Rabu, 13 Juni 2018

Menjadi Orang Tua



Ceritanya tadi pas ke pasar, ga sengaja  ngeliatin seorang anak yang dipukulin ibunya karena anaknya nangis minta dibeliin mainan. Trus pas tadi masak2 didapur ga sengaja juga denger ada tetangga saya remaja pria yg teriak2 bentak sana sini dirumahnya , entah ke siapa, semoga bukan ke bapaknya. Pernah juga saya temui seorang anak yg, maaf, agak "kurang ajar" sikap nya terhadap oranglain dan orangtua nya masa bodoh dengan prilaku anaknya yg mengganggu itu. Saya  kadang agak trenyuh melihat hal2 seperti itu. Dan kadang saya heran, bagaimana bisa seorang anak tumbuh menjadi nakal, atau bagaimana bisa orangtua bisa cuek2 saja dengan anaknya, dan berbagai hal lainnya.

Sebagai seorang anak, saya mungkin tak paham banyak hal tentang menjadi orangtua.
Sehingga sampai sekarang saya masih bertanya-tanya pola didik yang mana yang benar untuk diterapkan kepada anak
Ada banyak hal yang saya pelajari seiring berjalannya waktu,
dari berbagai macam kasus parenting yang sering saya temui dalam lingkungan sekitar
Maka ada banyak hal pula yang saya tangkap dan simpulkan berdasarkan pemahaman dangkal saya ini.

banyak hal yang saya pikir hanya saya simpulkan berdasarkan judgment pribadi saya sendiri
dan saya menyadari bahwa tiap orangtua punya cara tersendiri dalam menerapkan pola didiknya
yang beberapa diantaranya tak bisa saya simpulkan apakah itu baik atau benar,
karena ternyata masih ada apa-apa yang dulu saya anggap salah ternyata sangat memberi dampak baik kedepannya
dan yang apa-apa dulu saya anggap wajar ternyata berdampak negatif bagi kedepannya

Mungkin dari beberapa banyak potret sosok "orang tua", saya hanya bisa menangkap beberapa point penting yang menurut saya harusnya dilakukan dalam tahap pola didik anak.
1.  Tidak berkata kasar di depan anak, tidak berbuat yang buruk di depan anak, dan tidak bertengkar di depan anak. Anak adalah sebaik-baiknya peniru. dan anak adalah pembelajar yang baik khususnya jika sudah memasuki masa pertumbuhan. Tanpa sadar, apa-apa yang orangtua lakukan di depan anak-anak akan mempengaruhi karakter anak di masa depan. Mungkin benar apa yang terbilang, orangtua adalah guru pertama seorang anak, dengan rumah adalah sekolah pertamanya. Banyak hal baru dan pertama yang anak pelajari dari orangtua, terlepas dari kondisi lingkungan sekitar yang juga sangat mempengaruhi. Maka sebagai orangtua mungkin harus sangat berhati-hati dalam bersikap di depan anak, ucapkan lah yang baik-baik, ajarkan lah yang baik-baik, karena anak sangat mudah belajar dari praktek yang orangtua lakukan daripada hanya sekadar menjelaskan secara teori kepada anak.
2. Jangan sembarang menjudge atau melabel anak dengan sifat-sifat yang buruk.  Karena apa yang orangtua ucapkan bisa menjadi doa untuk si anak, maka harusnya selalu menyebut anak dengan sifat-sifat yang baik. Sebenarnya menjudge anak dengan yang buruk sedikit banyak akan berpengaruh terhadap dampak psikologis anak. Anak akan menjadi rendah diri dan merasa kurang mendapat apresiasi dari orangtuanya.  Anak juga akan menjadi tersugesti dengan perkataan orang tua, seperti menyebut anak bodoh, maka si anak akan tersugesti bahwa dia adalah seorang anak yang kurang  pintar dan tak bisa melakukan apa-apa karena pengaruh judgment dari orang tua, anak tidak akan berkembang karena tidak didukung dengan apresiasi yang baik dari orangtua. 
3. Penting untuk membangun komunikasi antara orangtua dan anak. Sebagai seorang anak, saya sangat merasakan efek dari komunikasi tersebut, karena dengan komunikasi yang lancar, saya merasa mendapat perhatian yang besar dari orangtua. Komunikasi akan mendekatkan orangtua dan anak, menumbuhkan rasa percaya anak kepada orangtua, pun sebaliknya. Karena menurut saya, peran orangtua bagi anak itu banyak, seperti menjadi tempat berbaginya, tempat curhatnya, tempat untuk memetik nasehat dan lain sebagainya. Pastinya sesuai dengan takarannya dan tak melupakan adanya peran dan posisi sebagai orangtua dan anak.
4. Terakhir, yang paling utama. Menanamkan anak tauhid sedari kecil. Mengenalkan Allah, Islam, dan segala syariatnya kepada anak. Karena pembentukan tauhid anak jauuh lebih mudah jika sudah ditanamkan saat anak masih polos, belum terkontaminasi lingkungan, dan saat anak masih baru akan mengenal dunia. Sehingga kecintaannya kepada Allah sudah jauh bertumbuh seiring dengan pertumbuhan usianya. Karena anak sudah terbiasa hidup dalam kondisi islami maka diharapkan saat ia beranjak dewasa, dalam dirinya sudah tertancap kuat akar tauhid yang benar, sehingga ia tidak akan mudah terpengaruh lingkungan yang semakin kesini sudah semakin mengkhawatirkan. Dan saya yakin setiap orangtua selalu menginginkan anak-anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Karena salah satu amal yang tidak akan terputus meskipun seseorang sudah meninggal ialah doa anak-anak yang sholeh dan sholehah. Semoga kita semua dapat menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah serta mampu menghasilkan generasi anak-anak yang sholeh dan sholehah. aamiin.

Dan begitulah, saya hanya bisa mengulas 4 poin yang menurut hasil pengamatan saya layaknya diterapkan dalam hal parenting. Sebenarnya masih banyaaaak sekali poin-poin parenting lainnya, pembahasan di atas hanya seujung kuku saja. Namun untuk yang lain, saya belum bisa beropini karena saya paham tiap orang tua punya caranya sendiri dalam mendidik anaknya. Karena saya tahu tiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuknya, meskipun terkadang menurut si anak hal tersebut adalah hal yang buruk. Tapi mungkin itu karena kacamata kehidupan si anak belum sejelas orangtuanya, belum seluas orangtuanya, belum sedalam apa yang sudah dijalani orangtuanya, dan tak dapat dipungkiri, saya juga terkadang merasa hal ini tidak seharusnya begini, hal ini tidak seharusnya begitu. Namun lambat laun saya sadar, tak ada satupun orangtua yang ingin menjerumuskan dan menyiksa anaknya, ya jika orangtua nya benar, kalo orangtuanya menyimpang ya beda lagi kasusnya. Saya paham bahwa apa-apa yang orangtua saya lakukan, meskipun itu terkadang diprotes anak-anaknya dalam hati (kalo terang-terangan gaada yang berani  ._.), itu semua beliau-beliau lakukan hanya untuk melindungi anaknya, agar anak-anaknya tumbuh dengan baik, agar anak-anaknya menjadi manusia terbaik, karena mereka sayaang sekali dengan anak-anaknya. Jadi, jika masih diomel, masih dimarahi, masih dinasehati, itu tandanya mereka sayang, walaupun cara mengekspresikannya berbeda-beda. Dan lagi, saya belum menjadi orangtua, jadi saya belum tahu bagaimana perjuangan menjadi orangtua.

Terkadang saya berpikir, menjadi orangtua sungguh berat, tanggung jawabnya besar, belajarnya perlu banyak, Namun anak-anaklah investasi terbesar dan berharga bagi orangtua. Anaklah salah satu sumber pahala yang akan mengalir terus hingga nafas terhenti. Maka dari itu, tak masalah dari sekarang belajar ilmu parenting kan ya. Apalagi seorang ibu yang memiliki porsi besar dalam mendidik anak-anak. Dan terjawablah pernyataan mengapa perempuan harus berakhlak baik, karena dari rahimnya lah akan lahir generasi-generasi masa depan yang akan membentuk dunia menjadi lebih baik. Terjawablah pernyataan  yang sering mengatakan apa manfaat seorang perempuan sekolah tinggi namun hanya berada dirumah, atau mengapa seorang perempuan harus pintar dan cerdas. Karena ialah jendela dunia anaknya, ia harus mengerti seluruh hal jika kelak anaknya bertanya kepadanya. Karena darinyalah akan lahir generasi cerdas baik akademik maupun agamanya.
Kalo kata mbak Dian Sastro "Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas."

Tapi bukan berarti, seorang ayah nggak harus ngapa-ngapain. Ayah juga turut berkontribusi penting dalam perkembangan anak-anaknya khususnya pengembangan karakter anak-anak. Apalagi seorang ayah adalah pemimpin dalam rumah tangganya, maka ayahlah yang menentukan kearah mana kelak keluarga khususnya anak-anaknya akan bertumbuh. Ayahlah yang akan menuntun keluarganya menjadi keluarga kecil yang baik dan islami. 

Setiap dari kita sudah memiliki tugasnya masing-masing, dan suatu saat kelak kita pasti akan menjadi seorang ibu atau ayah. Maka dari itu, semoga kita semua menjadi ayah-ayah dan ibu-ibu yang baik dan mampu menumbuhkan anak-anak yang baik pula :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar