Selasa, 01 Januari 2013

Balada Banjir dadakan


Kalo dengar banjir di Jakarta rasanya sudah tidak asing lagi di telinga. Sudah jadi berita biasa yang disuguhkan di tiap berita di berbagai stasiun pertelevisian.  Banjir di Jakarta memang tak bisa di elakkan lagi, apalagi banjir 5 tahunan yang besar-besaran katanya jatuh pada tahun ini (red : tahun 2012 kemarin). Seperti banjir tragis yang tingginya hampir sepinggang orang dewasa yang melanda kampung melayu kecil kemarin menjadi salah satu dari sekian banyak tragedi banjir di Jakarta. Well, Kalo diperhatikan, Kota megapolitan* ini jarang mengalami hujan yang lebat dan berkepanjangan, (* : Kata dosenku, karena penduduknya yang semakin melimpah ruah, maka predikat Jakarta sebagai kota metropolitan seharusnya naik tingkat menjadi megapolitan #bukan prestasi yang dapat dibanggakan  -___-") 
setidaknya jika dibandingkan dengan kota ku yang juga sering hujan lebat dan terus menerus, apalagi jika dibandingkan kota bogor yang selalu hujan #namanya juga kota hujan, seharusnya Jakarta tidak perlu ditakutkan dengan kekhawatiran banjir,
karena jika memang banjir seharusnya kota-kota yang sering hujan itu duluan kan yang terkena banjir (kota ku kalo banjir terus-menerus juga banjirnya ga pernah sampai sepinggangan gitu, paling selutut lah). 
Nah, ini permasalahannya. Kalo menurut pengamatan ku, terutama dengan keadaan sekitar tempatku tinggal sekarang, lingkungan lah permasalahannya, kurang kesadaran dari warga sekitar akan pedulinya terhadap lingkungan yang menjadi awalnya, walaupun mungkin tidak sepenuhnya juga akibat itu, tapi alasan itulah yang sebagian besar mempengaruhi permasalahan banjir di Jakarta. Lihatlah sungai serta kali-kali di sini, penuh dengan sampah. Sungai, kali serta parit-parit itu kan ada sebagai tempat penampungan air hujan agar dapat dialirkan ke muara yang lebih besar sehingga air hujan tidak lama tergenang di permukaan. Tapi kalau sungainya penuh dengan sampah, lantas airnya di letakin di mana? Semakin dangkalnya sungai maka semakin berkurang ketersediaan wadah untuk menampung air-air hujan yang jatuh, akibatnya lah sungai tersebut meluap, air tetap tergenang di permukaan dan banjir pun tak terelakkan.
Dan mirisnya lagi, penduduk seolah acuh tak acuh dengan keadaan tersebut, bukannya mereka tak mengetahui akan sebab banjir tersebut, tapi rasa tak peduli serta ego yang tinggi mengalahkan semua rasa kesadaran itu, seolah menutupi rapat-rapat ketahuan mereka tentang akibat dari apa yang mereka lakukan tersebut. Pikirnya toh, akibatnya nanti, bukan sekarang. sehingga mereka tetap saja tanpa rasa bersalah membuang sampah-sampah ke kali maupun sungai. Pemikiran yang salah yang akhirnya membawa mereka ke penderitaan mereka sendiri. Entah kapan bisa menimbulkan kesadaran untuk tidak membuang sampah ke kali atau sungai. Mungkin karena sedikitnya tempat pembuangan sampah juga kali ya.. Di tempat ku bermukim sekarang aja susah banget nyari tempat pembuangan sampah, harus jalan dulu ke bonasel atau hasbi buat nemuin tempat pembuangan sampah. Mungkin itu juga alasan mereka membuang sampah ke kali, lebih dekat dan praktis tanpa harus jalan-jalan jauh buat nyari tempat pembuangan sampah. Tapi tetap aja cara nya salah, biarlah berjalan kaki sedikit yang penting terhindar dari banjir, ibaratnya bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Mungkin seharusnya perlu juga adanya tempat pembuangan sampah di tiap titik-titik strategis tempat pemukiman warga sehingga warga dapat membuang sampahnya ke situ bukan ke kali. Mungkin.. Tapi ini kembali lagi kepada kesadaran warga sekitar. 

Selain itu, dikarenakan Jakarta yang sesak akan penduduknya yang padat, menyebabkan lahan yang ada di Jakarta kerap digunakan untuk lahan pemukiman warga, ga ada lagi yang namanya pohon rindang, hutan teduh. Tetiba aja jadi ingat kota ku.. Biarlah di kata orang kota hutan, tapi aku bangga karena hutan kami masih melimpah ruah, pohon masih jadi pemandangan kami dimana-mana, tanaman tumbuh tanpa batas. Sungguh merindukan suasana itu, Kalimantanku..

Kembali ke topik, pohon itukan fungsinya sangat terasa ketika hujan, akar-akarnya menyerap air masuk ke dalam tanah, sehingga air tidak terus tergenang di permukaan. Lantas jika tidak ada pohon, air akan terus tergenang, dan lagi-lagi banjir tak terelakkan. Sekali lagi sungguh miris juga melihat kota gemerlap nan megah ini. 

Tapi seperti yang dibilang sebelumnya, sebenarnya ada juga faktor alam yang turut mempengaruhi datangnya banjir ini, seperti yang katanya banjir kiriman kemarin, di Jakarta ga ada hujan eh tetiba aja banjir besar, konon katanya banjirnya kiriman dari bogor yang hujan lebat tak henti-henti. Nah, itu juga tak bisa dielakkan. Atau hujan yang sangat lebat di sertai angin kencang juga bisa berakibat banjir. 

Nah, sekarang aku mau cerita tentang pengalaman banjir yang baru saja kualami. Kemarin sore kost kami diserbu banjir dadakan. T.T 
Jadi ceritanya sore kemarin hujan turun dengan amat sangat lebat disertai angin kencang pula. Cuaca seperti itu sangat mendukung untuk malas-malasan, mumpung libur pula. Jadi kami pun mager di kamar masing-masing, malas beringsut dari titik kenyamanan, tempat tidur.. :3
Tak ada yang tahu apa yang terjadi di luar sana, kalau saja kiki yang baru sehabis mencuci histeris berteriak banjir. Lantas kamipun keluar kamar dan mendapatkan air sudah tergenang di lantai kos kami, bahkan sudah masuk kamar kiki pula. Secepatnya kami segera menghalau masuknya air, tapi air semakin mengganas dan mulai menyerbu kamarku, dilanjutkan kamar pumo, lalu kamar tudzla, beruntung via karena kamarnya diujung jadi kamarnya menjadi satu-satunya kamar di lantai atas yang tidak didatangi air banjir. Yang lucu ini, tahukah anda kalo kami ini bertempat di "Lantai Dua" kost kami.. -,-"
Biasanya kalo banjir yang paling aman ya di lantai-lantai atas, dan rawan di lantai satu. Ini malah lantai dua nya yang sekarat terkena banjir dan lantai satu aman dan tenteram. -__-"
Kalo ditelusuri, air yang masuk ini akibat tempias air hujan yang lebat sehingga masuk di teras atas kost kami, Selain itu juga di teras atas itu lubang saluran untuk pembuangan air nya kecil banget, wajarlah airnya lama terbuangnya, sambil menunggu antrian untuk keluar, lantas air itu tergenang-tergenang indah di lantai, dan ditiuplah genangan air itu oleh angin kencang sehingga air tersebut masuk melalui celah bawah pintu teras dan masuk lah menyusup ke dalam ruangan, dan mengalirlah ia dengan tenang ke kamar-kamar kami.. Miris banget nasib kami.. T.T
Lantas kerja bakti dadakan pun dilaksanakan, menguras air yang masuk dengan sekop sampah, mengepel air-air dengan apa saja yang bisa digunakan tak peduli selimut, kain, bahkan seprei, yang penting bisa mengeringkan. Sungguh menguras tenaga di sore hari, basah-basahan juga tak bisa dihindari, air disana sini bergenangan, lantas kami harus secepat mungkin menguras air-air yang masuk paksa itu, karena jika tidak cepat, air juga bisa menetes berjatuhan ke lantai bawah. 
Tapi ada untungnya juga sih, dengan ada banjir gini kami jadi berbenah kamar besar-besaran, setidaknya kamar kami jadi rapi dan *cling* bersih mengkilau.. haha.
Tapi kalau sering-sering juga kewalahan juga kalii, apalagi kalau lagi kuliah.. Pulang kuliah dengan segala capeknya, dan tiba-tiba sampai di kost air banjir sudah menunggu kami dengan manis di lantai kost.. -,-"

Intinya sekarang mesti waspada banjir, tidak peduli di lantai berapapun anda tinggal, selalulah siap siaga. Banjir mengancam anda di mana-mana.. Waspadalah! Waspadalah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar