Senin, 07 Maret 2022

Teman



 "Setiap teman ada masanya, setiap masa ada temannya"


Hari ini random banget bongkar-bongkar foto lama, ceritanya sih awalnya mau bersih-bersih hard disk, eh jadi nostalgila jaman dulu ehehe.

Ampuuun, kangen banget nget nget sama teman-teman oee. Bener-bener kubuka satu-satu fotonya, setiap folder, semuanya. Sekangen itu. Mikir kayak, kok dulu tuh dimana-mana ada aja temannya, mau kemana-mana ga pusing nyari teman main. Mau ngapain aja, ya jarang banget sendiri, bahkan mau gila-gilaan yang random bin absurd banget tuh ada aja temannya wkwk, jadi kaya berasa ngga gila sendirian 😆

Semudah kayak, kesini kuy, ayooo!. Nonton ini kuy, gaaas!. Makan ini yok, cuuus! Sekarang baru menyadari, betapa berartinya kalimat-kalimat "ayooo", "kuuuy", "cuuus". Betapa berharganya sebuah ajakan yang ditanggapi dengan penuh excited oleh seseorang. Sekarang tuh bahkan nyari partner jalan tuh susahnya masyaAllah ya gaes. Ada film bagus, mau nonton, gaada temen, klo tuh film bener-bener dipengenin banget ya dibela-belain nonton sendirian, kalo nggak ya tunggu aja nongol di telegram baru nonton di kosan 🙈. Mau makan yaa nunggu ada yang kepengen baru kesana, kalo nggak yaa, pergi sendiri. Jadi tuh kemana-mana yaudah deh kebiasaan sendiri saking susyahnya nyari teman sefrekuensi euy!

Ya Allah bener-bener baru nyadar kalo salah satu rezeki yang Allah kasi di hidup kita tuh, teman-teman yang membersamai kita, yang bisa nyeimbangin kita, memaklumi segala keabsurdan kita, menemani kegilaan kita, menjadi sosok penyelamat disaat kita sedang mati gaya karena bosen wkwk.

Semakin kesini semakin diajarin kalau kita harus bisa berdiri tegak menghadapi dunia dengan kaki sendiri, belajar menghadapi realita hidup secara mandiri, belajar buat nggak bergantung sama orang lain. Awalnya susah sih, bagi diriku yang dulu kemana-mana harus ada temannya, yang kalau sendirian tuh kaya anak ilang, takut buat ngapa-ngapain sendirian, alhamdulillah sekarang pelan-pelan udah bisa mandiri, udah bisa enjoy my life alone, uda bisa nyesuain diri buat ngapa-ngain sendirian, kadang muncul sedih juga sih, tapi namanya hidup ya memang pasti ada masanya kita harus belajar buat menghadapinya seorang diri. Seenggaknya, kalo lagi bener-bener bosen gatau mau ngapain masih bisa calling-callingan sama temen meskipun jauh. Apalagi masuk masa covid ini, makin susah lah buat ketemuan. But, it's okay! Sejatinya kita nggak bakal bener-bener sendiri kok. :)

Ya Allaah, kirimkan aku kembali teman-teman yang baik hati, atau pasangan hidup yang bisa menemaniku sebagai teman mau ngapa-ngapain ajaa *aseeek. aamiin allahumma aamiin

Sumpah ya, hari ini mood nulis lagi bagus banget. Lebih tepatnya numpahin hasrat terpendam di hati wkwk.




Minggu, 06 Maret 2022

Lorong Waktu

 

" Terkadang kita perlu sesekali berpetualang memasuki lorong waktu, mengunjungi diri kita di masa lalu, sebagai pembanding diri kita di masa kini. "

Hari ini tiba-tiba aku merindukan diriku yang dulu. Diriku yang entah mengapa kurasa sudah sangat jauh berbeda dengan diriku yang sekarang. Entahlah apakah berubah menjadi lebih baik atau tidak. Kubuka ulang semua foto di album lamaku yang tersimpan rapi di hardisk. Pikiranku langsung mengangkasa jauh kembali ke masa silam. Melayang memasuki lorong waktu, mengintip kembali kenangan masa lalu. Kembali ke masa kuliah saat aku masih aktif-aktifnya mengikuti berbagai kegiatan organisasi, mengikat ukhuwah dengan ukhti-ukhti sholehah melalui berbagai kegiatan keagamaan, jalan-jalan kemanapun tanpa perlu berpikir kekurangan teman, waktu yang suupeer sibuk dengan berbagai aktivtas, melelahkan namun menyenangkan. Aku rindu, rindu itu, rindu semua hal yang dimana sekarang semuanya menjadi suatu hal langka untuk didapatkan. 

Aku mengangkasa kembali ke masa silam selanjutnya, masa-masa SMA. Masa dimana aku bebas bermain dengan adik-adikku, masa tanpa perlu bingung mau kemana karena tak terbatas oleh waktu. Masa dimana setiap bangun pagi, pemandangan yang kulihat adalah orangtuaku yang sibuk bersiap pergi ke kantor, dengan aku dan adik-adikku yang berlomba-lomba untuk gantian mandi, lalu kejar-kejaran dengan waktu agar tidak terlambat sekolah. Lalu malamnya nonton tv bersama di ruang tengah. Masa dimana momen makan diluar rumah begitu sangat ditunggu-tunggu. Aku rindu, rindu itu, rindu semua hal yang sekarang menjadi waktu yang langka untuk didapatkan. Waktu yang sekarang berkebalikan, momen makan diluar menjadi hal yang membosankan, dan momen makan dirumah menjadi hal yang begitu ditunggu-tunggu.

Hari ini, waktu ini, semua tak lagi sama. Kehidupanku yang penuh dengan semrawut pekerjaan, jalan yang katanya healing namun nyatanya hanya sebagai tempat berlari dari kesepian, yang ketika kembali perasaan kosong itu hadir kembali. Kehidupan yang penuh dengan rasa was-was dan kekhawatiran akan masa depan. Kehidupan yang tak bisa kudapat tolak ukur keberhasilannya, yang tak tahu harus sampai mana titik berjuang yang pas untuk mendapatkan target yang diinginkan. Kehidupan yang bahkan untuk mencari apa itu kebahagiaan terasa berat sekali. Kehidupan yang penuh tekanan di sana sini. 

Semakin dewasa aku semakin tak tahu apa yang kuinginkan, tak tahu apa yang ingin kucapai, tak tahu apa yang menjadi sumber kebahagiaanku, tak tahu apa yang sebenarnya kutuju. Aku tak tahu. Semua jalan terasa membingungkan, terasa samar-samar, dan tak ada satupun yang memiliki arah yang jelas untuk kutuju.

Sejenak aku berpikir, apa aku yang salah melangkah. Apa aku yang tak paham diriku sendiri. Aku yang membuat diriku sendiri terombang-ambing dalam kubangan dunia yang terlihat indah namun nyatanya menyesatkan. Aku yang bahkan tak tahu lagi mana rumah yang benar-benar rumah yang nyaman untuk kutempati. Aku yang tak tahu harus melangkah kemana, dan tak tahu harus bercerita ke siapa. 

Aku, semua akar dari segala masalah adalah aku. Aku yang kehilangan arah, lantas tak bisa kembali pulang seperti sedia kala. Aku yang masih saja mencari-cari tujuan padahal mutlak tujuan utama kita sebagai manusia adalah Dia Sang Pemilik Segalanya. Aku yang bertanya-tanya tentang perihal kebahagiaan, padahal aku sendiri tak paham kebahagiaan yang diberikan olehNya adalah hanya dengan bersyukur. Aku yang masih bertanya-tanya tentang masa depan padahal begitu jelas penerimaan paling ikhlas adalah dengan berserah kepada-Nya. 

Segala hal baik tertutupi hanya karena hati ini yang menutup sendiri segala hal baik itu. Aku ingin kembali pulang, menemukan diriku yang dulu untuk bercermin, lalu membawa kembali memori-memori indah sebagai bekalku untuk menghadapi dunia dengan lebih kuat. Bahwa tak ada yang benar-benar berbeda. Aku adalah aku yang dulu, dengan tanggung jawab yang lebih besar atas diriku seiiring dengan bertambahnya tangga menuju kedewasaan. 

Halo, aku di masa lalu! Terima kasih telah menemaniku berpetualang dalam lorong waktu untuk membawa kembali semangatku. Bantu aku di masa depan untuk lebih kuat ya. Mari kita bersatu, dengan membawa kenangan baik di masa lalu untuk menciptakan kenangan-kenangan baik di masa depan :)