Sabtu, 04 Mei 2013

Jalan itu bukan untukmu

 Jalan itu bukan untukmu, jadi pergilah.
Kau sudah tahu jika jalan itu tak bisa kau lewati, kenapa terus beranjak? bahkan berlari menerobos?
Mengapa kau terus berlari? bukankah sudah terdapat rambu-rambu peringatan?
karena jika kau terus saja menyusurinya, kau hanya akan lelah berjalan tanpa bertemu ujung.
bahkan jika kau buntu, lantas mencari simpang jalan yang lain itu juga bukanlah penyelesaiannya.
karena akan selalu ada palang penutup jalan yang akan menghalangimu.
jika saja kau tetap menerobosnya, kau akan terjatuh dalam jurang yang amat dalam.
tak seorangpun yang mendengarmu dan mencoba menarikmu kembali ke atas.
Karena jalan itu bukan jalanmu, kau hanya dapat dianggap sebagai penyusup.
Siapa yang akan menolong penyusup?
Hanya dirimu yang dapat menopang kembali kekuatan untuk naik kembali ke atas.
Namun dengan semua luka yang menggurati dirimu, bisakah kau sekedarnya berjalan dalam keadaan tertatih.
Susah, ya susah.
Lantas akan lebih baik jika tak kau lewati jalan itu.
Tapi masalahnya yang membawamu ke jalan itu bukanlah kakimu, tapi nalurimu.
Naluri yang susah diajak kompromi, yang selalu berlaku egois, tapi jujur adanya.
Jika naluri sudah berbicara, bahkan kaki pun sulit untuk terhenti.
dibawah kendali menyusuri tiap senti demi senti, tiap langkah demi langkah pijakan jalan yang bahkan kau tahu sendiri jalan itu buntu untukmu.
Ya, buntu untukmu, tapi tak buntu untuk si penghuni terpilih.
Kadang menyesallah hati mengapa tak lebih awal turun di jalan itu.
Tapi cerita selalu punya cerita di dalamnya.
cerita tersirat yang mungkin susah tertangkap sudut mata.
cerita yang mungkin membuat kau berada dalam ilusi yang membuatmu hanyut dalam arus yang berkepanjangan.
cerita itu ada, tapi mungkin belum dapat kau terjemahkan maksudnya.
ya, karena ilusi itu membutakanmu.
membutakan mu bahkan kau pun tak mengindahkan tiap tanda yang berbisik disebelahmu.
"Jangan, jangan lewati jalan itu!"
ya, kau mendengar, tapi ilusi itu seolah memberi pengharapan padamu bahwa jalan itu mempunyai ujung untukmu.
Tapi sekali lagi itu ilusi.
tangkap kembali nalarmu dan buatlah ia menarikmu kembali dari ilusimu.
Karena yang benar adanya adalah..
Jalan itu bukan untukmu.. ya, bukan untukmu..
jadi berhentilah
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar