Selasa, 28 Juni 2022

Energi Negatif





*Perhatian!!!
Tulisan ini mengandung energi negatif !
Don't judge me ya ! :) 

Beberapa waktu ini aku merasa sedang berada pada fase rendah kehidupanku, semacam semua hal yang kulakukan tak ada yang benar dan tak ada yang membawa ku pada kebahagiaan, bahkan hal-hal kecil bisa  jadi pemantiku untuk badmood seharian, syukur-syukur nggak nangis. Aku tahu ada yang salah dengan diriku, dan entah kapan semua bermula. Hanya saja semua semakin terlihat parah beberapa waktu belakangan ini. 

Sekitar 1 bulan lalu akhirnya aku memutuskan untuk meminta pertolongan profesional alias psikolog, karena aku sudah tak bisa menolong diriku sendiri dan aku juga tahu orang-orang dilingkunganku tak ada yang bisa menolong.Aku sempat gugup dan takut, bagaimana rasanya datang ke psikolog? Apa yang akan orang-orang katakan jika tahu aku pergi ke psikolog? Tapi rasa keinginan untuk kembali menjadi baik-baik saja mendorongku secara kuat untuk melakukan langkah ini.

Pertemuan pertama, ternyata psikolog yang kudatangi adalah istri dari salah satu pegawai yang seinstansi denganku. Aku cukup kaget, dan takut ceritaku menyebar dan terbongkar, tapi mbaknya meyakinkanku bahwa ia memiliki kode etik untuk tidak memberitahukan kondisi pasien pada siapapun termasuk suami sendiri. Aku pun mulai merasa tenang. Pertemuan pertama aku disuruh menceritakan permasalahan yang aku alami. Seolah merasa inilah tempat yang benar untuk menumpahkan segalanya, aku pun memulai ceritaku dengan rintik tangis, yang rasanya sudah tak dapat kubendung karena beberapa waktu tertahan dan itu sangat menyesakkan. Aku menceritakan semua yang aku rasakan, bahkan hal sekecil apapun, dan mbaknya mendengarkan segala ceritaku dengan seksama. Setelah aku selesai menumpahkan semua, mbaknya mulai mengambil alih pembicaraan dan menanyakan beberapa pertanyaan. Ia memintaku untuk menceritakan kisah hidupku sejak aku kecil hingga sekarang. Akupun mulai menceritakan semuanya dengan penuh semangat, dan semua hal-hal di masa lalu ter refresh kembali di otakku. Dan aku sebenarnya sedikit tersadar, dimana aku yang dulu? Betapa bahagianya aku saat aku menceritakan momen-momen menyenangkan tentang diriku di masa lalu. Kemudian setelahnya kami melakukan beberapa treatmen lanjutan, diantaranya asessment test. Pertemuan pertama berlangsung selama kurang lebih 2 jam dan itu rasanya membuatku lega dan plooong sekali, seperti semua bebanku hilang. Sejujurnya aku hanya butuh tempat untuk membuang segala pikiran-pikiran negatif yang terlalu banyak menumpuk di kepala hingga membuat pikiranku terasa penuh. Aku hanya butuh orang untuk mendengarkan, tapi kebanyakan orang tidak sabar dengan sikap baperanku. 

Saat pulang aku diberi PR untuk berbicara dengan suara-suara di kepalaku, berkenalan dengannya, menghitung kecepatan suara di kepalaku serta berapa kali frekuensi ia hadir dalam sehari. Aku pun melakukan itu, sesungguhnya itu awalnya terasa agak aneh berbicara dengan diri sendiri, namun itu ternyata sedikit membantu diriku jika suara-suara itu muncul dan menyuarakan hal-hal negatif atau prasangka buruk, aku bisa mengendalikannya meskipun sedikit. Pertemuan kedua dijadwalkan 2 minggu lagi, dalam 2 minggu itu aku sudah mulai bisa mengendalikan diriku, mengerem setiap ada pikiran negatif yang muncul. Aku tak sabar untuk menunggu pertemuan kedua, karena di saat itu aku sudah tak sabar untuk bercerita banyaak tentang hal-hal yang aku alami dalam 2 minggu ini. 

Pertemuan kedua, aku disuruh menceritakan apa saja yang aku alami dan berapa frekuensi menangisku selama 2 minggu ini, akupun menceritakan dengan semangat apa saja yang kujalani selama 2 minggu ini. Di pertemuan kedua aku melakukan inner jouney, masuk ke dalam diriku dan melakukan deep talk dengan diriku sendiri, meminta maaf dan berterima kasih kepada diriku, dan kemudian memaafkan diriku sendiri. Di saat itu aku tenang semacam berdamai dengan diri sendiri. Selama 2 kali melakukan terapi, aku merasa selepas kembali dari sana jiwaku plong dan tidak ada beban. Dan aku pikir semua ini bisa membuatku kembali baik-baik saja seperti dulu.

Tapi, setelah pertemuan kedua, secara tiba-tiba diriku anjlok kembali ke titik semula. 
Beberapa peristiwa dikantor tiba-tiba menurunkan level ketahananku ke titik rendah kembali. Dan salah satu orang terdekat yang kupercaya, mungkin sudah lelah menghadapiku yang sensitif ini hingga mulai mngabaikanku. Minggu kemarin terasa sangaat berat.
Kepercayaan diriku dan self esteem ku sedang berada di posisi terendah.
Suara-suara di kepala itu muncul kembali, mengatakan bahwa semua orang tak membutuhkanku lagi, semua orang lelah dengan sikapku, semua orang mengabaikanku, semua orang tak perlu aku lagi. Suara-suara itu benar-benar menguras energiku, diri ini benar-benar dipenuhi aura negatif. Dan aku tak bisa bekerja dengan benar. Aku ingin melawannya, melawan suara-suara itu, mengajaknya bicara, melakukan selftalk, menarik nafas dalam-dalam, dan melakukan berbagai upaya yang telah diajarkan sebelumnya saat ku terapi, tapi tak ada satupun yang berhasil, energi negatif sudah terlalu besar menggulung diriku, aku terhanyut dalam imajinasi-imajinasi yang mebawaku ke dalam potongan drama-drama menyedihkan dan membuatku takut. Aku takut menghadapi realita, aku takut tak bisa bertahan, aku takut aku hilang dan tenggelam dalam ketakutan dan kekhawatiranku sendiri, tapi aku tak bisa mengatasinya. 
Energi negatif itu bahkan membuat orang yang kusayangi juga menjauhiku, dan malas berinteraksi denganku. Katanya setiap melihatku yang suram, membuat orang-orang di sekitar tidak nyaman. Akhirnya aku memutuskan untuk menarik diri dari aktivitas dengan orang luar, membawa pekerjaan ku ke rumah, dan menyepi. Menenangkan diri hingga aku benar-benar bisa berpikir dengan rasional kembali, karena tak ada satupun yang bisa membantu aku. Semua orang tenggelam dengan aktivitasnya dan aku tenggelam dengan pikiranku sendiri. Mungkin karena aku terbiasa berinteraksi dengan orang, sehingga saat aku sendiri dan tak ada teman untuk berbicara aku benar-benar merasa kesepian.

Pertemuan selanjutnya dijadwalkan sebulan kemudian, yaitu 2 minggu lagi, dan itu masih lama. Sampah-sampah di kepala ini sudah penuh dan sepertinya mulai membusuk karena lama terpendam dan tidak dikeluarkan. Tapi aku tak ada teman bicara, lebih tepatnya tak ada teman yang relate dengan perasaanku. Aku paham, karena mereka bukan aku. Aku juga tak bisa memaksa seseorang untuk memahami perasaanku. Karena perasaan ini sulit untuk kudeskripsikan, dan orang-orang tak akan paham jika mereka tak pernah berada dalam posisi yang sama denganku. Beberapa kusimpan seorang diri karena kurasa itu lebih baik dibanding bercerita namun mendapat feedback negatif dan judging.
Aku berusaha melawan perasaan-perasaan ini seorang diri, berjuang agar aku tak didominasi oleh perasaan-perasaan sensitif ini. 
Dan aku menemukan kuncinya.

Ya Allah, Ya Rabb
Aku berlindung pada-Mu dari rasa sedih dan kecewa
Aku berlindung pada-Mu dari rasa khawatir dan waswas
Aku berlindung pada-Mu dari segala prasangka buruk dan sara suuzon yang tumbuh di hati ini.

Doa yang selalu kuulang setiap sikap sensitif dan pikiran negatif ku muncul.
Aku tahu ini tak mudah, dan aku tak bisa deskripsikan betapa sakit nya berada di posisi ini.
Betapa sulitnya melawan rasa baper dan pikiran-pikiran negatif ini.
Betapa takutnya aku menghadapi masa depan yang seolah seperti lubang hitam yang siap membawaku pada hal-hal yang tak sesuai harapan.
Aku tahu ini tak mudah, tapi aku mau belajar mengendalikannya

Jadi siapapun yang membaca, mari kita semua belajar berempati ya.
Jika suatu hari kamu menemukan seseorang dengan perasaan sensitif dan baper yang berlebihan di sekelilingmu,
Seseorang yang tak terlihat baik-baik saja
Seseorang yang moodnya sering berubah
Please jangan judge dia ya
Meskipun tak tahu mau melakukan apa, minimal berempati dan mencoba memahami sikapnya dan tidak menjauhinya
Aku tahu pasti capek banget berada disekeliling orang yang kaya aku,
Tapi, sabar ya.
Sabar, dukung, support, semangati, dan jangan abaikan
Ajak bicara, minimal menyapa.
Karena bagiku hal-hal sederhana seperti itu sangat berarti buat aku

Untuk seseorang yang hari-harinya selalu kurundung dengan prasangka negatif, 
yang hari-harinya selalu kubuat lelah dengan kerumitan hati aku, 
yang hari-harinya selalu bosen ngeliat aku yang murung dan susah hatinya hingga mengalirkan aura negatif buat dirinya,
yang hari-harinya mulai capek menghadapiku
i'm sorry
Aku nggak bermaksud begitu, sungguh. Semua terbentuk begitu aja tanpa bisa aku kendalikan.
Semoga kamu bisa pahamin aku tanpa mengeluarkan kalimat-kalimat nyelekit lagi ya
Semoga kamu mau dukung aku untuk sembuh dan menjadi baik-baik aja

Untuk yang ada dalam posisi ini,
Semangat ya!
Semoga kita selalu dilingkupi kesehatan dan ketenangan hati oleh-Nya

Ya Allah Ya Hayyul Qayyum
Bantu hamba untuk mengatur segala urusan hidup hamba
Bantu hamba untuk memilih jalan terbaik terbaik untuk setiap fase kehidupan hamba
Karena Engkaulah Yang Maha Tahu dan Maha Perancang Skenario Terbaik
dan Aku hanyalah Makhluk lemahmu yang tak bisa apa-apa tanpa-Mu
Maka bantu hamba dapam setiap perjalanan hidup hamba
Aamiin Ya Rabbal Alamiin

PS :
Tulisan ini kubuat hanya untuk mengeluarkan sedikit puing-puing yang mulai penat.
Dan sepertinya kedepannya sulit untuk kubaca lagi
Semoga tulisan selanjutnya sudah baik-baik saja dan happy-happy lagi ya, aku :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar