Kamis, 14 Maret 2019

Zona nyaman Manusia


"
Nggak ada manusia yang sempurna, nggak ada manusia yang nggak punya salah. Sesempurna apapun kita melihat seseorang, pasti ia punya sisi kekurangannya. Sebaik apapun kita menilai seseorang, ia pasti juga bisa melakukan salah."

Kalimat ini selalu kujadikan pondasi untuk tidak membenci orang lain, untuk tidak lama menyimpan dendam dan marah kepada orang lain, untuk memaklumi keadaan orang lain. 

Kita, manusia, adalah makhluk sosial, yang harus hidup berdampingan, bersosialisasi, berkomunikasi, yang saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini yang membuat kita harus mengenal berbagai karakter dan pribadi seseorang. Bertemu dengan bermacam-macam sifat, karakter, yang bisa kita maklumi dan mungkin sebagiannya membuat kita tidak nyaman. Tapi hidup memang seperti itu, berada di zona nyaman, bertemu hanya dengan orang yang sefrekuensi, kadang membuat kita lupa untuk mensyukuri apa yang ada disekitar kita, membuat kita tak bergerak dari zona nyaman, dan enggan melihat dunia dari sisi lain, tak bertumbuh. Lalu Allah hadirkan orang-orang yang berbeda jalur dengan kita, yang membuat kita terusik dari zona nyaman. Membuat kita berkeluh kesah, marah, kesal, sedih, dan makan hati. Orang-orang yang kemudian satu persatu datang menggantikan mereka yang selalu membuat kita aman di zona nyaman kita. 

Tahu kah kawan, mungkin kita tidak sadar, keberadaan mereka pelan-pelan tanpa sadar mendewasakan kita, menempa kita menjadi seseorang yang kuat dan mandiri. Mengajarkan kita banyak arti ikhlas dan sabar, mengajarkan kita untuk mengelola hati menjadi kokoh, mengajarkan kita untuk bercermin kepada hati bahwa kita tahu perlakuan seperti itu ternyata menyakiti hati, maka dari itu, kita tidak boleh melakukan hal yang sama ke orang lain. Dan masih banyak lagi hikmah lain, yang membuat kita harus huznudzon dan tetap bersyukur Allah hadirkan orang-orang yang tak sefrekuensi dengan kita. 

Dan yang paling penting, kemudian kita tersadar, betapa berharganya orang-orang terbaik yang pernah membersamai kita, memaklumi segala apa yang ada pada diri kita, baik dan buruknya, orang-orang yang selama ini  selalu dengan ikhlas dan sabar berjalan berdampingan dengan kita. Betapa bersyukurnya kita memiliki mereka, yang sampai sekarang kita rindukan keberadaannya dan selalu ingin untuk hadir bersama kita. 

Meskipun begitu, kita masih bisa menciptakan zona nyaman kita sendiri di tengah-tengah ketidaknyamanan yang menghantui kita. Caranya? Belajar menerima segala baik buruknya seseorang, belajar memaklumi karakter seseorang, dan yang paling penting, hatinya harus lapang, lapang menerima, lapang memaafkan. Karena sekali lagi, kita semua manusia, yang Allah ciptakan sepaket baik buruknya, kelebihan dan kekurangannya. Kita memang tidak bisa mengubah seseorang sesuai dengan apa yang kita mau, kita tidak bisa membuat semua orang menyukai kita, tapi, kita bisa mengelola hati kita agar menerima perbedaan, memaklumi keadaan, dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi sisi terbaik versi kita. Jika masih saja ada yang tidak suka, yasudah, dunia luas kan? Kita tidak hidup hanya untuk memikirkan orang-orang yang tidak suka dengan kita, kita hidup untuk mereka, yang masih setia membersamai kita dalam keadaan apapun.

Teruntuk semua orang yang hadir mewarnai hidup saya, terima kasih :)
Terkhusus untuk semua yang selalu sabar dan menerima saya apa adanya, i love you to the moon and back :*


Jumat, 01 Maret 2019

Hujan




Hari ini masih seperti biasa, seperti konawe utara pada umumnya, panas terik, kering, peluh yang tak berkesudahan. entah sudah berapa lama hujan tak kunjung datang. Meskipun begitu, tak ada sesuatu yang diberikan Allah yang tak berhikmah. Alhamdulillah, jalan poros di daerah ini yang notabenenya rusak, menjadi sedikit lebih baik karena tak terkena air hujan. Jalanan becek yang biasanya membuat mobil-mobil tertanam dan tak bisa bergerak, jalanan yang membuat mobil-mobil bermandikan lumpur, kini menjadi kering dan bisa dilewati dengan lancar, meskipun berdebu. Beberapa bersyukur karena akhirnya perjalanan konawe utara kendari dapat dilalui dengan lancar dan tidak memakan waktu lama, beberapa lagi masih saja mengeluh karena jalanan berdebu dan panas membakar saat beekendara. Ah, manusia, memang selalu begitu, makhluk yang tak pernah puas. 

Mari kembali lagi ke topik cuaca yang panas. Kurasa suhu bumi sudah semakin meningkat, apakah efek global warming sudah mulai terasa sekarang? Untuk daerahku yang masih kaya akan pepohonan saja terik matahari sudah sangat terasa membakar, apalagi kota-kota besar yang sudah padat dipenuhi gedung pencakar langit, dan pemukiman masyarakat yang tak berjarak, yang bahkan rumput pun sudah enggan tumbuh. 


Terbersit pikiranku akan puluhan tahun mendatang, akan seperti apa panasnya permukaan bumi? Apalagi dipenuhi dengan berjejalan penduduk yang setiap tahunnya semakin bertumbuh padat. Tapi aku berharap para pemuda masa depan sudah lebih melek akan efek global warming, sehingga mereka bisa mempertahankan bumi ini agar tak semakin panas.

Ah hujan, 
tak lama berselang sejak judul ini kubuat. Langit mungkin bisa membaca tulisanku. Oh tidak, itu salah, langit hanya menerima perintah. Allah lah yang bisa membaca hatiku. Alhamdulillah wa syukurillah. Aku tahu hujan pasti datang, meskipun terik matahari telah sekian lama bersinar, dan panas tak lagi terbendung, hujan pasti akan datang menyisip disela-selanya. 

Tentang penantian hujan, 
Sama halnya dengan kita menunggu takdir baik,
Menunggu jodoh,
Menunggu rezeki,
Hidup yang terasa kerontang, hampa, penuh keluhan. 

Suatu saat pasti akan datang juga takdir baik yang ditunggu, menyirami jiwa kita yang telah lama menunggu. 
Iya, dia juga pasti akan datang, tinggal kita, para makhlukNya yang harus menyiapkan hati untuk selalu bersyukur, dan meyakini apapun takdir dari-Nya.

Sekali lagi, selamat datang hujan.
Terima kasih telah datang untuk semesta yang telah menunggu.