Ternyata, mewujudkanmu tidak semudah apa yang aku sangka selama ini.
Tidak semudah apa yang aku pikirkan. Bahkan dengan usahaku yang
demikian, sampai saat ini kamu belum bisa aku wujudkan. Harus jatuh
berdebam, harus tertolak, harus kembali menata hati yang berantakan,
perasaan yang tak terdefinisi, harus memahami ulang definisi tentang
kamu.
Bahwa kamu ternyata tidak bermakna “kamu” sebagaimana aku pahami selama ini. Ada banyak kemungkinan tentang siapa kamu bagi Tuhan, sesuatu yang dirahasiakan dan tidak pernah aku mendapat bocoran.
Mewujudkanmu ternyata benar-benar menguras perasaan. Perjalanan ke sana membuatku harus patah berkali-kali, harus membangun kembali apa sesuatu yang baru, harus mengenali kembali definisi-definisi baru dalam hidup ini; kamu, menunggu, yang terbaik, dan banyak kata-kata lain yang seolah-olah berubah makna setiap kali aku menemui peristiwa.
Mewujudkanmu kali ini menjadi lebih pasrah, lebih berserah, bahwa aku sungguh benar-benar mengakui bahwa aku tidak benar-benar tahu yang terbaik untuk diriku sendiri. Aku hanya bisa mengusahakan yang terbaik, tapi tidak tahu tentang yang terbaik.
Mewujudkanmu kali ini lebih berserah, berserah tentang definisi kamu yang kini aku tidak tahu. Tentang kamu yang tidak pernah aku sangka, kamu yang tidak pernah aku kira, kukira demikian yang akan terjadi.
Hari ini, aku akan menenggelamkan diri dalam tujuanku. Karena, aku masih percaya bahwa tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan. Tentu bila yang dimaksud dengan kamu sedang menuju tujuan yang sama, kita akan bertemu. Itu keniscayaan.
Bahwa kamu ternyata tidak bermakna “kamu” sebagaimana aku pahami selama ini. Ada banyak kemungkinan tentang siapa kamu bagi Tuhan, sesuatu yang dirahasiakan dan tidak pernah aku mendapat bocoran.
Mewujudkanmu ternyata benar-benar menguras perasaan. Perjalanan ke sana membuatku harus patah berkali-kali, harus membangun kembali apa sesuatu yang baru, harus mengenali kembali definisi-definisi baru dalam hidup ini; kamu, menunggu, yang terbaik, dan banyak kata-kata lain yang seolah-olah berubah makna setiap kali aku menemui peristiwa.
Mewujudkanmu kali ini menjadi lebih pasrah, lebih berserah, bahwa aku sungguh benar-benar mengakui bahwa aku tidak benar-benar tahu yang terbaik untuk diriku sendiri. Aku hanya bisa mengusahakan yang terbaik, tapi tidak tahu tentang yang terbaik.
Mewujudkanmu kali ini lebih berserah, berserah tentang definisi kamu yang kini aku tidak tahu. Tentang kamu yang tidak pernah aku sangka, kamu yang tidak pernah aku kira, kukira demikian yang akan terjadi.
Hari ini, aku akan menenggelamkan diri dalam tujuanku. Karena, aku masih percaya bahwa tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan. Tentu bila yang dimaksud dengan kamu sedang menuju tujuan yang sama, kita akan bertemu. Itu keniscayaan.
(Kurniawan Gunadi dalam Hujan Matahari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar