Sabtu, 19 Mei 2018

Tentang dia



Aku akan bercerita, tentang seseorang, sebut saja namanya dilan, yang lagi beken nan tenar sekarang itu loh.  Kalo nama aslinya, cukup aku saja yang tahu namanya, biar dia bekennya dihidupku aja~ (Huweek, bikin muntah yang baca wkwk)

Tapi dilanku yang ini tidak seperti dilan, dia tidak romantis, dia juga tidak pandai berkata-kata apalagi merayu. Jangan-jangan jika adu kegombalan denganku, aku yang menang hahaha. Tapi, aku juga gatau sih, sometimes, seseorang hanya menunjukkan apa yang dia ingin tunjukkan ke orang-orang. Bisa jadi sebenernya dia punya bakat romantis tersembunyi, entahlah, hanya dia dan Allah yang tau :3

Dia juga tak terlalu bagus dalam berkomunikasi. Selama aku berinteraksi dengan beberapa orang baik di SMA maupun di kuliah,  baru kutemui orang yang unik dalam berkomunikasi seperti dia. Unik dimananya? ehm, entahlah, banyak hal yang kadang aku juga bingung sendiri menanggapinya, yang pada akhirnya menimbulkan beberapa kesalahpahaman yang berujung pada diriku yang sebel sendiri haha. Mungkin aku yang tak cukup pintar memahaminya, atau tak cukup pandai menangkap maksudnya yang tersirat itu. Tapi, meskipun kadang berkomunikasi dengannya membuatku sedikit menghela napas, tapi aku rindu jika komunikasi kami tak ada. Ah entahlah, kadang justru aku merindukan keunikan dirinya itu. :)

Dia juga tak bisa ditebak, kadang baiik banget, kadang dingin banget. Kadang bikin ketawa, kadang juga bikin bete tingkat dewa, huftt. Kadang suka ngeledekin, tapi kadang juga kalo diledekin dia meledak (kalo yang ini mungkin diriku yang bercandanya keterlaluan ._.) Kadang ramah, kadang kayak orang asing. Kadang perhatian, kadang juga cuek nya bikin pengen di kremes-kremes di penggorengan, wkwk. Yaaa, dia berubah-ubah seperti bunglon, atau jangan-jangan dia beneran siluman bunglon? :O (Duh di blog nggak bisa ekspresif yaa, karena gaada emoticon-emoticon unyu kaya di whatsapp :| )

Meskipun begitu, aku juga tak megerti mengapa dia yang harus ada memenuhi hati ini. Hufttt dia menyebalkan, kenapa suka banget jadi hantu yang mengganggu pikiranku . -____-

Kami sering bercanda, kami sering bertukar pikiran, kami sering ngobrol ngalor ngidul nggak jelas, bahkan sampai ngebicarain hal-hal absurd di masa lalu kami masing-masing *ups. Meskipun begitu, terkadang juga banyak hal yang menyebabkan kami saling memprasangkai, aku dengan segala prasangkaku, dan dia dengan segala prasangkanya. Yang mungkin segala prasangka-prasangka kami itu hanya hidup dari pikiran kami, yang sebenarnya tak seperti apa yang kami pikirkan.  Kami hidup dari prasangka-prasangka itu, yang kuharap pada akhirnya segala prasangka itu akan melebur dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Meskipun begitu, aku tak pernah tahu, pikiran apa yang dia pikirkan tentangku. Entahlah. Aku terkadang selalu ingin meminjam otaknya sejenak, untuk melihat apa isi pikirannya tentangku. Baik kah? buruk kah? Aku berharap, apapun itu, semoga adalah sesuatu yang baik.

Oh iya, ada satu hal yang terlupa, poin penting dari dia.
Dia berhati hangat. Entah mengapa jika bersamanya membuatku selalu tenang, bahkan jika hanya sekadar duduk dan tanpa bicara sekalipun. Mungkin dia tak pernah tahu, jika selama ini saat aku sudah mulai memasuki titik jenuh atau memiliki beban pikiran, atau menemui masalah yang membuatku hendak menangis, keberadaannya yang selalu aku cari. Hanya berbicara sedikit, atau ngobrol sejenak, terkadang aku sedikit mulai membaik. Tapi sepertinya dia memang tidak tahu. Soalnya setiap berapa kali aku mengalami kesusahan, dia tak pernah benar-benar ada di sana, ditempat yang kubutuhkan  -_-"
Tapi aku harus akui, meskipun banyak yang tak kumengerti darinya, dan banyak hal absurd yang kutemui darinya, sebenarnya dia memiliki bakat sebagai seorang yang penyayang di masa depan, dari caranya memperlakukan keluarganya, sepertinya demikian. hmm, tapi entahlah, semoga memang demikian yang terjadi.
Sssttt... tapi diam-diam ya. Kurasa dia tak tahu kalau dia pernah dicintai hihi. Tak apa-apa dia tak tahu, aku juga tak berharap banyak dia tahu. Kalau kata dilannya milea, selama dia masih ada di bumi, itu sudah cukup *tsaah. Haha, ya bagiku, selama dia masih ada di bumi, masih sehat dan baik-baik saja, aku sudah senang. Iya, kan? 
Aku ingin bercerita, Pernah suatu hari ia mengalami kecelakaan, dan aku sungguh khawatir setengah mati. Ingin segera menghampiri tapi gabisa. Ingin berbicara via telpon, tapi aku sungkan. Dan masa-masa itu adalah masa paling mendebarkan bagiku(Lebay yak wkwkwk). Aku tak begitu banyak tahu kondisinya. Saat itu aku sungguh tak meminta banyak, aku hanya ingin dia segera pulih, kakinya, tangannya, dan semuanya, menjadi dia yang sehat seperti sedia kala. Pernah juga dia sakit, lumayan parah sepertinya, dan aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya termenung di tempat yang jauh darinya dan cuma bisa berdoa, semoga ia lekas sembuh. Untuk kedua kalinya, aku akhirnya menyadari, aku tak begitu mengharapkan ia denganku, dengan siapapun dia, asal kan ia baik-baik saja, sudah cukuplah. Selama aku masih bisa melihat dia, sudah lah, tak apa-apa. Semoga dia sehat selalu. Tak apa-apa. tak segalanya di dalam hidup ini harus terekspektasi sesuai yang kita harapkan kan? Karena terkadang ada beberapa orang di dunia ini, yang mungkin dihadirkan untuk kita sebagai perantara untuk mendewasakan kita, dan menyadarkan kita arti kehidupan yang sesungguhnya. Dan dia, mungkin hadirnya ia, menjadi satu anugerah bagiku karena dengan adanya, aku belajar banyak hal yang sedikit banyak mendewasakan dan membuka pikiranku bahwa arti cinta tak sesempit hanya sekedar memiliki dan mendapat balasan. Pada akhirnya, konsep cinta, akan terus meluas, tak hanya sekadar konsep cinta anak SMA. haha.

Oh iya, tenang saja, nanti kubisikkan siapa dia. Tapi ada syaratnya. Jika suatu saat nanti kamu bertemu orangnya. Tolong pastikan dia baik-baik saja, pastikan dia hidup diantara orang-orang yang mencintainya, dan pastikan orang-orang disekitarnya menjaganya. Tangan ini, meskipun sangat ingin tapi tetap saja tak bisa menjaganya. Aku pernah mencoba, untuk menjaganya dari sesuatu yang buruk, tapi ternyata aku malah menghancurkannya. Mungkin sekarang dia membenciku. Entahlah. Mungkin aku memang tak bisa dengan benar menjaganya. Aku mungkin memang tak cukup baik memahami apa yang dia mau. Syukurlah dia memiliki banyak orang yang menjaga dan mencintainya, sehingga aku tak perlu khawatir dengan hari-harinya.

Satu lagi, jika bertemu dia, tolong katakan kepada dia, terima kasih telah lahir ke bumi, dan menjadi salah satu bagian penting dari ceritaku. Terima kasih telah ada untuk kucintai :)

Dari aku,
seseorang yang pernah dengan diam-diam menjadikannya salah satu tokoh utama dalam cerita kehidupanku.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar