Seberapa besar arti sebuah kepercayaan menurut kalian?
Atau mungkin pertanyaan dasar dulu, apa yang kalian pikirkan ketika mendengarkan kata percaya?
Percaya,
dalam agama Islam kalimat ini begitu sakral dan begitu memiliki arti penting dalam menjalani peran sebagai umat Muslim.
Rukun dasar kita pun berlandaskan pada percaya, yaitu iman, yang didefinisikan sebagai percaya. Yang tentunya bukan sekadar percaya. Percaya yang dimaksud yaitu diucapkan dengan lisan, dilakukan dengan perbuatan dan diyakini dengan hati.
Pondasi kita dalam memahami Islam, bagaimana bisa kita memahami segala hal jika landasan kepercayaan itu tidak ada. Lihat lah betapa besar arti sebuah kata percaya dalam Islam.
Mungkin pernyataan di atas hanya sebagai intermezzo.
Di dunia ini, ada dua jenis orang yang terbagi berdasarkan rasa percaya.
Orang yang sulit percaya dan gampang percaya.
Dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dan terkadang orang yang sulit percaya itu sedikit banyaknya terlahir dari orang-orang yang sebelumnya pernah dikhianati *cieeciee
Haha, itu hanya berdasarkan pengamatan saya, ya berhubung ini tulisan saya jadi ya isinya pendapat saya. It's oke kan? hihi.
Sisi positifnya orang yang sulit percaya yaitu ia tidak akan mudah terbohongi, dan berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Kalau saya sendiri, mungkin termasuk tipe yang gampang percaya (Atau gampang dikubuli ._.)
Karena saya selalu merasa setiap perkataan itu benar, dan terkadang sulit membedakan mana yang benar dan mana yang bohongan haha. Dalam pikiran saya, tidak terbersit satupun pikiran untuk meragukan perkataan seseorang sehingga saya selalu mencoba percaya dengan apapun yang orang lain mindset kan ke saya (makanya sering tertipu -_-).
Makanya mungkin saya jadinya sedikit labil, apalagi jika saya mendengar dua argumen berbeda dengan dua narasumber yang berbeda. Saya akan selalu mencari orang ketiga untuk menjadi penengah argumen tersebut, dan tentunya orang yang dalam hal ini paham dengan inti argumen tersebut dan lebih baik lagi jika ia punya pemahaman yang baik.
Mengapa saya selalu memiliki mindset percaya?
Baiklah, saya akan menjabarkan kronologi bagaimana pikiran saya bekerja mengolah kata percaya itu hoho.
Untuk setiap orang yang saya kenal dan berkomunikasi baik dengan saya, saya akan selalu menaruh kepercayaan yang utuh kepadanya di awal perkenalan, karena pada dasarnya saya merasa dengan percaya pada seseorang akan membantu pikiran saya untuk tidak banyak mengolah kata suudzon yang akhirnya hanya akan memperkalut diri sendiri.
Tapi, seiring berjalannya waktu, kadar kepercayaan itu bisa saja berubah, tergantung bagaimana orang yang saya taruh kepercayaan itu menggunakan kepercayaan dari saya seperti apa. Bisa jadi masih tetap utuh, bisa menurun, bahkan bisa saja habis.
Bagaimana bisa? ya bisa aja hehe.
Waktu adalah jawaban paling akurat dalam menjawab segala hal yang tak didapat mata secara instan. Seperti bagaimana sifat seseorang, tingkah laku, kebiasaan, bahkan baik buruknya.
Terkadang ada yang menasehati, jangan terlalu percaya sama ini, sama itu. Tenang saja mas bro, mbak sist, saya tahu bagaimana menempatkan rasa percaya itu di tempat yang semestinya hmm hmm.
Prinsip saya adalah
"Saya akan selalu percaya pada seseorang sampai pada akhirnya orang itu sendiri yang membuktikan bahwa dirinya tidak bisa dipercayai"
Tergantung sejauh mana ia menyimpan kadar kepercayaan yang sudah diberi.
dan saya yakin setiap orang pasti juga memiliki kadar kepercayaannya masing-masing.
Saya akan sedikit bercerita tentang masa lampau,
Sebut saja dia si ulat daun.
Saya banyak mendengar cerita tentang si ulat daun, tentang kebiasaannya yang suka memakan daun hingga daun rusak. yang katanya kalau ngomong jangan dipercaya, suka bohong.
Tapi sejauh saya mengenal si ulat daun, saya belum pernah melihat ia merusak daun. Jadi saya masih menaruh 100 persen kadar kepercayaan saya kepada si ulat daun, tidak peduli orang bilang dia ulat perusak, ulat pembohong, selama saya tidak melihat si ulat seperti itu, saya akan menganggap dia si ulat daun yang baik.
Hingga di kemudian hari si ulat daun akhirnya tertangkap basah merusak daun dan saat itulah kadar kepercayaan saya kepada si ulat daun menurun, terus menurun hingga habis. Dan pada akhirnya setiap ulat daun yang masuk pekarangan rumah saya, langsung saya usir menggunakan sapu agar tidak ada daun yang rusak lagi. (kejam ya wkwkwk)
Namun saya tahu, tidak semua ulat daun merusak. Maka perlu kontemplasi beberapa waktu untuk menumbuhkan kepercayaan lagi terhadap sesuatu apapun yang sejenis-jenis mirip seperti si ulat daun tersebut.
Semoga kamu-kamu sekalian tidak seperti si ulat daun itu.
Maka ketika ada yang berkata kepercayaan itu mahal. Saya setuju. Karena untuk memperbaiki kembali kepercayaan yang sudah hilang itu susah, bahkan dengan menggunakan uang sekalipun. Maka dari itu, cukuplah saya tidak percaya hanya kepada orang-orang yang menggerus habis kepercayaan yang saya tanamkan ke mereka. Dan itupun sebisa mungkin saya minimalisir. Karena sejujurnya, rasa ketidak percayaan itu sebenarnya sangat tidak menenangkan hati, hidup menjadi waswas, penuh curiga, apalagi sampai menumbuhkan benih dendam. Dan jika ditanya apa saya suka mengalami ketidak percayaan kepada orang? Tentu saja tidak suka, siapa yang ingin hidup dalam ketidak percayaan kepada orang lain. Maka dari itu saya selalu berdoa untuk dilembutkan hatinya agar senantiasa memaafkan kesalahan orang lain, dan meminimalisir rasa ketidak percayaan itu.
Barangkali lebih tepatnya, siaga boleh, tapi jangan sampai tidak percaya.
Masuk ke kasus lain,
Dalam suatu hubungan rasa saling percaya juga sangat amat dibutuhkan.
Saya pernah menyimak suatu pembicaraan yang mengatakan,
"Rumah tangga itu dibangun dari suatu kepercayaan" dan tentu saja dengan melibatkan Allah di dalamnya.
Maka dari itu penting untuk memupuk rasa saling percaya dari dini. Bayangkan jika rumah tangga yang tidak saling percaya, dibumbui dengan rasa curiga, hati tidak tenang, ujung-ujungnya cekcok. Tapi tentu saja didukung pula dengan kejujuran agar kepercayaan yang dibangun tidak serta merta roboh. Btw, saya belum berumah tangga sih, jadinya nggak tau juga kondisi rumit bin ruwet nya kehidupan rumah tangga seperti apa wkwk. Tapi, membayangkan rumah yang dilingkupi suasana ketidak percayaan saja sudah sangat menyeramkan. Jika suami istri saja tidak saling percaya, bagaimana bisa meyakinkan orang-orang diluar bahwa rumah tangga kita baik-baik saja? bagaimana bisa saling berpegangan kokoh jika ada masalah yang datang menghinggapi rumah tangga.
Jadi siapapun kamu nanti, mari kita saling menumbuhkan rasa percaya ya, kita bukan manusia sempurna kok, tapi dengan segala keterbatasan yang kita miliki jangan sampai mengurangi bahkan saling meniadakan kadar kepercayaan satu sama lain. Kamu, iyaa kamu, entah lah siapapun itu :D
Kepercayaan itu adalah sebuah effort besar atas sesuatu. Maka dengan begitu kita harus sungguh meyakini dari dalam hati tanpa bersuudzon yang tak terarah. Dan, sebagai seseorang yang diberi kepercayaan, kita juga tidak boleh dengan mudahnya mematahkan kepercayaan orang. Karena sekali lagi, kepercayaan itu mahal. Sekali saja hilang, sungguh butuh effort dan niat yang besar pula untuk mengembalikannya.
Tapii, lupa saya bilang, boleh percaya, untuk sesuatu yang baik saja ya. Hati-hati jangan percaya dengan yang menjerumuskan atau yang dapat membinasakan. Harus cerdas memilah-milah :D
Jadi, mari kita sama-sama belajar menjadi seseorang yang mempercayai dan bisa dipercaya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar