Jumat, 18 Juli 2014

Dimana kuncinya?



Tangan kaku, mulut terkatup gagu, bahkan hati membisu
dimana kuncinya?
kunci yang mengatup semua pintu-pintu yang mengalirkan eksplorasi kata-kata

Jika angin saja dahulu bisa menuaikan pena dalam desirnya
Jika hujan saja mampu torehkan kata dalam gemericiknya
Mengapa jemari yang tak tergelitik untuk distribusikan rangkaiannya?
dimana kuncinya?
kunci yang membungkam semua bahasa yang menafsirkan ribuan makna

Aku amnesia, dalam ribuan puing-puing kata yang berserakan di lautan mimpi
terobang-ambing terhempas ombak yang menenggelamkannya hingga ke dasar logika,
dan menjadikannya fosil tak bertuan di sekat pikiranku
dimana kuncinya?
kunci yang mengunci rapat sekat-sekat itu, dan melumpuhkan segala ingatanku

Bahkan senja yang merona
Fajar yang menyingsing indah
Mentari yang bersinar cerah
Tak lagi mampu tertangkap dalam sorot maya, hanya sebatas bingkai pembungkus hari
yang datang dan pergi tanpa membawa sepetik cerita
maka, dimana kuncinya?
kunci yang meminimalisnya menjadi sebatas pajangan etalase hidup
tanpa teraih dalam sebuah simfoni kehidupan

Dimana kuncinya?
Maka aku berlari, lupa atau sengaja melupakan
Segala flashback, metafora maupun prosa yang terngiang-ngiang di kepala
pecah melebur menjadi kepingan mimpi yang berorbit di pusat pikiranku
aku menemukannya, ya aku menemukannya
Hanya saja tak dapat kujangkau, bahkan hingga kuberlari dalam ribuan senti kehidupan
melambaikan tangan ke segala penjuru, takkan mampu ku menggenggamnya dalam indraku
Tapi kutersadar, bahkan berapa kali pun aku lupa atau sengaja melupakan
Ia masih tetap ada ditempat yang sama, hanya saja kabut-kabut ketakpedulian menutup tebal ia dalam selimut kebisuan
Dimana kuncinya?
Ia disini, di balik tirai terlembut yang pernah ada
"hati"
Maka seberapapun kau berkehendak, ribuan bahkan jutaan kata yang tersebar dipenjuru otak
Jika hati tak terpacu didalamnya, maka ia takkan keluarkan kunci untuk membukanya bahkan hanya dalam sebaris sajak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar