing. Menguatkannya, agar kelak ketika dirajut, tiada yang bisa memutuskannya kecuali kuasa Sang Maha Kuasa.

Maka mari kita saling menunggu, tanpa perlu berketuk pintu. 
(Azhar Nurun Ala)

Selasa, 20 Oktober 2015

Lelaki dari langit



Nanti, aku ingin jatuh cinta padanya, dengan orang yang sama
yang akan kutemui setiap hari, setiap waktu, setiap detik
Nanti, aku ingin jatuh cinta padanya, dengan orang yang sama
yang jatuh cinta padaku di setiap hari, waktu, dan detik yang sama

Aku selalu memendam rasa tanya
Seperti apa jatuh cinta padamu?
seperti apa hidup bersamamu?
seperti apa waktu berputar saat kita bersama?
seperti apa masa depan yang menanti kita?

jadi, siapa kamu?
iya, kamu. lelaki dari langit yang yang datang dari doa
Jika telah datang, kapan kita akan berjumpa?
Jadi jika namamu masih bersembunyi di langit
mungkinkah suatu saat langit akan membisikkan namamu padaku?

Kamu, lelaki dari langit,
jika kita telah bertemu,
aku, kamu, akankah melebur menjadi kita?
Nanti, aku ingin jatuh cinta padanya, dengan orang yang sama
hanya sekali, sekali saja hingga selamanya.
dia, lelaki dari langit.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Quotes of the Day

"Yang terpenting adalah tentang bagaimana untuk terus bermanfaat dan berbuat baik kepada semuanya, bisa jadi dari kebaikan-kebaikan kecil itu akan tumbuh sebuah pohon kebaikan berdaun ukhuwah Islam yang tak kan habis berbuah pahala"
_ANIS_

Rabu, 30 September 2015

Short flashback




Ini ceritanya lagi nulis sambil bersin-bersin, hidung mampet, suara kayak bebek, batuk kayak nenek-nenek mau ngeluarin isi perutnya.
Entah karena cuaca atau karena imun di tubuh ini telah lelah digempor berhari-hari demi si skripsweet dan baru sekarang mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Tapi terima kasih badan, sudah berbaik hati berjuang bersama tanpa roboh saat badai skripsi beserta embel-embelnya menyerang kemarin. Lebih terima kasih lagi dengan Sang Pemilik Badan ini,yang sudah memberi kekuatan hingga bisa bertahan sejauh ini. Alhamdulillah 'ala kulli hal.

Hari ini, tepat 21 hari setelah dinyatakan lulus sidang, dan tepat 8 hari setelah mengumpulkan segala tetek bengek terkait skripsi ke jurusan yang menandakan berakhirnya perjalanan skripsi di tangan ini. Tinggal menunggu hasilnya besok, dan menunggu selebrasinya (red : Wisuda) 10 hari kemudian. 
Semoga segala jerih payah, peluh, dan air mata yang jatuh menetes ke bumi ini menjadi saksi kesuksesan yang dikumandangkan oleh kampus besok. Tak ada yang bisa menggantikan kebahagian telah menyelesaikan proses panjang ini dengan kerja keras dan perjuangan yang mengorbankan banyak hal. Jika menoleh lagi ke dalam prosesnya di masa lampau,  akan terlihat bekas luka yang tertoreh di mana-mana. Dimana-mana, iya, bahkan sampai menghancurkan hati hingga menjadi puing-puing *eh. haha. Begitu banyak duri-duri yang menghambat perjalanan ini, hingga untuk melewatinya pun harus dengan proses yang berdarah-darah *agak lebai nih* wkwk tapi ya seperti itulah prosesnya. Tak semulus yang diduga pada awalnya. Maka harus siap fisik dan mental untuk melewatinya. Apalagi jika ada gangguan yang bersumber dari faktor eksternal yang jadi mengganggu konsentrasi pengerjaan, semoga tidak banyak terjadi pada teman-teman lain yang akan menghadapi skripsi haha. Sejujurnya mungkin akan terasa mudah jika kita menikmati prosesnya, tak banyak mengeluh, dan konsisten pengerjaannya. Tapi praktiknya kelihatannya tak semudah teorinya yaa haha. tetep aja skripsi masih jadi momok yang menyebalkan bagi mahasiswa tingkat akhir. Tapi ya sudaah..  intinya selesaiii~~

Sisa waktu di kampus abu-abu ini tinggal menghitung hari. Setelah wisuda, status sebagai mahasiswa telah lepas, dan seragam PDA pun hanya tertinggal di tumpukan lemari, entah nantinya mau diapakan. Flashback-flashback kejadian 4 tahun belakangan pun bermunculan. Bagaimana yang dulu masih bocah-bocah ingusan yang baru masuk dan berstatus maba/miba trus menjalani segenap proses magradika dengan seragam yang masih putih hitam. Dikejar sama tugas2 yg bikin tidur cuma beberapa jam. Dari sinilah serangan insomnia dan begadang mulai tumbuh berkembang biak hingga sekarang.
Lalu bahagia dapat seragam PDA untuk pertama kalinya, selfie-selfie dengan pangkat 1 yang menandakan telah resmi jadi mahasiswa tingkat 1, namun lambat laun bahagia itu berubah jadi tekanan dan galau-galau yang bikin stres sana-sini karena ancaman DO.
Lalu bahagia kembali karena telah lolos dari DO dan resmi menjadi mahasiswa tingkat 2. Mulai beraktif ria di berbagai UKM dan kegiatan kampus. Walaupun matkul yang seabrek, tetap aja ngeyel buat sibuk ini itu, rapat sana sini, sampai kosan cuma dijadiin tempat buat tidur doang, dan alhasil IP anjlok dan kembali galau. Tapi dari sinilah mata mulai terbuka dengan pengelolaan manajemen waktu. Mulai belajar untuk mengenal pentingnya manajemen waktu yang baik, dan mulai membiasakan bagaimana untuk memprioritaskan sesuatu. Di sinilah masa-masa aktif yang boleh jadi di kemudian hari akan sangat dirindukan karena kesibukan organisasi yang seperti ini nantinya perlahan akan berkurang seiring pangkat yang membeban di pundak, tergantikan oleh hal-hal yang lebih serius.
Lalu memasuki tingkat 3, belajar dari pengalaman, katanya gamau sibuk lagi, mau fokus memperbaiki IP yang tertinggal. Tapi tetap dihadapkan lagi dengan kegiatan organisasi yang jauh lebih besar namun formal dari kampus dan menjadi salah satu bagian dari perkuliahan. Ya, PKL. Sibuk lagi, rapat lagi, dari pagi sampai malam terus ketemu pagi lagi dan ketemunya orang-orang itu lagi, masalah-masalah itu lagi, rapat lagi, pkl lagi, sampai pengen mabok. Dan penyakit tidur pagi, bahkan sampai ga tidur pun kembali bermunculan. Tapi di sini kembali diajarkan pelajaran baru, tentang birokrasi-birokrasi yang beribet dan rumit, tentang bagaimana cara menghadapi beragam manusia yang memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda, bagaimana cara untuk menghargai dan menghormati, bagaimana cara menempatkan posisi, dan bagaimana cara memelihara yang namanya komunikasi dan interaksi. Sama, di sini juga banyak terjadi pengorbanan tenaga, waktu, dan perasaan, serta keringat dan airmata yang berlimpah haha. Duh, PKL. Terlalu banyak memori di sana, mungkin di lain waktu bakal dibikin tulisan tersendiri.
Dan jreengg.. masuk ke tingkat akhir, tingkat 4, awalnya sih santai, matkul cuma dikit, kegiatan uda ga ada, tapii.. menjelang akhir tahun, mulai kelabakan nyari topik-topik skripsi, nyiapin proposal, nyari dosbing, dan masuklah dalam tahap pengerjaan skripsi yang citarasa nya yahut bangeet haha.
Dan akhirnya pada tahap sekarang, sebentar lagi, pangkat 4 di pundak ini bakal lepas. Dan baru sadar, oh waktunya sebentar lagi ya? tinggal menghitung hari berada di kampus ini, berada diantara teman-teman yang 4 tahun terakhir selalu ada dalam jangkauan mata. Aih, dan tiba-tiba jadi baperan. :(
Dan entahlah, bagaimana kehidupan selanjutnya. Kata orang, kehidupan yang sebenarnya akan dimulai saat memasuki dunia kerja, dunia nyata, bukan lagi di corat-coret kertas dan nilai, tapi kerjaan nyata yang menunggu, dan masalah kehidupan yang sebenarnya pun juga baru akan dimulai.

Apa kabar masa depanku? Tiba-tiba jadi kepikiran bagaimana kehidupan saat lepas dari wisuda nanti. Masalah-masalah kecil kemarin-kemarin aja berasa mati-mati ngadepinnya. :|
Bismillah, tak ada yang berat jika dinikmati kan ya? yaudah biarkan air mengalir entah kemana, biarkan waktu membawa kemana, semoga selalu membawa ke dalam kehidupan yang baik :)

Kisah selanjutnya akan terjadi, magang, penempatan, kerja, dan nikah (?) haha 
Jadi, sudah siap beluum hayoo :p
 

Minggu, 27 September 2015

Suudzon vs Husnudzon

 

Tak ada yang dapat menjamin kehidupan selalu benar seperti yang terekspektasikan
Tak ada yang menjamin pula apa yang kita jalani ini adalah benar-benar jalan yang seharusnya kita lewati
Serta tak ada juga yang dapat menjamin apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan adalah apa yang seharusnya benar-benar sebuah kebenaran.
Tak ada.
Tak ada yang menjamin semuanya benar sesuai ekspektasi
Yang ada hanyalah sebuah argumen-argumen pembelaan yang menjadi pondasi kita berpikir bahwa segala yang terjadi seperti apa yang termindset di dalam alam bawah sadar kita.
Maka saat itu terjadi, yang kita perlukan hanyalah berhusnudzon tentang apapun yang telah terjadi
Karena hanya dengan begitu segala pertanyaan tak berlogika di pikiran ini dapat terjawab
Mungkin kadang hati ini membantah, pasti. Logika itu kadang bisa melebihi nurani
Tapi tetaplah melunakkan hati, meski logikanya benar, ambil alih dengan nurani bahwa baik itu ketetapan baik atau buruk, kejadian baik atau buruk, selalu ada sisi baik di dalamnya, selalu ada kandungan hikmah yang dapat diambil poin pentingnya.
Dan yang paling penting, dengan begitu, tak akan muncul firasat-firasat serta praduga tak bersalah yang justru dapat menjadi penyebab penyakit hati yang lain.
Allah selalu punya cara untuk menunjukkan jalan terbaikNya melalui berbagai macam peristiwa.
Kadang memang bukan selamanya berupa jalan mulus nan lurus, tapi bisa saja berupa tanjakan, berbatu, dan berliku
Kadang memang bukan selamanya berupa peristiwa baik yang kita lihat atau alami, tapi bisa saja berupa peristiwa buruk yang tak kita duga sebelumnya.
Terlepas itu kejadian yang kita alami sendiri,  atau kejadian yang berada di sekeliling kita.

Memang sulit untuk selalu berbaik sangka, sementara mungkin logikanya kita tahu yang sebenarnya terjadi memang ada buruknya yang menyebabkan kita berpikir yang tidak-tidak.
Tapi mari coba mulai belajar untuk menepis rasa buruk sangka itu dengan sisi lain yang sering tak kita lihat.
Menerjemahkan suudzon menjadi husnudzon itu memang kadang tak mudah.  
Pertengkaran dua sisi ini dalam benak kita pasti akan selalu ada, dan yang menang akan senantiasa leluasa untuk terus menguasai hati dan pikiran, sekarang, bahkan seterusnya.
Maka, diri kita yang memilih, sisi mana yang akan dimenangkan.
Tidakkah kita ingin kebaikan yang tumbuh dalam hati dan pikiran kita?
Tak ada salah menyimpan rasa huznudzon. Pun jika pada akhirnya kenyataan mengumandangkan sebuah keburukan, setidaknya kita tidak ikut mengotori hati kita dalam keburukan tersebut dengan sifat suudzon.
Hati kita masih akan menerimanya sebagai suatu hikmah yang bisa dipetik untuk dijadikan pelajaran di kemudian hari.

Selalu pegang erat keyakinan bahwa "Ketetapan Allah selalu baik"
Apa yang terjadi, itulah yang paling baik yang Allah tetapkan untuk kita.
Allah selalu punya kejutan yang baik dan indah untuk hambaNya, meskipun kadang terbungkus oleh rasa sakit, kesedihan, dan cobaan. Teruslah membukanya, dan lewati tiap bungkusnya, maka di dalamnya akan ditemukan kado terindah dari Allah.
Selalu percaya, bahwa apa-apa yang terjadi ialah fase hidup yang Allah gunakan untuk menjadikan kita lebih baik.

Meski kadang susah, teruslah belajar dan membiasakan diri.
Kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang akan tumbuh mengakar dalam hati dan akan secara alamiah timbul tanpa kita sadari.
Maka tumbuhkanlah yang baik-baik, agar kita juga senantiasa dilimpahkan segala kebaikan :)

mungkin diri ini juga salah satu hambaNya yang tak luput dari rasa suudzon,
jadi mari kita sama-sama saling belajar
belajar untuk berpikir yang baik, berucap yang baik, bertindak yang baik, bersifat yang baik, dan menjadi sebaik-baiknya hambaNya
Proses belajar mungkin kadang butuh waktu yang panjang, tapi jika ada niat yang kuat dari dalam hati, apapun yang  sulit akan dimudahkan kan? :)
Yuk, keep Husnudzon!! Husnudzon kepada Allah, pada diri sendiri, juga pada orang lain. Bismillah ^^

PS : Terkadang tanpa sadar sebuah kejadian kecil, sebuah tulisan singkat, sebuah ucapan tanpa sengaja, bisa menjadi perantara hidayah yang jika kita resapi akan menjadi suatu hikmah hebat yang membawa pelajaran bagi hidup, namun kadang kita luput darinya dan berlalu tanpa membawa apa-apa. Terima kasih bagi yang yang mengingatkan baik sengaja maupun tanpa sengaja.
Pelajaran hari ini, hikmah dan hidayah bisa datang dari mana saja dan dari siapa saja jika kita bisa memetiknya dengan baik, dan lagi, jika kita berbaik sangka pada setiap kejadian yang ada. :)

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 216)





Jumat, 24 Juli 2015

Dari Masa Lalu, untuk Masa Depan

Apa kabar lembaran putih yang lama tak terlirik? Apa kabar goresan-goresan pena yang lama tak terjamah? Apa kabar kotak ceritaku yang lama tak tersentuh? Sudah usang kah? Sepertinya tidak, ya, setidaknya tak seusang hatiku yang sudah terlalu berdebu hingga membuatku alergi untuk melihatnya *eh.
Entah rasanya telah berabad-abad lamanya tidak bersinggungan dengan corat-coret yang dulu dikata tempat menumpahkan segala rasa. Haha. Maafkan karena telah tergantikan paksa oleh deretan teori dan model-model yang tak kunjung genah -_-

Hari ini entah mengapa tiba-tiba tergerak ingin menuliskan sesuatu di sini. Mungkin tak akan lengkap, tak selengkap yang kurekam jelas hinggga sekarang di memori otakku. Kisah-kisah yang begitu banyak mengajariku arti hidup, arti kehidupan yang dulu mungkin hanya berupa bayangan dan kilasan khayalan, sekarang menjadi nyata dan membuatku bangkit dari tidur panjang yang melenakan. Haha. Yah, entah itu kisah baik atau buruk, satu yang kutau pasti, ia akan selalu meninggalkan hikmah dan kebaikan untuk dipelajari di masa depan. 

Apa kabar masa depan? Aku ingin menyapa ia dalam diamku, dalam doa di malamku, masihkah ia berpihak kepadaku? masihkah ia menungguku dengan segudang kisah-kisah indahnya? Pasti, ia akan selalu menawarkan cerita indah, cerita yang terus akan membuatku bangkit untuk menggapainya. Meski aku tak tahu pasti apa yang ada dibaliknya, aku hanya memprasangkakan baik bahwa semua kebahagiaan akan datang menghampiri, meskipun entah kapan itu. Ia pasti akan menunggu. Kisah hidup telah dimulai sekarang, tak ada lagi waktu berbalik, yang ada hanyalah menyelesaikan tiap potongan episode yang tersisa. Masalah endingnya? dari sekarang kitalah yang akan menentukannya melalui perjuangan, walau harus berkorban tenaga, waktu, dan perasaan, tapi aku selalu percaya bahwa ending tak pernah meninggalkan perjalanannya, sama halnya dengan hasil yang tak akan mengkhianati proses. Segalanya akan terbayarkan, ia, akan terbayarkan, jikapun tidak, maka ia akan digantikan dengan sesuatu yang lebih baik.

Apa kabar masa lalu? Aku ingin mengucapkan salam perpisahan padanya dalam diamku, dalam doa di malamku, masihkah ia akan mencekamku saat sendiri datang menghampiri? atau ia akan berbaik hati bersahabat dengan masa depan untuk mengubah semuanya menjadi lebih baik? Takkan ada kisah yang terjadi tanpa masa lalu, meski mengingatnya kadang membuat diri merasa orang paling rendah, tapi tanpanya tak akan menjadikan diri ini dapat berpijak hingga berada di proses sekarang, ia yang akan mengangkat diri ini dan mendorongnya untuk berada dalam tingkatan yang tinggi, tinggi dan terus tinggi. Tapi perpisahan harus tetap terucap untuk kembali menatap masa-masa yang menanti di depan mata.

Aku ingin berterima kasih kepada waktu, karena ia telah mentransformasi banyak pikiran dan mindset lewat setiap kejadian yang ia putarkan. Mengajarkan banyak kisah lewat tiap detik yang ia detakkan. yang seringkali mengajarkanku untuk melihat kehidupan lebih luas dan dalam. Untuk melihat mana yang nyata mana yang fana, mana yang sesaat mana yang sejati, mana yang singgah mana yang menetap, dan mana yang akan mati mana yang kekal. dan aku sangat ingin berterima kasih kepada Sang Maha Kuasa yang telah Menciptakan Waktu. Karena Ia masih mengajarkanku berjalan di tiap waktu yang Dia ciptakan, meski terkadang merangkak, terjatuh, hingga akhirnya dapat berjalan, dan berlari. Berterima kasih kepada-Nya karena masih membimbing makhluk kerdil ini melewati tiap skenario-Nya yang tak pernah kuduga.  Alhamdulillah 'ala kulli hal :) 

Ini adalah suratku, surat waktu yang kukirim di masa depan saat aku mulai lelah kembali.
Hap.. Hap.. mari bangkit!
karena yang akan memperjuangkan ending kisah hidup kita adalah kita sendiri. Jadi mari lakukan yang terbaik..
Mangatse!! 
Satu pencapaian episode yang luar biasa menanti di bulan Oktober. Selamat berjuang! :D

PS : terkadang kita perlu menyisipkan satu mantra ampuh untuk memotivasi diri dan mencambuk diri saat mulai goyah.  Seperti aku yang selalu menatap pojok kanan laptop saat galau mulai melanda. haha. Jadi kamu, iya kamu yang sedang membaca ini, Ayo temukan mantra saktimu :)

Sabtu, 17 Januari 2015

Love is too Vulnerable

Satu lagi ilustrasi gambar yang maknanya dalem banget, :)
Yaa, Love is too vulnerable..
Makanya jangan sembarang kasi hati ke orang lain. ^^V 




Sumber gambar : https://www.facebook.com/ArchiDesiign/posts/620933328061926

Sabtu, 10 Januari 2015

Saat Hujan



Berteriaklah di depan air terjun tinggi,
berdebam suaranya memekakkan telinga
agar tidak ada yang tahu kau sedang berteriak

Berlarilah di tengah padang ilalang tinggi,
Pucuk-pucuknya lebih tinggi dari kepala
agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari

Termenunglah di tengah senyapnya pagi,
yang kicau burung pun hilang entah kemana
agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu

Dan, menangislah saat hujan,
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan

Perasaan adalah perasaan,
Tidak kita bagikan dia tetap perasaan
Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan
Tidak berkurang satu helai pun nilainya
Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya

Perasaan adalah perasaan,
Hidup bersamanya bukan kemalangan,
Hei, bukankah dia memberikan kesadaran
betapa indahnya dunia ini?
Hanya orang-orang terbaiklah yang akan menerima kabar baik
Hanya orang-orang bersabarlah yang akan menerima hadiah indah

Maka nasehat lama itu benar sekali,
Menangislah saat hujan,
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan

_Tere Liye_

 Sumber : Buku "Dikatakan Atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta" karya Tere Liye

Rabu, 07 Januari 2015

Repost : Tiga Kebiasaan yang Harus Dihindari dalam Mengatur Keuangan



KEBIASAAN buruk mengelola uang sering kali tidak kita rasakan. Kita hanya membeli ini itu dan menyepelekan planning atau perencanaan. Apa akibatnya? Tentu saja tujuan keuangan jangka menengah dan panjang kita susah dipenuhi.
Mengelola uang dapat dikatakan sebagai sebuah kebiasaan. Jangan biarkan kebiasaan buruk kita dapat merusak kondisi kesehatan keuangan kita. Oleh sebab itu kenali kebiasaan buruk mengelola uang agar kita dapat memenuhi tujuan keuangan jangka menengah dan panjang kita.

Tidak Sadar Uang Kita Habis Kemana
Percaya atau tidak seringkali kita kita sadar ambil uang di tabungan, kemudian tidak sadar tiba-tiba uang kita hilang kemana (alias di belanjakan entah kemana)? Atau kita sadar barusan gajian kemudian tidak tahu tiba-tiba tabungan melesat menurun. Pergi kemanakah uang kita? Pernakah Anda menyadari hal itu? Hal tersebut karena kita tidak terbiasa mencatat pengeluaran kita, sehingga kita tidak tahu kemana uang kita pergi.
Oleh sebab itu solusi yang paling sederhana untuk memperbaiki kebiasaan buruk mengelola uang adalah mencatat pemasukan dan pengeluaran kita sehari-hari. Mencatat pengeluaran harian memang cukup sulit untuk mengumpulkan niatnya, menyebalkan, menganggu, menimbulkan rasa tidak nyaman dalam waktu singkat, tetapi sangat membantu untuk jangka menengah dan panjang. Salah satu keuntungan mencatat pengeluaran harian adalah kita dapat tahu pola pengeluaran kita dalam periode tertentu misalnya pola pengeluaran bulanan.

Tidak Memiliki Dana Darurat
Tidak punya dana daruratdalah hal yang sangat bahaya. Kenapa? Seperti ada peribahasa sedia payung sebelum hujan. Nah dana darurat adalah payung yang kita gunakan apabila ada hujan atau masalah di keuangan kita. Solusi untuk memperbaiki kebiasaan buruk mengelola uang adalah dengan cara mulai mempersiapkan dan menabung dana darurat.

Membeli Hal-Hal yang Nanggung
Nah hal satu ini biasanya membuat bingung. Pernah tidak kita mengalami kita beli sesuatu kemudian merk A yang harganya lebih murah daripada merk B? Beda 1 minggu barang itu rusak dan tidak berfungsi dengan baik. Akhirnya kita membeli lagi barang yang sama lagi dengan merk lain.
Pernakah kita mengalami situasi seperti beli nanggung? Atau nanggung-nanggung lainnya? (baca: nanggung diskon, nanggung lagi sama temen, nanggung pas ada di tokonya dan nanggung-nanggung lainnya).
Solusi untuk memperbaiki kebiasaan buruk mengelola uang adalah beli sesuatu sesuai kebutuhan bukan keinginan. Mahal kalau kita butuh, tidak masalah. Murah, kalau kita tidak butuh bisa jadi masalah. [finansialku]

Sumber : https://www.islampos.com/hindari-tiga-kebiasaan-buruk-ini-dalam-mengatur-keuangan-89672

Jangan Berharap pada yang Lain


"Jangan berharap pada manusia karena bayang-bayangnya sendiri akan menghilang saat kegelapan" (Ibn Taimiyah)

Terkadang harapan selalu tumbuh dengan subur terhadap apa dan siapapun yang hadir dalam kehidupan.
Hingga harapan itu membuatmu terlena dan kau mulai lupa menggunakan kakimu sendiri untuk berdiri
dan saat ia tiba-tiba menghilang, kau akan kehilangan arah dan tak tahu harus berbuat apa, lalu jatuh hingga menyalahkan keadaan.
Segala di sekitarmu, hanya seperti bayangan yang hadirnya terasa ada tapi tak mampu kau jadikan pegangan saat kau jatuh, atau saat kau butuh tempat bersandar.
Ia hanya dapat terasa hadir, terasa bersamamu, tapi tak benar-benar bersamamu. 
Hingga saat nya kau sadar bahwa kau benar-benar harus berjalan sendiri dengan kakimu
Kau harus benar-benar melihat sendiri dengan matamu
Kau harus benar-benar mendengar sendiri dengan telingamu
Dan kau harus benar-benar mampu berdiri sendiri saat pegangan di sekitarmu tak benar-benar ada
Ya, kau harus benar-benar bisa saat hidup menuntutmu untuk membiasakan segala sesuatu seorang diri, saat waktu membawa langkahmu untuk mendiri dengan pijakan kakimu sendiri.
Itu tujuanmu, maka kau yang harus berlari sendiri untuk mencapainya
itu impianmu, maka kau yang harus terbang sendiri untuk menggapainya
karena sungguh, berharap akan pegangan dalam suatu kehampaan yang tak benar-benar ada itu hanya memberikan rasa sakit saat kau kecewa, hingga keadaan menjadi satu-satunya alasan ampun untuk disalahkan.
Maka berdirilah, ini duniamu, berlarilah, berlarilah sekuat-kuatnya. Saat kau tak memikirkan pengharapan itu kau hanya akan merasa bebas seorang diri, berlari seperti angin, tanpa beban akan ketergantungan pada yang lain.
Jika kau terjatuh, biarkan terjatuh, karena tempatmu terjatuh adalah lantai tempatmu bersujud.
Jika kau lelah, biarkan lelah, karena kelelahan itu yang akan mengantarmu menuju Allah sebagai tempatmu bersandar

   “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” 
(QS. Al-Insyirah : 8)