Kamis, 24 November 2016

Fiction [Part 3]

SEBUAH NAMA


          Kata orang, kehidupan nyata yang sesungguhnya akan dimulai selepas kita lulus kuliah. Masuk dunia kerja, lingkungan masyarakat, dan mulai memasuki dunia orang dewasa. Kupikir begitu. Karena banyak hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan saat masih menjadi mahasiswa mulai bermunculan pasca lulus, khususnya saat menghadapi penempatan.

Selasa, 22 November 2016

Fiction [Part 2]



TAKDIR YANG BERGESER


Namaku Qisya Arumi. Kebanyakan orang memanggilku Qisya, hanya orang-orang terdekat khususnya keluarga yang sering memanggilku Rumi.  Aku baru saja menamatkan gelar sarjanaku di salah satu perguruan tinggi kedinasan di Jakarta. Bagi kebanyakan orang, momentum kelulusan merupakan salah satu bagian yang paling menyenangkan dalam perjalanan hidup ini. Begitu pula aku. Setelah mati-matian mengikuti perkuliahan yang mata kuliahnya bikin pengen gantung diri karena susahnya melewati batas normal, ditambah tugas yang jumlahnya seabrek dan bikin pengen mual-mual, dan diakhiri dengan skripsi yang diselesaikan dengan perjuangan berdarah-darah, tentu saja momen kelulusan jadi waktu yang paling ditunggu-tunggu. Dan yang paling penting, akhirnya status sebagai “mahasiswa rantauan” sebentar lagi akan berakhir.

Senin, 21 November 2016

Fiction [Part 1]

PERCAKAPAN PERTAMA





Semua dimulai dari suara itu, suara yang tiba-tiba meruntuhkan segala perjanjian-perjanjianku pada diri sendiri terkait daerah baruku sekarang, yang telah kususun rapi sebelum aku beranjak di pulau tempatnya bernaung ini. Suara yang pertama kali kudengar, tapi seperti beribu-ribu cahaya lamanya telah kukenal, yang anehnya seperti magnet yang menjadikanku amnesia pada semua kekhawatiranku. Suara itu, suara yang tiba-tiba melumpuhkan konsentrasiku, dan mengubah segala sudut pandangku tentang tempat ini. Yang pada akhirnya melemahkan ketakutanku dan membuatku dengan kerelaan hati menjadikan tempat ini sebagai rumah keduaku.
Suara itu, dari telepon berdering yang tak kutau siapa si empunya namanya, hingga ia akhirnya memperkenalkan namanya, nama yang entah kenapa hingga sekarang masih setia bergelayut dalam memori pikiran yang selalu gagal untuk kumusnahkan. “Halo Qisya, ini Bayu.”