Senin, 17 Juni 2013

Figur seorang Ketua



Pada postingan kali ini hanya sedikit sharing unek-unek dan pemikiran saya tentang figur seorang ketua. Bercermin dari kehidupan organisasi saya sekarang yang mana memegang posisi sebagai bph atau jabatan yang sedikitnya dekat dengan figur seorang ketua di dua organisasi sekaligus. Yah, mungkin sedikit menjadi pembelajaran bersama.

Dalam suatu kelompok pastinya akan ada satu orang yang akan memimpin dan membawa kelompok tersebut ke arah tujuan dan cita-cita yang menjadi landasan bagi kelompok tersebut . Ya, sebut saja itu ketua. Di sini kita mengambil ruang lingkup organisasi. Figur ketua sangat penting. Ketua yang mengoordinir, ketua yang mengawasi, menuntun, dan mengondisikan tiap anggotanya. Ketua tidak hanya dapat dipilih karena kepandaiannya dalam memimpin, atau keahliannya dalam bidang yang dipimpinnya. Ketua juga harus punya dan sadar akan komitmen. Ya, komitmen sangat saya tekankan di sini. Ketika anda sudah diamanahi dan dipercaya sebagai ketua, berarti anda harus sudah siap dengan apapun yang akan anda hadapi, anda harus siap dengan apapun tanggung jawab yang diberikan kepada anda, dan anda tentunya harus paham apa job-job yang mesti anda lakukan. Ketua bukan hanya sebuah title bergengsi yang dipandang "wow" oleh orang sekitar, bukan hanya sebuah jabatan penting yang terdengar hebat di telinga para pendengar. Ia bukan sebuah posisi main-main, bukan sebuah posisi yang hanya melekat begitu saja dalam diri seseorang. Ketika anda sudah berpangkat ketua, maka ketika itulah sebuah amanah besar sedang melingkupimu. Amanah yang akan dimintai pertanggung jawaban kelak. Amanah yang mana juga melingkupi banyak jiwa yang harus anda tuntun ke arah depan. Bisa dibayang jika seorang ketua dengan kuasanya mengambil keputusan sendiri menuntun anggota ke jalan yang ternyata salah, apa yang akan terjadi dengan kelompok tersebut, atau misalnya seorang ketua membiarkan anggotanya berjalan sendiri-sendiri tanpa ia pantau, sementara ia sibuk sendiri dengan jalannya. Apa yang akan terjadi dengan kelompok tersebut?
Di sini sekali lagi saya tekankan, figur ketua itu penting. Ketua tak hanya memimpin, tapi juga harus merakyat bersama anggota.Tidak hanya terus berada di posisi atas mengoordinir ini dan itu, tapi juga harus turun melihat ke bawah untuk tahu keadaan anggotanya. Apakah saat anggotanya sedang mengalami masa sulit, ketua harus ada untuk sekedarnya membantu atau minimal menyemangati dan mensupport anggotanya agar tak ada yang menyerah sebelum berakhirnya perjalanan kepengurusan organisasi tersebut. Ketua tidak hanya terus menatap ke depan berambisi melihat sasaran di depan mata, tapi juga harus menoleh ke belakang melihat keadaan anggota-anggotanya. Apakah saat anggotanya sedang memasuki fase lelah, jenuh dan penat, ketua harus ada merangkul anggotanya agar tak ada yang berjatuhan di jalan. 
Ketua tidak harus turun langsung dalam mengerjakan suatu proyek kerja, tapi bukan berarti lepas tangan begitu saja dalam proyek tersebut. Hanya sekedarnya bertanya "Sudah sejauh mana proyek ini berjalan?" atau "Bagaimana proyeknya, ada menemui kesulitan kah?" Itu adalah bentuk paling minimal dalam mengapresiasikan rasa peduli kepada anggota. Anggota akan merasa diperhatikan, dan tentu saja akan menjadi berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan proyek tersebut. 
Tapi bagaimana jika kasus tersebut tidak berjalan seperti yang tertulis di atas?
Dalam suatu kasus, seorang ketua termasuk dalam tipe cuek dan masa bodoh terhadap suatu hal. Ia tak pernah barang bertanya sekalipun sudah sejauh mana progress yang ada, dan bahkan ia tak tahu batas deadline proyek tersebut. Di sini bukan saja anggota yang merasa tak dihargai akan kerja kerasnya, tapi juga merugikan beberapa pihak yang membutuhkan proyek tersebut. Sehingga anggota yang merasa tidak diperhatikan akan merasa jenuh akan tugas yang dihadapinya sementara ketua tak pernah tahu akan apa yang dirasakan anggotanya tersebut, akibatnya banyak anggota yang merasa terabaikan akan kerjanya dan enggan untuk melakukan tugasnya lagi.
Dan terkadang, dalam suatu kasus juga, seorang ketua memiliki tipe pekerja dan malah melakukan semua pekerjaan sendiri tanpa dibagi dengan anggota, menyimpan sendiri permasalahan yang mungkin seharusnya bisa disharingkan dengan anggota sehingga dapat menemui titik terang solusi pemecah permasalahan tersebut lebih cepat. Dan saat proyek tersebut tak kunjung selesai atau bahkan terbengkalai di tengah jalan atu mungkin masalah tersebut semakin membesar, barulah terlihat oleh anggota. Sehingga akan muncul rasa tidak dipercayai atau tidak dianggap di dalam pikiran dan hati para anggota. Dan akhirnya satu-persatupun melepaskan diri dari lingkaran organisasi tersebut. Sungguh miris dua kasus di atas. Yang satunya memiliki ketua yang cuek tingkat dewa, yang satunya lagi memiliki ketua yang tertutup. 
Ketua yang bertipe cuek cenderung bersifat terbuka, sehingga apapun yang dilakukan anggota ia terima tanpa banyak keluh, dan jika terjadi masalah langsung to the point. Tapi sayangnya sikap cuek yang berlebihan menyebabkan ia terlalu percaya pada anggota sehingga hanya merasa ingin menerima hasil jadinya saja tanpa ingin tahu prosesnya. 
Kebalikan dengan ketua yang bertipe pekerja, ia tidak bisa hanya diam saja jika terdapat suatu progress di depan matanya. Bahkan terkadang jika ia bisa, ia akan melakukan progress itu sendiri hingga selesai. Tapi sayangnya sifat pekerjanya yang agak berambisi menyebabkan kepercayaan pada anggota tidak full karena pikirnya melimpahkan kepada orang lain hanya akan memperlama progress itu selesai. Jika kedua sifat tersebut diambil positifnya dan dikolaborasikan bisa saja organisasi tersebut maju tanpa halangan. Ketua yang bersifat terbuka dan pekerja. Ia terbuka dengan anggotanya, mempercayai pekerjaan anggotanya dan tak segan menolong jika anggotanya menemui kesulitan. Itu seharusnya figur seorang ketua.
Saya menyampai 2 kasus tersebut karena dalam kondisi nyata yang saya alami saya sudah menemukan dua tipe yang telah saya sebutkan di atas. Bukan bermaksud untuk mengecilkan, hanya saja berharap hidayah kepada kedua orang tersebut agar dapat menjadi ketua yang sukses dan berhasil membawa kelompoknya ke arah kegemilangan.

Sesungguhnya masih banyak yang perlu disharingkan terkait figur seorang ketua. tapi untuk saat ini saya rasa cukup itu dulu yang dapat saya tulis. Mungkin di lain waktu saya akan sharing kembali hal yang berkaitan terkait kepemimpinan. Ya, karena tak hanya ketua organisasi atau ketua suatu kelompok tertentu yang menjadi pemimpin. Tapi masing-masing dari kita juga merupakan seorang pemimpin. Pemimpin untuk diri sendiri. :)
 

2 komentar: