Senin, 21 November 2016

Fiction [Part 1]

PERCAKAPAN PERTAMA





Semua dimulai dari suara itu, suara yang tiba-tiba meruntuhkan segala perjanjian-perjanjianku pada diri sendiri terkait daerah baruku sekarang, yang telah kususun rapi sebelum aku beranjak di pulau tempatnya bernaung ini. Suara yang pertama kali kudengar, tapi seperti beribu-ribu cahaya lamanya telah kukenal, yang anehnya seperti magnet yang menjadikanku amnesia pada semua kekhawatiranku. Suara itu, suara yang tiba-tiba melumpuhkan konsentrasiku, dan mengubah segala sudut pandangku tentang tempat ini. Yang pada akhirnya melemahkan ketakutanku dan membuatku dengan kerelaan hati menjadikan tempat ini sebagai rumah keduaku.
Suara itu, dari telepon berdering yang tak kutau siapa si empunya namanya, hingga ia akhirnya memperkenalkan namanya, nama yang entah kenapa hingga sekarang masih setia bergelayut dalam memori pikiran yang selalu gagal untuk kumusnahkan. “Halo Qisya, ini Bayu.”



*****

“Jadi sudah dihubungi Pak Ricky?”
"Sudah mas barusan"
“Ooh, berangkat jam berapa?”
“Jam 7 pagi mungkin mas, berangkat bareng juga?”
“Oh, tidak. Saya berangkat sendiri, Sya. Okedeh kalo begitu, sampai bertemu di kantor besok.”
"Iya, mas"
Dan percakapan singkat itu berakhir, bahkan tanpa perkenalan basa-basi. Ya, memang bukan itu tujuannya, bukan untuk membahas obrolan tidak penting dengan orang yang baru dikenal, ia hanya meminta nomor kontak temanku terkait urusan pekerjaan. Percakapan singkat di akhir tadi hanya bumbu agar tidak hambar dalam menutup percakapan. Biasa saja, harusnya. Tapi, hingga percakapan itu berakhir, aku masih menatap layar ponselku, menatap lekat nomor yang barusan menghubungiku, masih belum kuberi nama. Aku masih membeku. Entahlah, tiba-tiba saja kejadian yang baru berakhir sekian detik yang lalu itu mengawali munculnya sebuah tanda tanya besar yang sampai sekarang belum terjawab. Tanda tanya yang akhirnya melahirkan tanda tanya-tanda tanya lainnya. Tanda tanya yang entah ada jawabannya atau tidak. Entahlah. Bahkan aku sendiri tak mengerti mengapa tanda tanya itu lahir dengan tiba-tibanya, apalagi disuruh untuk menjawabnya. Pertanyaan itu, yang ketika kuingat tiba-tiba membuat nadiku berdenyut cepat. Bagaimana bisa? “Apakah aku, jatuh cinta?”



*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar