Setiap manusia memiliki benang takdirnya sendiri, dengan satu ujung benang tersebut digenggam oleh ia sendiri, dan ujung lainnya digenggam oleh belahan jiwanya, seseorang yang menjadi takdirnya kelak.
Sampai kelak takdir itu jelas, maka sebelumnya kumpulan benang itu hanya berupa gumpalan benang kusut yang carut marut, tak dapat diterka siapa si empunya ujung satunya, belum terterka ujung benang siapa akan bertemu ujung benang siapa.
Sampai kelak kita berhasil mengurainya, mengurai benang kusut itu menjadi untaian benang lurus, dan kemudian menemui si pemilik ujung yang lain.
Segalanya saling tarik-menarik, mencari-cari, menerka-nerka, dan berjalan menyusuri benang takdir yang membawa kita menuju dia, tujuan kita yang sebenarnya sudah bersatu dalam satu benang, tapi tak kita sadari adanya, karena gumpalan kusut itu menyamarkan tujuan kita.
Sampai nanti, sampai kita saling menemukan, saling memiliki satu ujung dengan ujung lainnya, sampai benang kita utuh dimiliki berdua, saat itu lah kita mulai akan belajar memintal benang takdir kita,
merajutnya menjadi kain-kain kehidupan, yang menjadi pelindung istana kita,
merajutnya menjadi tangga-tangga kehidupan, yang menjadi jalan bagi kita, menjadi jalan bagi sepasang manusia untuk berjalan bersama menuju Surga, tempat terindah yang diciptakan Sang Pemilik Takdir, sebagai reward untuk harmonisasi islami makhluk-makhluk-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar