Dulu, dari sejak aku tamat SD, mama ku ingin sekali aku masuk pondok pesantren. Namun karena aku anak pertama dan masih terbilang kecil waktu itu, orang tuaku masih agak berat melepaskanku untuk mondok. Akhirnya aku pun di daftarkan di salah satu madrasah Tsanawiyah di kotaku. Aku yang dulu maunya masuk ke SMP negeri tentu saja menolak. Alasannya, teman-teman ku banyak yang bersekolah di SMP negeri, sementara aku bersekolah di Madrasah yang tak ada satupun temanku di sana *wajar, masih pikiran anak kecil nih, masih suka main-main*
Selain itu juga aku yang asalnya dari SD negeri biasa belum siap banget masuk madrasah yang isi muridnya sebagian besar berasal dari Madrasah Ibtidayah. Aku takut keteteran pelajaran yang sebelumnya belum pernah kupelajari, terutama pelajaran agamanya yang terpecah menjadi 5 cabang pelajaran, "Fiqih, Al-Quran Hadits, SKI, Bhs. Arab, dan Aqidah akhlak". Aku takut ketinggalan dibanding teman-teman lain yang berasal dari MI, karena mereka sebelumnya sudah mempelajari 5 pelajaran agama itu dari SD, sementara aku yang berasal dari SD biasa hanya belajar pelajaran agama layaknya sekolah biasa, hanya 1 pelajaran, yaitu "Pendidikan Agama Islam".
Dan satu lagi yang membuatku malas, pendaftarannya harus melalui tes pula. Susah payah orangtuaku membujukku, akhirnya dengan berat hati aku mengikuti juga tes tersebut, dengan syarat jika aku tidak lolos tes aku bebas memilih sekolah negeri lain yang aku inginkan, dan orangtuaku setuju. Namun, sepertinya takdirku memang harus dijalani di Madrasah Tsanawiyah ini. Yah, aku lolos.. Orangtuaku sangat senang melihat namaku tertulis di papan pengumuman sebagai satu dari sekiaan ratus siwa yang lolos. Saat semua orang bersenang-senang, aku malah nangis karena lolos, karena itu artinya kesempatanku untuk sekolah di SMP negeri sirna. *hahaha.. kalo ingat kejadian ini ngakak sendiri.. :')
Well, 3 tahun pun kujalani di MTs negeri 1 pontianak. Awalnya berasa berat, namun lama-lama aku menjadi biasa dengan semua keadaannya. Malah aku bersyukur telah didaftarkan orangtua ku di sini. Ibadah ku terjaga, ditambah lingkungan yang islami, setidaknya lumayanlah meskipun tak seislami pesantren. Dan dimulai dari sinilah aku pun mulai terbiasa berjilbab, dan melakukan aktivitas islami lainnya.
Masa SMP berlalu, menginjak masa SMA, orangtuaku membebaskan ku memilih SMA yang aku inginkan. Walaupun sebenarnya mamaku ingin aku masuk pondok, tapi jujur aku berasa belum siap. Belum siap untuk berpisah dengan orangtua. Belum siap memasuki masa-masa pondok yang katanya disiplinnya super ketat. Dan sebenarnya mamaku juga berat ngelepasin aku pergi jauh, dan akhirnya berdasarkan pertimbangan ini dan itu, akhirnya terurung lagilah keinginan mamaku untuk memasukkan ku ke pondok. Dan akupun memilih melanjutkan SMA di salah satu SMA negeri yang cukup terkenal karena prospek ke depan untuk melanjut ke perguruan tinggi nanti sangat bagus di sini. Maksudnya sekolah ini bisa terbilang sukses melahirkan para bibit-bibit unggul yang sukses menembus perguruan tinggi ternama. Dan masa SMA ku pun ku habiskan di sini, SMA Negeri 1 Pontianak.
Dikarenakan ini SMA negeri, bedalah kondisinya dengan madrasah. Akhirnya akupun masuk ke organisasi rohis di sekolah ini, agar apa yang telah terbekal ketika MTs kemarin tidak hilang begitu saja. Dan menurutku meskipun ini hanya SMA negeri tapi kondisi islaminya turut diacungi jempol, dan aku senang bisa berada dalam kekeluarga rohis di sekolah ini, di sini aku lebih banyak belajar lagi tentang keagamaan, dan di sini aku mengenal Liqo, Mentoring, dakwah, dan lain sebagainya. Oh iya, di sekolahku rohisnya bernama FDRM (Forum Diskusi Remaja Muslim). Dan alhamdulillah aku diberi amanah menjadi pengurus inti di FDRM ini, dan banyak pengalaman berkesan yang aku dapat di sini, teruatama
tentang ilmu yang sebelumnya belum kudapatkan.
Dan dari sinilah berawal aku menjadi agak menyesal kemarin-kemarin tidak mondok saja. Tapi penyesalan memang selalu datang belakangan. Semua sudah terjadi, tak mengapa, di sini aku juga bisa menempa agama dan ibadahku, setidaknya aku masihlah punya bekal masalah keagamaan, meskipun terkadang terbersit sesekali penyesalan. Apalagi jika aku bertemu adik sepupuku yang sekarang mondok. Subhanallah, masih 12 tahun sudah hafal Surat Ar-Rahman. Aku iri banget. serius dua rius, sungguh aku iri sekali, Ah, andai waktu bisa kembali. Sayangnya itu mustahil terjadi.
Dan masa SMA berlalu. Masuk ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi, "Kuliah". Dan di sinilah takdirku berada sekarang, di kampusku tercinta ini Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, yang letaknya di luar Kalimantan (baca : Jakarta). Dan akhirnya berpisah juga aku dengan orang tuaku, yang dulu paling sering aku takutkan akhirnya aku alami juga. Berat, memang. Terlebih bagiku yang sebelumnya belum pernah berpisah dari orang tua. Berada di kota orang tanpa keluarga dan tak ada lagi yang mengingatkan jika aku lalai. Teringat selalu pesan orangtua ku "Jangan macam-macam di kota orang". Tentu aku sangat mencamkan kata-kata itu.
Sudah setahun aku di sini. Di sini, di kota besar banyak godaan, terlebih lagi tidak ada lagi yang menjaga dan mengingatkan, oleh karena itu agar ruhiyah ku teteap terjaga aku kembali bergabung dengan rohis. Setidaknya melanjutkan apa yang dulu telah kudapat. Agak berbeda dengan rohisku ketika SMA, karena ini cakupan nya agak luas, maka kegiatan-kegiatan yang di adakan pun luar biasa. Lagi-lagi aku mendapat banyak pengalaman baru.
Dan satu yang spesial lagi, ada "Rumah Quran". Nah, berbelit-belit kuceritakan alur perjalananku, sebenarnya intinya ada di sini, di Rumah Qur'an ini. Karena apa? Begitu mendengar kegiatan-kegiatanya, aku merasa ini seperti pondok pesantrennya STIS. Teringat kembali aku akan keinginan mamaku yang sampai sekarang belum terwujud. Aku ingin menjadi anak yang suatu saat dapat menjadi kebanggaan orangtua, tak hanya dalam kesuksesan dalam karir, tapi juga kesuksesan dalam agama dan ibadah. Yang sangat aku antusiaskan yaitu kegiatan tahfidz Al-Qur'annya, aku pengen banget bisa jadi penghafal Al-Qur'an. Selain itu juga ada mabit dan kegiatan-kegiatan lain yang pengen banget aku ikuti. Sungguh aku sangat-sangat ingin ada di sini. Namun mungkin tak sembarang orang bisa masuk. Aku agak menciut, apalagi hafalan ku belum baik. Dan ketika ku membaca form pendaftarannya, ada pertanyaan masalah ngontrak di Rumah Qur'an jika seandainya lulus. Aku agak berat di sini nih. Jujur, aku sudah merasa nyaman dengan lingkungan kosku saat ini, terlebih lagi kami satu kos udah seperti keluarga. Tapi aku juga kurang tahu itu gimana prosedurnya ntar. Yang sekarang paling penting, aku pengen banget masuk ke sana, masuk dalam lingkungan Rumah Qur'an. Meskipun gagal mondok di pesantren tapi setidaknya aku bisa menjadi seorang hafidzah Al-Quran, Aaamiin Ya Allah.. Karena semua itu nanti akan aku persembahkan untuk orangtuaku. aamiin..
Oh iya, ini brosur Open Reqruitmen RQ.. ^^ Bismillah, Wish me here.. :')
Oh iya, ini brosur Open Reqruitmen RQ.. ^^ Bismillah, Wish me here.. :')
Walaupun aku tidak bisa memenuhi keinginan mamaku untuk mondok, Semoga adekku bisa memenuhinya. Adekku yang ketiga, *adekku yang kedua sih, jangan kan mau di daftarkan, dengar nama pesantren langsung meleleh-leleh air matanya, ga mau pisah sama orang tua. -___-" * Adekku yang ketiga, namanya Muhammad Khairul Imami. Dari kecil dia sudah ditempa orangtuaku belajar agama. Imam memang sengaja dipersiapkan bekal agamanya jauh lebih awal karena ia satu-satunya anak cowok yang suatu saat nanti menjadi tumpuan harapan orangtuaku. Sejak 3 tahun ia sudah dimasukkan ke tempat pendidikan Islam anak Mujahidin, bahkan di umur segitu udah bisa hapal doa-doa nih ^^. Trus SD nya dimasukkan ke MI dan sekarang alhamdulillah sudah kelas 4, dan rencananya Insya Allah SMP bakal langsung di daftarkan ke pondok pesantren. Dan adekku sendiri malah suka dengan itu, Aku sering tanya, nanti gede mau jadi apa? Jadi udztadz katanya, sambil senyum-senyum. Ah, subhanallah. Semoga adekku ini bisa jadi harapan orangtuaku, sebagai satu-satunya anak cowok, yang nantinya bakal memimpin untuk mendoakan orangtua. Menjadi pengganti ayahku kelak sebagai imam di daerahku. Aamiin.. Cepat tumbuh besar dek, Jadi anak sholeh dan jadi kebanggan orang tua. ^^
dan untuk adekku yang bungsu, yang masih 7 bulan, semoga kelak tumbuh jadi anak yang sholehah. aamiin.. *huhu, kangen rumah jadinya* T.T
Kadang juga muncul guyonan dari mamaku kalo lagi nelpon. "Kakak di sana nanti kalo cari suami yang paling penting itu agamanya, harus bisa memimpin doa dalam keluarga, kalo bisa kayak ayah, lebih juga malah makin baik". *haha.. aku masih kecil mamaa, belum saatnya mikir hal itu* -___-"
Dan bismillah, di sini aku juga akan berusaha terus memperbaiki agamaku, Insya Allah, semoga kelak bisa memberikan hadiah spesial untuk orangtuaku di akhirat nanti. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar