Jumat, 01 Juni 2018

Welcome, June!




Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak 
dari hujan bulan Juni
dihapuskan jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucap
diserap akar pohon bunga itu

[Sajak "Hujan Bulan Juni" oleh Sapardi Djoko Damono]

****



Bulan Juni menjadi sesuatu yang sedikit "tak terlupakan" dalam perjalananku. Banyak jejak yang terukir di bulan musim penghujan ini. Baiklah, kali ini aku akan sedikit membahas mengenai masa lalu di bulan Juni. 

Juni pertama, Juni 2015
Setiap manusia diciptakan sepaket dengan segala perasaannya, perasaan senang , sedih, tenang, cemas, bahagia, takut, dan beragam paket perasaan lainnya. Dan perasaan itu silih berganti datang memvariasikan diri dalam kehidupan kita. Tidak ada yang bahagiaa terus, tidak ada juga yang sediih terus. Semua sudah diciptakan sepaket. Tinggal bagaimana kita mengelolanya agar segala jenis perasaan itu dapat terakomodir secara baik dalam hidup kita, secara seimbang, dan tanpa membuat kita lupa dengan Sang Maha Pencipta Rasa.

Dan mungkin aku lupa dengan konsep itu, aku hanya berpikir hidup akan terus berjalan dengan membawa bahagia dan rasa senang. Aku lupa bahwa hidup tak selamanya membuat kita berada di puncak yang paling atas. Disaat kita bahagia, kita juga harus bersiap diri untuk menyiapkan ruang untuk rasa lain yang bisa saja datang menghampiri sewaktu-waktu, yaitu perasaan "sedih dan kecewa".

Bulan-bulan sebelumnya kulewati dengan penuh rasa bahagia, ceria, tawa, dan penuh semangat. Namun bulan Juni menjadi titik balik semua rasa yang telah kusimpan rapi di bulan sebelumnya, dan menjadi sinyal pengingat kepadaku yang seolah berbisik "bersiaplah memasuki zona terendah dalam hidupmu." haha. Itu sedikit menakutkan jika diingat kembali. 
Tak selamanya apa yang kita rencanakan berjalan manis sesuai ekspektasi kita. Tak selamanya janji berujung menjadi bukti. Tak selamanya apa yang kita yakini didepan mata dapat kita yakini secara benar seterusnya. Dan tak selamanya apa yang kita kira akan kita miliki, akan benar-benar kita miliki. Untuk pertama kalinya, aku meleburkan air mata yang berkepanjangan, untuk sesuatu yang jika diingat kembali mungkin tak pantas untuk ditangisi. Dan sinyal itu benar, aku masuk kedalam zona terendah dalam hidupku, terpuruk, seperti mayat hidup. Ah entahlah, seperti apa keadaanku saat itu. Mungkin pantas aku menyematkan pepatah "hidup segan mati tak mau" jika kuingat kondisiku di masa lalu. Untungnya pikiranku sedikit teralihkan dengan materi skripsi dan bimbingan-bimbingan yang beruntun tak berhenti, sehingga aku masih bisa mengkategorikan diriku sebagai makhluk hidup, karena masih harus berpikir haha. Selebihnya, aku hanya memakai topeng. Topeng yang kusiapkan dalam kepura-puraan untuk mengatakan "aku baik-baik saja" jika bertemu dengan orang lain. Tersenyum dan ikut tertawa sebagai respon tanggapan atas percakapan yang terbangun tiap berapasan dengan orang lain. Dan saat sendiri, aku menumpahkan kembali segala apa yang aku rasakan dan pecah menjadi air mata, menyendiri dalam suasana sepi. Ah, jika aku kembali di masa itu, mungkin aku akan menarik keluar diriku agar tak sendiri meratapi segala kesedihan seorang diri, harusnya aku memanfaatkan banyak waktu untuk menimbun segala kesedihan itu dengan tertawa riang bersama teman-temanku, jika kutahu waktu ku bersama mereka tak banyak dan tak lama, karena setelahnya kita akan terpisahkan jarak oleh penempatan ini hiks (sudahlah, penyesalan kan memang selalu datang belakangan -_-").

Juni kedua, Juni 2016
Bulan Juni menjadi permulaan hujan yang tak berkesudahan dalam pikiranku. Aku tak mengerti mengapa sungguh sulit menimbun segala kenangan yang membawa mimpi buruk dalam kehidupanku. Aku seperti hendak melangkah, tapi kakiku masih terikat dan tak bisa beranjak. Segala memori di waktu silam terus saja berputar dipikiranku. Apakah aku masih membenci masa lalu? Hingga ia masih terus menerorku? Semakin aku ingin lupa, semakin ia tertanam dalam pikiranku. Padahal aku sudah bermigrasi, hingga tak mengharuskanku mengingat tiap hal yang berhubungan di masa lalu. Tapi tetap saja, segala flashback cerita, segala peristiwa yang terjadi, terus menerus berputar dan menjatuhkanku lagi.  Ternyata berjalan dengan masih menggenggam masa lalu ditangan, hanya akan membuat tanganmu terluka. Juni kedua, sesungguhnya aku sudah mendapatkan penawar atas luka masa laluku. Tapi, ah sudahlah, meskipun penawarnya ada, namun jika untuk meraciknya harus terjatuh lagi, lebih baik aku mencoba membiarkan luka itu mengering dengan sendirinya. Fase kehidupan yang menjatuhkanku menjadikanku belajar untuk tidak terjatuh lagi di masa depan. (Sudah luka, jatuh lagi, terus luka lagi yang ada bonyok deh ntaran T.T)

Juni ketiga, Juni 2017
Harusnya tahun ini adalah tahun yang membahagiakan untukku. Andaikan kejadian menyakitkan itu tak terjadi. Tapi akupun sadar, sebuah pengandaian hanyalah sebuah kamuflase yang membuat kita berangan-angan untuk sesuatu yang tak akan terjadi. 3 kali bulan juni berlalu, bayangan masa lalu itu masih ada. Masih ada bukan untuk kubenci, harusnya, tapi untuk kujadikan pelajaran untuk kehidupanku selanjutnya. Meskipun jika mengingatnya, aku masih harus bersusah payah menahan air mata untuk tidak jatuh. Meskipun aku masih harus belajar tersenyum banyak untuk menutupi kekalutan perasaanku. Dan lagi ketika berakhirnya bulan Juni, yaitu bulan berikutnya, aku harus belajar bertemu kenyataan yang sudah lama kukubur dalam-dalam. Berat, aku sempat protes, mengapa melupakan butuh usaha sesusah ini? dan mengapa jika sudah ingin melupa, harus diingatkan kembali? Oh Ya Allah, aku merasa menjadi hamba-Mu yang sangat bodoh dalam memaknai takdir-Mu saat itu. Padahal sudah jelas Engkau berikan pertanda untuk terus mendekat kepada-Mu saat diri ini jatuh dalam posisi terlemah. 


Dan begitulah, aku mungkin tak perlu menguraikan apa yang aku alami saat itu. Yang jelas, segala proses yang aku alami di masa lalu pada akhirnya menyadarkanku bahwa, tak ada satupun peristiwa yang terjadi tanpa membawa suatu hikmah dalam kehidupan. Segala jatuh bangunnya kejadian yang pernah aku alami, pada akhirnya akan menempaku menjadi seseorang yang kuat, mendewasakanku, dan mengajarkanku berbagai filosofi kehidupan. Dan yang paling penting, menyadarkanku bahwa, Allah sungguh Maha Baik padaku dengan tidak membiarkanku berjalan di jalan yang salah, yang mungkin menurutku baik namun belum tentu baik menurut-Nya. Mengajarkanku untuk berharap hanya kepada-Nya. Dan banyak lagi hikmah lainnya yang kudapat yang tak bisa kusebutkan satu persatu.

Tahun ini, memasuki hari pertama di bulan Juni. Aku semakin sadar, bahwa tak ada yang perlu disesali untuk setiap masa lalu yang dilewati. Karena dengan adanya, akan membentuk kita untuk berproses menjadi seseorang yang lebih baik lagi di masa kini dan di masa depan. kata seorang temanku yang baiiikk hatinya :
"Kita harus belajar menerima dan memaafkan masa lalu. Dengan begitu hati kita akan menjadi tenang."

Maka dari itu, bulan Juni kali ini aku berharap tak ada lagi drama masa lalu yang bermunculan di pikiranku. Aku harus melepaskan tali yang mengikat langkahku di masa lalu untuk dapat berlari mengejar masa depan. Semoga selanjutnya, tak ada lagi kejadian yang sama yang terulang kembali. Aku yakin, Allah sudah menyiapkan cerita terbaik untuk kita masing-masing :)
Btw, kata teman baikku yang tadi :
"Salah satu tanda kita sudah dapat memaafkan masa lalu adalah dengan menuliskannya tanpa beban dan tanpa ada perasaan sakit di hati" 

Makanya kurangkum sedikit masa laluku disini walaupun hanya secara global, untuk menjadi pengingat, bahwa ini loh aku, yang dulu pernah jadi kayak mayat idup ternyata udah hidup dan bangkit lagi dari zona terendah nya hahaha. Kalo diinget-inget diriku zaman dulu jadi pengen ngakak sendiri wkwk. Sudahlah, namanya juga history, setiap orang pasti punya cerita masa lalunya masing-masing kan. Tinggal bagaimana kita mengolahnya menjadi sesuatu yang positif untuk kita di masa depan.

Btw nggak tahu kenapa, kalo udah masuk bulan Juni rasanya jadi pengen puitis-puitis gimana gitu. Mungkin karena nuansa cuaca nya yang hujan-hujan syahdu gitu. Tambah lagi ketularan sajak-sajak di bukunya Sapardi Djoko Damono jadilah semakin berasa feel romancenya gitu haha. 

Eh kelupaan, si penawar yang ada di juni kedua tadi, aku juga mau mengucapkan terima kasih. Sebenernya secara nggak langsung, sedikit banyak kehadirannya bisa jadi penyembuh luka dan pemudar kesedihan di masa lalu haha. Terima kasih banyak si penawar :D

Daan,
Selamat tinggal masa lalu,
Selamat datang Juni yang baru :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar