Minggu, 28 Agustus 2022

Silent Treatment

Aku sering bertanya-tanya dalam hati, bagaimana perasaan seseorang yang sering mendiamkan orang lain atau melakukan silent treatment kepada seseorang. Apa yang ada di dalam hatinya? Apakah ada kepuasan di dalam sana?merasa nyaman kah? merasa tenang, atau bagaimana? Apalagi seseorang yang melakukan silent treatment kepada orang lain tanpa mengucapkan apa-apa, sehingga menyebabkan orang tersebut kehilangan kata-kata untuk berbicara.

Pernah nggak ya mereka memikirkan bagaimana perasaan orang-orang yang mereka diamkan. Pernah nggak terlintas di benaknya rasa penyesalan karena mendiamkan seseorang, atau pernah nggak terbersit pengen minta maaf gitu. Kan kita nggak tahu, seseorang yang kita diamkan itu terluka hatinya atau tidak, menyimpan sakit hati atau tidak karena perlakuan kita. Atau hanya masa bodoh aja, kayak bodo amat dia mau merasakan apa, pikirin aja sendiri salahnya apa, siapa suruh bikin aku sakit hati. Kalo dipikir-pikir, itu kejam nggak sih. Nggak adil untuk seseorang yang didiamkan itu.

Yang lebih parah, jika ngediaminnya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Itu apa hatinya tenang ya melakukan hal seperti itu ke orang lain? serius aku bingung. Bukan mau ngejudge atau apa, tapi aku benar-benar penasaran. Apakah ada kepuasan tersendiri di dalamnya? Bahkan Rasulullah aja memberi batas waktu untuk marah atau kesal sama orang maksimal 3 hari, tapi kenapa bisa rasa marah dengan silent treatement tersebut bisa menguasai dirinya hingga sekian lamanya. Itu benar-benar tenang ya hatinya? Apa tidak ada rasa bimbang atau khawatir gitu. 

Aku paham sih, ada banyak cara orang mengungkapkan ekspresi kemarahannya. Bisa dengan marah secara spontan, nangis, ngomel, diam. Tapi apa harus ya selama itu, berarti kalau begitu selama ia melakukan silent treatment, selama itu juga dong amarah menguasai dirinya? Bagiku diam saat marah tuh sah-sah aja sih, mungkin itu bentuk ekspresi kemarahannya atau cara biar dia bisa menenangkan diri, Tapi apa nggak mungkin ya untuk bisa meredam amarah agar tidak berlarut-larut sekian lamanya. Entahlah, aku nggak tau. Mungkin aku ngga ada di posisi orang-orang itu jadi aku nggak bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Aku nggak bisa ngejudge karena aku nggak ada di posisi mereka. Sama seperti aku yang mungkin meluapkan emosi dengan menangis, beberapa orang mungkin risih denganku atau melabeli ku cengeng. Tapi aku serius ingin tahu aja, dan pengen banget tahu. Biar aku nggak negatif thinking atau semacamnya.

Aku adalah orang yang paling nggak bisa didiamin, mending marah sekalian biar aku tahu salahku apa, daripada didiemin tanpa kejelasan. Aku nggak tenang, sepanjang orang itu ngediemin aku, aku akan terus dihantui rasa bersalah, karena aku takut dia nggak maafin kesalahanku, yang bahkan kadang aku gatau apa. Kalau aku mikir kadang, kok tega ya begitu, itu bentuk penyiksaan secara pelan tapi pasti sih kalo menurutku. 

Semoga buat orang-orang yang menganut silent treatment saat marah ini, semoga perlakuan silent treatment nya jangan lama-lama ya, kasian orang yang didiemin, serius. Kita nggak tahu kan perasaan dia kaya gimana, kita gamau kan jadi alasan seseorang mengalami kesedihan atau bahkan depresi berkepanjangan. Boleh didiemin tapi jangan lama-lama, setelah itu baikan dan jelasin titik permasalahannya, biar sama-sama instropeksi diri untuk jadi lebih baik agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi. Dan untuk orang-orang yang mengalami silent treatment ini, panjangin aja sabarnya ya, luaskan lagi hatinya, tingkatkan lagi empatinya, semoga tidak ada sakit hati yang berlarut-larut di dalamnya. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar