Kadang seorang teman memanggil kita kemudian mengajak menepi ke
tempat yang agak sepi. Agak berbisik ia berkata, “Mbak maaf, kerudungnya
carang..” Atau, “Maaf Mbak, itu gamisnya menerawang.. didobel lagi
dengan rok warna gelap Mbak..”
Karena sebuah tulisan mengungkapkan ribuan makna yang tak terucap dalam lisan.
Sabtu, 28 Desember 2013
Cerpen ~Jilbab Si Pensil Warna~
Jakarta,
2011
Keheningan menyusup dalam malam.
Sepoi-sepoi angin terasa dingin menerpa wajah, menyusup hingga menusuk iga.
Segera ku menutup rapat jaketku, menutupi celah angin yang hendak merambat
masuk menggigilkan tubuhku.
Kamis, 26 Desember 2013
12 jam bersama BPH Bimbel :D
Kalo kata orang itu "terserah" berarti tak memberi jawaban apa-apa, tapi berbeda untuk kata itu bagi hari ini. :)
Bermula dari keisengan cuap-cuap kami saat chat di facebook, tetiba muncul ide buat makan-makan khusus bph bimbel. Oh iya sebelumnya yang belum tahu siapa aja bph bimbel itu (atau
lebih tepatnya mantan bph karena kami sudah reorganisasi alias pemilihan
bph baru) nih kukenalin, ada galuh di posisi ketua, adit di wakil, kiky
di sekretaris dan aku di bendahara. ^^
Selasa, 24 Desember 2013
Jika Cinta tak Bercerita
Entah mengapa hari ini, tulisan pertama sejak terakhir kali aku tidak menulis, yah entah mengapa tema yang terpilih adalah kata itu, kata abstrak yang memiliki multi interpretasi, bermakna ganda, beragam variasi makna dari tiap jutaan bahkan milyaran insan yang telah merasakan getarannya. Sungguh hebat. Ya, kata itu "cinta".
Selasa, 05 November 2013
Belajar men"deadline"kan diri
Hai perkenalkan, aku adalah penulis masa depan. Jika suatu saat nanti Allah menakdirkan, aku akan menelurkan karya-karyaku, dan jika karyaku dipajang di etalase-etalase toko buku ternama, aku akan dengan bangganya berkata, "Ini karyaku lohh". Dan 10 orang pertama yang mengucapkan selamat, aku akan kasi potongan diskon 50% untuk tiap pembelian bukuku. Hihii...
Kamis, 31 Oktober 2013
Hai, Slope!
Sabtu, 26 Oktober 2013
MASTERPIECE (Make A Special Training Educatif for Pioneer Islam Religius and Creative)
Sabtu, 26 Oktober.
Hari ini awalnya berasa berat sekali untuk dijalani. Betapa tidak, hari ini 2 agenda penting dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. H-14. Aku ingat hari itu aku mendapat sebuah jarkom
Selasa, 22 Oktober 2013
Malam dan keharuannya
Langit semakin kelam. Melarut dalam hari. Jarum jam sudah menunjukkan lewat tengah malam, tapi mataku masih terjaga, terjaga akan aroma malam yang pekat, hingga enggan untuk terpejam. Malam ini aku tersentuh akan dua hal yang membuatku terharu dan rasanya sungguh ingin menitikkan air mata. Well, 1 menit, 2 menit, dan menit-menitpun berlalu. Akhirnya tanpa sadar sukses juga membangunkan buliran hangat dari kelopak mata ini. Ya, Malam ini sungguh menyelimutiku dalam keharuan.
Kalian tau arti kesuksesan? bukan dia yang dengan lancar menyelesaikan suatu hambatan tanpa menemui suatu persoalan, bukan dia yang terkenal dengan puncak karier yang didapat secara instan, bukan dia yang berjalan dalam kesuksesan dengan menggunakan kaki orang lain, bukan. Kesuksesan saat kalian berhasil bangkit dari keterpurukan dan mencoba untuk tegap berdiri kokoh dengan kaki sendiri menghadapi tantangan zaman yang berliku, mengobati luka akibat kegagalan dengan berjuang sekuat tenaga untuk bisa meracik obat berupa kesuksesan.
Satu quotes motivasi yang selalu kusukai dan menjadi alarm pengingat tersendiri di pikiranku :
"Kau tidak akan pernah merasakan manisnya kesuksesan jika kau tak pernah mengalami pahitnya kegagalan."
Setiap manusia pasti pernah menemui kegagalan, yang jadi titik intinya adalah bagaimana menyikapinya. Aku juga pernah gagal, dan itu memang menyakitkan. Namun belajar dari itulah kita akan menjadi lebih baik. Dan sebuah tulisan dari seorang teman sungguh membuatku terharu. Semua belum berakhir teman, mungkin saat kau sedang bersedih dan menangis, Allah sedang memelukmu, mengijabah tiap doa dan harapanmu, mengganti tetesan air matamu dengan kesuksesan yang gemilang di masa yang akan datang. Wahai teman, jalan masih panjang, kesuksesan tak ada yang tau kapan ia datang, bisa saja mungkin kau lebih dulu sukses dari kami, bisa saja, Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaNya. Semoga kau tetap tegar. Mungkin jika berada di posisi itu aku juga akan bersedih sepertimu, dan aku masih belum yakin apakan aku bisa setegar dirimu. Maaf jika kemarin di saat aku mengurus akademik mahasiswa lain sana - sini, aku ternyata malah melewatkan orang-orang yang terdekat. Maaf jika aku tak mampu berbuat banyak untuk mengobati rasa sedihmu. Tapi
yakinlah aku, kami dan semuanya selalu menyayangimu, mendoakan yang
terbaik, aku yakin kita akan menemukan kesuksesan kita walaupun melalui
jalan yang berbeda. Ah, benar saja, tulisan itu siratan hati yang tak bisa dibaca melalui lisan, bahkan ia jauh lebih dalam menyentuh hati, mewakili tiap perasaan yang tersimpan di hati.
Makanya aku selalu ingin menjadi penulis, agar aku mampu mewakili tiap ucapan hati yang terkunci rapat dimulutku menjadi sebaris kata indah yang dapat menghibur ribuan pasang mata. #yaah jadi melenceng dari topik. Intinya semangat teman! Ingatlah terus bahwa kesuksesan sedang menunggu kita di akhir cerita. :D
Makanya aku selalu ingin menjadi penulis, agar aku mampu mewakili tiap ucapan hati yang terkunci rapat dimulutku menjadi sebaris kata indah yang dapat menghibur ribuan pasang mata. #yaah jadi melenceng dari topik. Intinya semangat teman! Ingatlah terus bahwa kesuksesan sedang menunggu kita di akhir cerita. :D
Selain tulisan yang menyentuh hati, satu lagi yang membuatku terharu. Tadi ba'da maghrib salah satu adek dari kelompok yang kubimbing saat magradika datang ke kosanku dengan membawa sebuah bingkisan kado. Dari kelompok algoritma katanya. Ya, kelompok magradika yang kudampingi. Hanya saja belum sempat kubuka karena tadi buru-buru pergi keluar menunaikan satu agenda penting. Saat malam sudah menggelayut tinggi, baru kutersadar, sebuah bingkisan cantik sedang menanti untuk dibuka. Kuprediksi layaknya kado lainnya, boneka, atau assesoris lucu lainnya. Ketika kubuka, seketika aku terpana, air mata menggelayut di pelupuk mata, Ya Allah, mereka memberikanku mukenah bersama sajadah. Inikah kebersamaan atas ukhuwah cinta Islam? Kebersamaan yang dibangun atas ukhuwah indah yang mereka rajut bersama. Aku sungguh terharu, terlebih atas tas mukenah yang mereka rakit sendiri dengan flanel dan assesoris lain. Cantiknya. Aku terharu, mereka mengolah dengan tangan mereka sendiri. :')
Adek-adek, anna uhibbukumfillah :)
Walau magradika berakhir, Semoga silaturahim kita tetap terjaga di dalam dunia perkuliahan, bahkan mungkin hingga kita menjadi partner kerja di daerah nanti. Tetap pertahankan kekompakan, kreativitas, inovasi, serta persaudaraan kalian yang begitu tinggi. Karena inilah algoritma 55. You're always the best for me. :)
kado dari algoritma :') |
Oh iya tak lupa juga makasiih buat dek fitri yang udah ngasi boneka cantik. Pokoknya makasiih banget buat adek-adek yang udah ngasi apapun itu. Thank you for all.. :)
Yaah, malam ini cukup sukses membuatku terharu. Apapun itu baik cerita sedih maupun cerita bahagia. Semoga akhirnya tetap tercatat sebagai kisah yang indah. :)
Percayalah, akan ada pelangi indah setelah hujan, dan akan ada senja merona yang mengakhiri fajar yang indah -AF-
Jumat, 11 Oktober 2013
Sepetik Kisah di Perang Uhud
Bongkar-bongkar file di laptop, trus ga sengaja nemu file ini. Tiba-tiba teringat suatu kegiatan yang merangkai kisah yang tak bisa kugambarkan dengan kata-kata. Kisah yang membawaku jatuh ke dalam ukhuwah indah yang menuntunku ke arah kebaikan . Ukhuwah yang sungguh manis. Aaah, bahkan terlalu manis jika kunikmati sendiri , hingga ia harus kubagi dengan saudara-saudara tercintaku di sana dalam suatu jalinan silaturahim :D
Oke, jangan fokus ke kisahku, tapi fokus ke kisah di bawah ini aja. Kisah yang terjadi di zaman Rasulullah. Kisah yang sungguh menggetarkan jika dihayati dengan seutuhnya. Kisah yang menceritakan bagaimana Rasulullah SAW bahkan sampai terluka parah demi membela Islam, tentang bagaimana para sahabat yang setia melindungi Rasulullah dari serangan musuh, yang dengan gigih berjuang demi agama Allah. Perang dimana Islam mengalami kekalahan akibat kelalaian hingga merenggut banyak nyawa. Subhanallah. Kisah inspiratif yang patut kita renungkan, kisah yang menggugurkan banyak sahabat sebagai syuhada. Semoga kita mampu memetik hikmat di tiap rangkaian ceritanya.
PERANG UHUD
Perang
Uhud merupakan perang yang berkecamuk di dekat gunung Uhud. Sebuah gunung yang
dikatakan oleh Rasulullah :“Ini gunung yang mencintai kami dan kamipun
mencintainya.” Gunung dengan ketinggian
128 meter kala itu, sedangkan sekarang ketinggiannya hanya 121 meter. Bukit ini
berada di sebelah utara Madinah dengan jarak 5,5 km dari Masjid Nabawi.
Perang
ini terjadi pada bulan Syawall tahun ketiga hijrah Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi
Wassalam ke Madinah. Namun mereka
berselisih tentang harinya. Pendapat yang yang paling masyhûr menyebutkan bahwa
perang ini terjadi pada hari Sabtu, pertengahan bulan Syawal.
Perang
ini dilatar belakangi oleh api dendam kaum Quraisy yang dipicuh oleh pengalaman
pahit yang mereka alami pada waktu perang Badar yaitu banyaknya pemuka Quraisy
yang gugur . Penyebab lain yang tidak kalah pentingnya yaitu misi menyelamatkan
jalur bisnis mereka ke Syam dari kaum Muslimin yang dianggap sering mengganggu.
Mereka juga berharap bisa memusnahkan kekuatan kaum Muslimin sebelum menjadi
sebuah kekuatan yang dikhawatirkan akan mengancam keberadaan kaum Quraisy. Pengalaman
pahit yang dirasakan oleh kaum Quraisy dalam perang Badar telah menyisakan luka
mendalam nan menyakitkan. Betapa tidak, walaupun jumlah mereka jauh lebih besar
dan perlengkapan perang mereka lebih memadai, namun ternyata mereka harus
menanggung kerugian materi yang tidak sedikit. Rasa sakit ini, ditambah lagi dengan tekad
untuk mengembalikan pamor Suku Quraisy yang telah terkoyak dalam Perang Badar,
mendorong mereka melakukan aksi balas dendam terhadap kaum Muslimin. Sehingga
terjadilah beberapa peperangan setelah Perang Badar. Perang Uhud termasuk di
antara peperangan dahsyat yang terjadi akibat api dendam ini.
Pada
malam Jum’at ketika itu, Rasulullah bermimpi. Keesokan harinya beliau menceritakannya kepada para shahabat.
Beliau bersabda: “Saya lihat dalam
mimpi, seperti mengayunkan pedang lalu patah di tengahnya. Ternyata itu adalah
musibah yang dialami kaum mukminin pada waktu perang Uhud. Kemudian saya
ayunkan lagi, lalu kembali menjadi lebih baik. Ternyata adalah kemenangan dan
persatuan kaum mukminin. Dan saya lihat beberapa ekor sapi. Demi Allah, ini
adalah kebaikan. Dan ternyata mereka
adalah kaum mukminin yang gugur sebagai syuhada”.
Pada
awalnya Rasulullah lebih memilih untuk tetap di Madinah, jika kaum Quraisy
masuk barulah mereka diperangi, karena
Beliau ingin memanfaatkan bangunan-bangunan Madinah serta memanfaatkan
orang-orang yang tinggal di Madinah. Namun para sahabat rasulullah berkata
bahwa mereka tidak pernah masuk ke kota ini di masa jahiliyyah, bagaimana bisa
mereka masuk ke kota ini di masa Islam. Lalu Rasulullah berkata :”tereserah
kamu kalau begitu”. Dan beliau langsung mengenakan pakaian perangnya.
Orang-orang Anshar menyadari bahwa mereka telah berani membantah pendapat
Rasulullah. Lalu mereka datang menemui beliau dan berkata :”Ya Rasulullah,
terserah Anda kalau begitu”. Beliau berkata :”tidak pantas bagi seorang Nabi
jika sudah mengenakan pakaian perangnya, lalu melepas kembali sampai ia
berperang”. Akhirnya merekapun berangkat, mula-mula dengan 1000 pasukan, 50
orang diantaranya pasukan panah. Namun di tengah perjalanan, Abdullah bin Ubay
bin Salul berbalik pulang dan membawa 300 orang. Di antara alasan Abdullah
membelot adalah karena Rasulullah dan
para shahabatnya tidak menyetujui usulnya untuk bertahan saja di dalam kota
Madinah. Sedangkan kaum musyrikin
berjumlah 3000 orang . Seratus di antaranya adalah pasukan berkuda. Sayap kanan
dipimpin oleh Khalid bin Al-Walid yang ketika itu belum masuk Islam. Sedangkan
di sebelah kiri dipimpin oleh ‘Ikrimah bin Abu Jahl yang juga belum masuk Islam
pada saat itu.
Rasulullah
menyerahkan bendera kepada Mush’ab bin ‘Umair dan mengangkat ‘Abdullah bin Ummi
Maktum menggantikan beliau sebagai imam shalat di Madinah. Beliaupun memilih
beberapa pemuda. Siapa yang masih dianggap terlalu muda, tidak beliau bawa.
Termasuk di antara mereka adalah Ibnu ‘Umar, Usamah bin Zaid, Al-Bara` bin
‘Azib, Usaid bin Zhahir, Zaid bin Arqam, Zaid bin Tsabit, ‘Arabah bin Aus dan
‘Amr bin Hazm. Adapun yang mampu, beliau gabungkan dalam pasukan, dan mereka
adalah yang sudah berusia 15 tahun; di antaranya adalah Rafi’ bin Khadij dan
Samurah bin Jundab. Akhirnya Rasulullah
n dan para shahabat meneruskan perjalanan hingga sampai di salah satu lembah di
kaki gunung Uhud. Beliau jadikan Uhud berada di belakang pasukan muslimin. Dan
beliau melarang mereka menyerang sampai beliau sendiri yang memerintahkannya.
Nabi
mengangkat Abdullah bin Jubair sebagai komandan bagi pasukan panah yang
berjumlah lima puluh orang, kemudian beliau berpesan kepada mereka untuk tetap
berada di markas mereka apapun yang terjadi kepada pasukan perang yang lain,
sampai mereka dipanggil. Rasulullah n memerintahkan pula mereka agar menyerang
kaum musyrikin dengan panah agar mereka tidak menyerbu kaum muslimin dari arah
belakang.
Setelah
pasukan berhadapan, Rasulullah menawarkan pedangnya kepada shahabat. Beliau
berkata: “Siapa yang menerima pedang ini dariku?” Para shahabat menjulurkan
tangan mereka dan berkata: “Saya, saya.” Beliau berkata pula: “Siapa yang
menerimanya dengan (menunaikan) haknya?” Kata Anas (rawi): “Merekapun menarik
tangan mereka.” Lalu berkatalah Simak bin Kharasyah Abu Dujanah sambil berkata:
“Saya yang menerimanya dengan haknya.” Maka diapun bertempur dengan pedang itu
membelah kepala-kepala kaum musyrikin.
Abu Dujanah setelah menyambut pedang Rasulullah itu, mengikat kepalanya dengan sehelai kain merah yang sudah diketahui semua orang bahwa itu berarti dia siap bertarung sampai mati. Diapun memanggul pedang beliau dan berjalan di hadapan Rasulullah sambil berlagak. Rasulullah melihatnya dan berkata :” Sungguh ini adalah cara berjalan yang dibenci oleh Allah, kecuali di tempat yang seperti ini.”
Abu Dujanah setelah menyambut pedang Rasulullah itu, mengikat kepalanya dengan sehelai kain merah yang sudah diketahui semua orang bahwa itu berarti dia siap bertarung sampai mati. Diapun memanggul pedang beliau dan berjalan di hadapan Rasulullah sambil berlagak. Rasulullah melihatnya dan berkata :” Sungguh ini adalah cara berjalan yang dibenci oleh Allah, kecuali di tempat yang seperti ini.”
Genderang
perang berbunyi. Yang pertama kali memulai dari kalangan musyrikin adalah Abu
‘Amir. Namanya Abdu ‘Amr bin Shaifi dan dijuluki rahib, tetapi oleh
Rasulullah dia dipanggil Fasiq. Pada
masa jahiliyah dia termasuk tokoh Aus, setelah Islam menyebar di Madinah dia
merasa sesak dan menampakkan permusuhannya terhadap Rasulullah. Kemudian dia
keluar dari Madinah dan bergabung dengan musyrikin Quraisy.
Di sana dia membangkitkan keberanian Quraisy untuk menyerang Rasulullah. Bahkan menjanjikan bahwa apabila kaumnya melihat dia tentu mereka akan mengikuti dan taat kepadanya. Ketika mereka sudah berhadapan dengan pasukan muslimin, Abu ‘Amir memanggil kaumnya agar mengikutinya. Tapi mereka justru berkata kepadanya: “Allah tidak menyenangkan penglihatan dengan kamu, wahai orang fasiq.”
Di sana dia membangkitkan keberanian Quraisy untuk menyerang Rasulullah. Bahkan menjanjikan bahwa apabila kaumnya melihat dia tentu mereka akan mengikuti dan taat kepadanya. Ketika mereka sudah berhadapan dengan pasukan muslimin, Abu ‘Amir memanggil kaumnya agar mengikutinya. Tapi mereka justru berkata kepadanya: “Allah tidak menyenangkan penglihatan dengan kamu, wahai orang fasiq.”
Petempuran
berlangsung dengan hebat, masing-masing berusaha menjatuhkan lawannya. Abu
Dujanah yang saat itu memegang pedang Rasulullah berhasil menembus
jantung pertahanan kaum musyrikin hingga mereka kocar-kacir. Pedang Rasulullah
n yang di tangannya terayun menyambar setiap lawan, hingga akhirnya sampai di
sebuah kepala ternyata kepala Hindun binti ‘Utbah isteri Abu Sufyan yang ketika
itu masih musyrik. Abu Dujanah merasa tidak rela mengotori pedang Rasulullah n
akhirnya menarik pedang itu dan mencari lawan yang lain. Hanzhalah putera Abu
‘Amir Fasiq, bertempur dengan hebatnya sampai ke jantung pertahanan musuh
bahkan sudah siap menebaskan pedang ke kepala Abu Sufyan bin Harb ketika itu.
Namun Syaddad bin Al-Aswad mendahuluinya, akhirnya diapun gugur sebagai syahid.
Dan ketika itu dia sedang junub. Waktu itu, Hanzhalah sedang berpengantin baru
dengan isterinya. Ketika dia mendengar panggilan jihad, dia segera bangkit
menyambut seruan itu. Rasulullah menerangkan kepada sahabatnya bahwasanya
malaikat memandikan jenazahnya.
Kemenangan
tampaknya menjadi milik kaum muslimin. Perlahan tapi pasti pasukan musyrikin
mulai kewalahan. Akhirnya mereka melarikan diri meninggalkan gelanggang
pertempuran meninggalkan wanita-wanita mereka. Inilah tahap awal jalannya
pertempuran.
Dalam peristiwa ini, para shahabat wanita juga ikut bertempur dengan hebatnya. Sebut saja Ummu Imarah Nusaibah binti Ka’b yang ikut mengayunkan pedang, namun dia terluka hebat ditebas oleh ‘Amr bin Qami`ah yang ketika diserangnya mengenakan dua lapis baju besi.
Dalam peristiwa ini, para shahabat wanita juga ikut bertempur dengan hebatnya. Sebut saja Ummu Imarah Nusaibah binti Ka’b yang ikut mengayunkan pedang, namun dia terluka hebat ditebas oleh ‘Amr bin Qami`ah yang ketika diserangnya mengenakan dua lapis baju besi.
Pasukan
musyrikin berantakan dan melarikan diri meninggalkan perempuan-perempuan mereka. Melihat kejadian ini, pasukan panah
yang berada di bagian belakang lupa dengan tugas yang dibebankan Rasulullah kepada mereka. Akhirnya merekapun turun
meninggalkan markas mereka. Kata mereka: “Lihat ghanimah (rampasan perang,
red), ghanimah! Mari kita kejar. Musuh sudah kalah. Apalagi yang kalian
tunggu?!”
Abdullah bin Jubair z berusaha mengingatkan mereka: “Apakah kamu lupa pesan Rasulullah ?” Namun kata mereka: “Demi Allah, kami akan datang ke sana untuk mengambil ghanimah.” Mereka tidak mengindahkannya, lantas merekapun turun dari bukit tersebut. Mereka merasa yakin kaum musyrikin tidak mungkin kembali. Tempat itupun kosong dari penjagaan. Kaum musyrikin melihat peluang ini, segera menempatkan posisi mereka. Akhirnya mereka berhasil mengepung barisan kaum muslimin. Mendapat serangan balik ini, beberapa gelintir shahabat di bukit itu masih berusaha bertahan. Namun merekapun gugur satu demi satu, semoga Allah mengampuni dan meridhai mereka. Perlahan namun pasti, pasukan musyrikin mulai menyerang ke depan. Sementara pasukan musyrikin yang tadi melarikan diri juga berbalik menyerang kaum muslimin. Keadaan kaum muslimin mulai terjepit, diserang dari arah depan dan belakang. Para shahabat kocar-kacir. Kaum musyrikin maju mendekati posisi Rasulullah . Mereka berhasil melukai kepala beliau, memecahkan gigi seri beliau. Bahkan beberapa kali beliau terperosok ke dalam lubang yang digali oleh Abu ‘Amir Fasiq dan melempari beliau dengan batu-batuan.
Abdullah bin Jubair z berusaha mengingatkan mereka: “Apakah kamu lupa pesan Rasulullah ?” Namun kata mereka: “Demi Allah, kami akan datang ke sana untuk mengambil ghanimah.” Mereka tidak mengindahkannya, lantas merekapun turun dari bukit tersebut. Mereka merasa yakin kaum musyrikin tidak mungkin kembali. Tempat itupun kosong dari penjagaan. Kaum musyrikin melihat peluang ini, segera menempatkan posisi mereka. Akhirnya mereka berhasil mengepung barisan kaum muslimin. Mendapat serangan balik ini, beberapa gelintir shahabat di bukit itu masih berusaha bertahan. Namun merekapun gugur satu demi satu, semoga Allah mengampuni dan meridhai mereka. Perlahan namun pasti, pasukan musyrikin mulai menyerang ke depan. Sementara pasukan musyrikin yang tadi melarikan diri juga berbalik menyerang kaum muslimin. Keadaan kaum muslimin mulai terjepit, diserang dari arah depan dan belakang. Para shahabat kocar-kacir. Kaum musyrikin maju mendekati posisi Rasulullah . Mereka berhasil melukai kepala beliau, memecahkan gigi seri beliau. Bahkan beberapa kali beliau terperosok ke dalam lubang yang digali oleh Abu ‘Amir Fasiq dan melempari beliau dengan batu-batuan.
Dari
Anas ra, katanya: “Ketika terjadi perang Uhud, kaum muslimin berlarian
meninggalkan Nabi . Sedangkan Abu Thalhah tetap berdiri di hadapan Nabi melindungi beliau dengan perisainya. Abu
Thalhah adalah seorang pemanah ulung (sangat kuat dalam menarik panah). Pada
waktu itu dia telah memecahkan dua atau tiga buah busur. Kalau ada yang
melintas dengan membawa panah, beliau berkata kepadanya: “Serahkan panah itu
kepada Abu Thalhah.” Nabi n berusaha melihat suasana pertempuran dari balik
punggung Abi Thalhah. Abu Thalhah berkata: “Ayah dan ibuku jadi tebusanmu (aku
mohon) janganlah anda melihat-lihat, nanti anda terkena panah musuh. Dadaku di
dekat dadamu (sebagai perisai).”
Dalam
pertempuran sengit di bukit Uhud, Ibnu Qami’ah melancarkan taktik licik. Ia
berteriak dengan lantang, bahwa Rasulullah saw telah terbunuh. Teriakan musuh
Allah itu tentu saja sempat menggoyahkan kubu pasukan muslimin. Tetapi di saat
yang sama, kabar bohong itu justru mengendurkan gencarnya serangan pasukan
musyrikin Quraisy. Mereka serentak bersuka ria, karena merasa sudah mencapai
tujuan dan cita-cita utamanya, yaitu membunuh Rasulullah saw. Dan ini
menguntungkan pihak kaum muslimin. Dengan tanpa membuang waktu lagi Rasulullah
saw - yang saat itu sudah berkumpul dengan para sahabat, termasuk Abu Bakar
Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Ali bin Abu Thalib - membawa pasukannya bergerak
memutari bukit dan berupaya naik ke atas untuk mencapai tempat yang aman. Upaya
itu tidaklah mudah, sebab penghadangan dari pihak musyrikin Quraisy masih
terjadi. Namun segala halangan itu berhasil diatasi dengan baik, karena pasukan
muslimin sudah kembali solid. Akhirnya pasukan Rasulullah saw berhasil mencapai
puncak bukit. Dan Perang Uhud yang dahsyat itu pun berakhirlah sudah.
Perang
Uhud benar-benar pertempuran yang dahsyat. Keadaan pribadi Nabi juga sangat menyedihkan. Apalagi kaum musyrikin betul-betul dendam kepada beliau. Beberapa prajurit musyrikin
berusaha mendekati beliau, ada yang berhasil memecahkan topi baja beliau
sehingga melukai kepala dan menembus pipi beliau serta memecahkan gigi seri
beliau.
Pada
pertempuran ini pula salah satu pahlawan Islam, Hamzah bin Abdul Muththalib ,
gugur. Hindun binti Utba, isteri Abu Sufyan, membedah perut Hamzah RA dan
mengeluarkan hatinya serta mengunyahnya untuk melepaskan kemarahannya. Para
penyembah berhala memutuskan untuk kembali ke Makkah karena di dalam pandangan
mereka, misi utama mereka telah tercapai.
PELAJARAN YANG BISA DIPETIK :
Melalaikan
tugas dan tanggung jawab maha penting, terlebih bila karena tergiur godaan dan
nafsu duniawi, akan berakibat sangat fatal. Tidak saja bagi diri sendiri,
tetapi juga bagi sesama dan lingkungan.
Kesetiaan
dan kecintaan para sahabat kepada Rasulullah saw sungguh tiada terbandingkan.
Mereka rela mengorbankan jiwa raganya demi untuk keselamatan beliau.
esetiaan.Sebab, Baginda Rasul adalah
figur pemimpin yang sempurna. Beliau memimpin dengan hati nurani dan
menjalankan kepemipinannya secara bijaksana, adil, jujur dan penuh cinta kasih.
Beliau juga pemimpin yang amanah dan memiliki integritas yang tinggi. Akhlak
dan budi pekertinya pun sangat terpuji. Kehadirannya di tengah sahabat dan
umatnya, senantiasa mendatangkan keteduhan, kesejukan dan ketentraman.
Sumber :
*Buku Sirah Nabawiyah
Senin, 07 Oktober 2013
AMA2ING OCTOBER edisi "Felix Y. Siauw"
Setelah berlelah-lelah dengan
beragam aktivitas di kampus, saatnya pulang. Walaupun belum sepenuhnya
rangkaian kegiatan kampus selesai, tapi mau gak mau ya harus pulang, karena
memenuhi janji sama orangtua. Seperti yang pernah kusebut di postingan
terdahulu, habis kelar kepanitiaan magra mesti langsung balik. Yaudah
sih ikut aja, daripada ntar ga dibolehin ikut panitia ini itu lagi.
Seneng sih pastinya mudik, cuma berasa ada yang hilang. Mungkin masa
transisi kali ya dari yang awalnya sibuk banget, langsung jleb jadi
santai tingkat dewa. Haha, jadi berasa ada yang hilang gitu. Kalo
sebelumnya berangkat subuh pulang malem, di sini seharian diem di rumah
doang. Apalagi di rumah cuma sendirian. Tapi ya udah sih dinikmati,
itung-itung istirahat deh..
Dan
maaf juga khususnya buat personil IMSAK karena gak bisa bantu hingga
akhir. Bantu kasi semangat dari sini aja ya plus doa. Walaupun mungkin
tahun ini katanya "puasa gelar dulu" tetap semangat! semoga tahun depan
bisa kita sabet lagi gelar terbaiknya :)
Nah, back to topic, sebelum
balik ke Pontianak, aku sempat ngeliat sebuah poster terpublish lebar
di layar facebook. Dan konten poster tersebut membuatku semangat. Apa?
Ada 2 talkshow sekaligus bung diadakan di Pontianak dengan pemateri yang
gak main-main. Waktunya pas pula saat aku ada di Pontianak. Kalo kata
pribahasa nih, Pucuk di Cinta, Ulam pun Tiba. Pas bangetlah buat ngisi kekosongan liburan :D
Ya,
ada training dan bedah buku "How to Master Your Habits" bersama Ustadz
Felix Y. Siauw dan juga ada Talkshow inspiratif "Sepotong Hati yang
Baru" bersama Tere Liye.
Nih posternya...
Awalnya sempet galau mau ikut atau
gak mengingat ntar kayak anak hilang di tengah kampus orang. Tapi
kemudian ada temenku yang ngajak berangkat bareng, ya udah akhirnya
ikut. Dan berhubung pula salah satu panitianya adalah sahabatku, jadi
gak kebingungan juga beli tiketnya. Oke fix! Aku ikut ^^
Minggu, 6 Oktober 2013
Ternyata temenku berangkat duluan ke TKP karena suatu alasan, akhirnya aku berangkat sendirian. -_-
Aku
berangkat agak telat. Niatnya sih mau langsung datang pas acaranya udah
mulai aja gitu biar gak kikuk. Tapi pas nyampe, suasana auditorium
Polnep rame banget, antrian buat masuknya panjang. Jadi agak nyesel juga
sih berangkatnya gak awal-awal. Pas masuk ke audit, ternyata temenku
udah nunggu dan nge tag 1 kursi kosong disebelahnya buatku. Tapi yah
karena datangnya emang telat, jadinya dapet kursi di belakang. Tapi
setidaknya dapet kursilah, daripada yang dateng lebih akhir lagi, pada
gak kebagian kursi. Ini kayaknya pesertanya membludak deh, di luar
ekspektasi panitia, jadinya panitia-panitia pada gotong royong
ngangkatin kursi buat peserta. Semangat ya panitia. hehe..
Oke..
Masuk ke bedah bukunya.. Wiih, akhirnya bisa ngeliat Ust. Felix Siauw
dari deket.. Yang kemarennya cuma bisa nyimak kultwit nya doang, baca
bukunya doang, sekarang bisa denger langsung ustadznya ngomong. :D
Kali ini kita ngupas habis buku "How to Master Your Habits"
Berikut sedikit ulasannya..
Jadi semua kemahiran kita itu tidak tergantung karena bakat, maupun akal, tapi karena Kebiasaan.
95% keseharian kita adalah habits, seperti cara berpikir, cara bertindak, dan cara berprilaku. Diri kita itu ibarat lahan kosong, dan habits adalah tanaman. Bila
kita tidak menanam bunga dan tanaman-tanaman yang indah secara
berkesinambungan, maka jangan heran akan muncul rumput-rumput liar yang
memenuhi lahan kosong tersebut. Bahkan, rasa husnudzon maupun suudzon itu juga habits. Ketika
kita sudah terbiasa bersuudzon kepada orang lain, maka akan dengan
mudah pikiran kita untuk terdoktrin akan hal-hal yang memancing kita
untuk bersuudzon. Bohong dan jujur itu juga habits. Jika sudah terbiasa berbohong, maka akan dengan mudah mulut kita untuk berucap kebohongan.
"Ayahnya bernama Latihan, Ibunya bernama Repetisi, Kemudian mempunyai anak namanya Habits"
Apa maksudnya?
Maksudnya, asalkan rajin dilatih dan diulang berkali-kali, maka suatu hal tersebut akan menjadi habits. Tidak harus punya motivasi, karena motivasi itu hanya kunci pembuka awalnya saja, dan tidak harus menggunakan pikiran. Asalkan 2 hal tadi ditanamkan, maka habits akan muncul dengan sendirinya bahkan tanpa kita sadari.
Habits itu bermula dari yang tidak bisa dan sadar menjadi bisa dan tidak sadar. Karena jika sudah menjadi suatu kebiasaan terkadang kita refleks melakukannya tanpa kita sadari. Ya itulah habits.
Untuk menjadi expert seseorang harus berlatih selama 10 ribu jam terlebih dahulu, bahkan seorang pemain basket terkenal harus berlatih memasukkan bola ke dalam ring basket selama 18 ribu kali baru kemudian ia mampu memasukkan bola tepat sasaran.
Habits itu berawal dari
hal-hal kecil, yang kemudian terus dilatih dan dibiasakan hingga
lama-lama akan menjadi besar. Maka dari awal jangan dibiasakan untuk
berbuat keburukan, bahkan jika itu keburukan kecil sekalipun.
Sebaliknya, kita jangan meremehkan kebaikan seseorang walaupun itu
kecil. Karena ingat! "Dari hal-hal yang kecil maka akan tumbuh sesuatu yang besar"
Kemudian kemarin kami diajarkan suatu pengandaian yang terus-menerus kami ucapkan berulang hingga ia tertanam di pikiran.
Apa maksudnya?
Maksudnya, asalkan rajin dilatih dan diulang berkali-kali, maka suatu hal tersebut akan menjadi habits. Tidak harus punya motivasi, karena motivasi itu hanya kunci pembuka awalnya saja, dan tidak harus menggunakan pikiran. Asalkan 2 hal tadi ditanamkan, maka habits akan muncul dengan sendirinya bahkan tanpa kita sadari.
Habits itu bermula dari yang tidak bisa dan sadar menjadi bisa dan tidak sadar. Karena jika sudah menjadi suatu kebiasaan terkadang kita refleks melakukannya tanpa kita sadari. Ya itulah habits.
Untuk menjadi expert seseorang harus berlatih selama 10 ribu jam terlebih dahulu, bahkan seorang pemain basket terkenal harus berlatih memasukkan bola ke dalam ring basket selama 18 ribu kali baru kemudian ia mampu memasukkan bola tepat sasaran.
Imam syafi'i berkata :
“Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali
dengan 6 syarat yang akan saya sampaikan: dengan kecerdasan,
bersemangat, kesungguhan, dengan memiliki bekal (investasi), bersama
pembimbing, serta waktu yang lama!”
Dan kata ustadz Felix, kalo mau jadi penulis, mesti coba luangkan waktu tiap harinya untuk menulis. Tulislah apa saja yang ingin ditulis. Sebenarnya sih kurang lebih 3 jam tiap harinya, namun mengingat jadwal STIS yang padat merayap, mungkin aku mau coba dari 1 hari 1 tulisan boleh kali yaa, itung-itung buat percobaan dulu. Semoga berhasil, setidaknya dijadiin habits dulu, baru nanti kalo udah jadi habits kita poles-poles dikit tulisannya biar jadi tulisan yang menarik dan bermanfaat.
Coba dari yang kecil baru kemudian menjadi hal yang besar! Yeah, I got it!! ^^
Sepetik kalimat dari Ustadz Felix Siauw :
" It's not what they do, but what they did "
Jangan lihat bagaimana ia sekarang, tapi lihat apa yang ia lakukan sebelumnya. Bahasa sederhananya, Jangan lihat hasil, tapi lihat prosesnya. Jangan lihat kesuksesannya sekarang, tapi lihatlah jalan dan perjuangan untuk menggapai kesuksesan tersebut.
Dan biar gak bosan di pertengahan jalan, luruskan motivasi awal. Cari motivasi bukan untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain, tapi untuk Allah SWT.
Super sekali training dari Ustadz Felix Siauw ini, gak sia-sia datang. Ilmunya sungguh ngena. Terima kasih ya Ustadz sudah mau berkunjung ke Pontianak dan berbagi ilmu kepada kami :D
Terima kasih juga kepada FE Universitas Tanjungpura selaku panitia penyelenggara yang sukses menyelenggarakan acara dengan guest start yang waaw abis :)
Oh iya, selain ilmu yang didapat, di sini juga ternyata aku bisa ketemu banyak banget teman-teman SMA ku. Waah, jadi berasa reuni Smansa ih :')
Secara mereka kan banyak yang kuliah di Untan..
Bisa kumpul-kumpul lagi trus ngagendain kumpul bareng :3
Terus ketemu kakak-kakak FDRM jugaa, kangen banget sama ukhuwah organisasi satu ini, organisasi rohis SMA ku :')
Setidaknya liburanku juga tidak hanya diam sia-sia. Selain ilmu dapet, reuninya dapet, kangennya terbayarkan.. hmm.. Seperti tema kegiatannya, AMA2ING OCTOBER, it's so really ama2ing october :)
Oke, next talkshow, kamis nanti, 17 Oktober, bersama bang Tere Liye..
Can't wait it.. ^^
Photo by panitia dokumentasi kegiatan AMA2ING OCTOBER
Jumat, 13 September 2013
Ibu dari 20 anak
Seperti yang pernah terceritakan di postingan terdahulu, tahun ini aku ikut lagi sebagai kepanitiaan dari panitia pendamping magradika 55, sebagai apa? PK lagi.. apa itu PK? PK singkatan dari pendamping kelompok..
entah kenapa masih nyaman berada di posisi ini, belum siap untuk pindah-pindah ke jabatan lain, hehe.
Emangnya keistimewaan PK apa sih kak? kok kakak mau jadi PK? bukannya capek ya ngoreksi nilai ini itu, ngabisin pulsa buat jarkom sana sini, belum lagi kalo adek-adeknya bandel -_-
eittss.. jangan salah, justru itulah keistimewaan PK, selain bertindak sebagai panitia magradika, PK juga bertindak sebagai orang tua. Maksudnya? ya itu, ketika menjadi PK, berarti kita harus sudah siap menjaga 20 anak sekaligus yang bahkan sebelumnya belum pernah kita kenal, ibaratnya seorang ibu yang dititipkan oleh Allah SWT seorang bayi yang sebelumnya tak pernah ia lihat, mengajarkannya berbagai hal di dunia ini, di dunia yang pertama kali dilihat oleh sepasang mata kecil mungil seorang buah hati. Begitu juga PK, mengajarkan adek-adek kelompoknya bagaimana caranya beradaptasi dengan lingkungan kampus baru, mengajarkan etika dan kesopanan, mulai dari yang sebelumnya tak tahu apa-apa, bandel, menjadi seorang mahasiswa yang intelek akan sikap dan prilaku, serta paham akan etika yang mesti dituntut di kampus ini. PK dikatakan berhasil ketika suatu saat adek-adeknya mampu berlaku sopan, disiplin, dan beretika tanpa perlu diingatkan oleh PK terus menerus tiap harinya, seperti orangtua yang mengajarkan anaknya mulai dari merangkak, berjalan, berlari, hingga ia akhirnya bisa benar-benar dapat berdiri kokoh dengan kakinya sendiri. *jadi terharu*
Dan dari sinilah kita dapat belajar bagaimana menjadi orangtua yang baik, jika suatu saat nanti udah punya anak.. #yang ini agak lebay, hehe
Selain itu menjadi PK dapat melatih kita dalam mengendalikan emosi, karena sebagai PK kesabaran benar-benar sangat diuji, jika tidak pandai-pandai mengendalikan emosi, bisa-bisa kita bakal meledak-ledak mulu tiap hari ngadepin 20 kepala yang sifatnya beragam-ragam dan kadang bikin makan hati. Selain itu menumbuhkan sifat perhatian kita terhadap orang lain. Setiap hari sms, ngingatin untuk jaga kesehatannya, jaga makannya, jaga ibadah, dan lain-lain. Dan juga melatih kita membagi proporsi waktu luang untuk kepentingan adek-adeknya, seperti nunggu pengumpulan tugasnya, dan ngoreksi tugas-tugasnya. Dan masih banyaaak lagi. Ayo rasakan sensasi nya sendiri ketika menjadi PK. :)
Capek? ya memang capek, tapi ada kebahagiaan tersendiri yang didapat ketika bertemu dengan adek-adek kelompoknya, ketika ngeliat wajah-wajah letihnya yang tetap bersemangat, yang berpeluh lelah namun tetap energik, yang mengeluh begini begitu tapi tetap nurut, serasa memberi energi tersendiri bagiku, hingga capekpun tak tarasa. Dan nanti ketika magradika telah usai, terkadang memori-memori terdahulu pun menyusup menjadi kerinduan, saat-saat kebersamaan selama magradika pun menjadi memori yang terekam dengan indah di kotak hati. Biar bagaimanapun, sebandel apapun mereka, suatu saat pasti kita akan tersenyum kecil jika mengenangnya.
Ya, overall, menjadi PK itu suatu keistimewaan tersendiri. Menjadi ibu dari 20 anak-anak dari seluruh pelosok dunia, sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan :)
oh iya ini fotoku bersama adek-adek kelompokku, saat magradika 54, Tahun lalu aku menjadi PK kelompok 21, sistem database, tahun ini di magradika 55 aku menjadi PK di kelompok 15, algoritma. kalo yang magradika 55 ini belum ada kesempatan foto bareng sih yaa, jadi apdetannya menyusul ^^
Ayoo, yang tahun depan yang mau jadi panitia magradika, jadikan PK sebagai salah satu pilihanmu, hehe.. just recommended.. ^^
Rabu, 28 Agustus 2013
Abstrak 3~
Ketika ingin mencoba memberikan yang terbaik dan mencoba untuk memberikan kebermanfaatan bagi orang lain, namun yang dilakukan justru memperburuk keadaan, itulah suatu keadaan yang sangat fatal bagiku. Dan ketika semua sudah terjadi, tak ada yang dapat menghilangkan penyesalan tak berarah yang terus menerus menggentayangi tiap senti demi senti titik pikiranku. Ah, dan terlagi muncul satu pernyataan mematikan itu, yang terus menekanku hingga ku muak, yang terus mendesak hingga dadaku sesak untuk memikirkannya, dan ia muncul lagi.. " seharusnya dari awal aku tidak melangkahkan kaki di jalan ini jika akhirnya tak ada kebermanfaatan yang dapat kuberikan."
Kamis, 22 Agustus 2013
Angin . . .
Sepoi angin membelai wajah, ia tak berwujud, hanya saja terasa adanya. Membelai dengan halus, menyejukkan dan menenangkan. Terkadang terasa hanya untuk diri sendiri, padahal nyata nya sepoi angin tersebut menyebar ke berbagai penjuru, menyapu tiap-tiap wajah, agar yang bermuram durja sejuk hatinya, agar yang sedang melamun tersadar dari alam bawah sadarnya, agar yang sedang bahagia menjadi terlengkapi secara sempurna kebahagiaannya. Sepoi angin itu, bukan hanya dinikmati sendiri, tapi dinikmati banyak orang, ia memberi kesejukan tanpa pilih kasih, hanya ingin menunjukkan akan keberadaannya yang mampu peduli pada sekitar. hanya saja terkadang hati terlalu egois, ingin selalu merasakan hembusan si angin, tak peduli ia harus menggunakan berlapis-lapis rajutan kain, yang penting angin tetap menemani, menemani kesendirian yang terasa kaku, terasa hampa, kadang tak peduli jika angin tersebut membuat tubuhnya rapuh, sakit. Hanya saja keberadaannya terus dinantikan. Jika berwujud, tentu sudah dimiliki sendiri, hanya saja ia tak dapat digenggam, ya.. karena ia milik semesta. Ia menyejukkan siapa saja, ia menyejukkan semesta.
Yaa.. angin.. entah kenapa semua terlukiskan bagai angin. semu tak berwujud tapi selalu saja membuat terlena. Tak dapat termiliki secara utuh, hanya mampu merasakan hawa nya sekejap. Bahkan untuk menggenggamnya sejenak, sulit tanpa hasil. Ia selalu pergi, dan memberi kesejukan pada seluruh jagad.
Wahai angin, tidakkah kau hanya ingin bermain sejenak, mengepul-ngepul, membelai-belai wajah. Memancing jiwa-jiwa yang rapuh hatinya, agar terlena akan sejuk hembusanmu. Cukuplah angin, sepoikan hembusanmu hanya untuk jiwa yang berpeluh, yang sangat membutuhkan akan hadirmu. Agar tak ada jiwa-jiwa yang masuk angin, jiwa-jiwa hampa yang terisi angin semu, semu.. semu tak berujung..
Selasa, 20 Agustus 2013
My holiday . . .
Sebenarnya banyak banyak dan banyak banget yang pengen ditulis di blog, cuma aja ga punya banyak kesempatan buat ngetik berjam-jam di depan laptop kalo udah di pontianak. Banyak godaannya, ada aja yang mengalihkan perhatian, kadang juga udah serius mau nulis, eh dipanggil buat bantu ngerjain tugas rumah. Well, akhirnya tuh sketsa-sketsa tulisan di kepala jadi puing-puing yang berserakan. Dan sekarang udah di jakarta, sampai bingung mau nulis apa aja. Abis ceritanya udah pada campur aduk sih di otak.. -_-
oke, garis besarnya dulu aja deh..
Liburan...
di pontianak liburanku banyak kuhabiskan di rumah, jalan keluar bisa dihitung pake jari, ke tempat keluarga 3 hari doang, ditambah jalan bareng sahabat SMP dan SMA ku, selebihnya di rumah. Ngapain? bengong? gak lah, ga sempat itu mah. Kerjaannya ya ngasuh adikku yang paling kecil, Syifa. Umurnya baru 1 tahun 5 bulan. Karena kedua orangtuaku kerja, dan mumpung aku di rumah jadi adikku dicutikan dari tempat penitipannya dan aku yang mengasuhnya di rumah. Berasa benar-benar babysitter, ngurus anak seusia setahunan itu berat juga, dari makan, buang air, nakalnya, dan lain-lain. Tapi ga masalah bagiku, karena banyak fase-fase pertumbuhan adikku yang ga ku ikuti, jadi mumpung libur ini lah benar-benar menghabiskan waktu dengan adikku ini.
Nih ada foto kami ^^
Oh iya, di hari terakhir liburan di pontianak, kami sekeluarga menghabiskan malam dengan jalan-jalan ke alun-alun kapuas, ngeliat air mancur melodi, jadi air mancurnya itu bergerak sesuai irama musik yang diputar, keren. ^^ Tapi ga setiap waktu bergerak, katanya sih hanya sejam doang , tapi cukup memanjakan mata, keren ih, kalo ke pontianak mesti liat nih air mancur ya.. :D
Habis puas melototin air mancur, kami capcus jalan-jalan di sekitaran alun-alun, kadang singgah bentar di beberapa selasaran buat ngeliat barang-barang yang di jual, murah-murah gitu. Terus kami duduk bareng di tepi sungai sambil makan sosis goreng, trus aku beli jam tangan ukiran yang kembaran sama adik pertama ku. Puaas banget rasanya menghabiskan malam terakhir di sini. Sayang waktu terlalu cepat berlalu...
Nih sedikit foto-foto kami di sana :D
Nih ada foto kami ^^
Oh iya, di hari terakhir liburan di pontianak, kami sekeluarga menghabiskan malam dengan jalan-jalan ke alun-alun kapuas, ngeliat air mancur melodi, jadi air mancurnya itu bergerak sesuai irama musik yang diputar, keren. ^^ Tapi ga setiap waktu bergerak, katanya sih hanya sejam doang , tapi cukup memanjakan mata, keren ih, kalo ke pontianak mesti liat nih air mancur ya.. :D
Habis puas melototin air mancur, kami capcus jalan-jalan di sekitaran alun-alun, kadang singgah bentar di beberapa selasaran buat ngeliat barang-barang yang di jual, murah-murah gitu. Terus kami duduk bareng di tepi sungai sambil makan sosis goreng, trus aku beli jam tangan ukiran yang kembaran sama adik pertama ku. Puaas banget rasanya menghabiskan malam terakhir di sini. Sayang waktu terlalu cepat berlalu...
Nih sedikit foto-foto kami di sana :D
Tentang liburan.. hmm.. liburan tahun ini sebenarnya tergolong lama banget, hampir 3 bulanan. Moment yang langka banget, moment yang paling ditunggu-tunggu anak rantauan nih.. Begitu pula aku.
Tapi aku malah menyia-nyiakan moment besar untuk berkumpul lama sama keluarga ini :(
sebenarnya ga menyia-nyiakan sih, hanya saja mengesampingkan dulu untuk mengerjakan sesuatu yang lebih penting. Ya, aku hanya menikmati waktu liburan bareng keluarga sebulan doang, malah ga sampai sebulan ding, kurang dua hari. tanggal 18 agustus kemarin aku udah menginjakkan kaki kembali di jakarta, bergelut dengan amanah-amanah yang berbaris antri menunggu buat ku kerjain.
Amanah pertama, Pelaksana kegiatan Mentoring Akademik (MetA) Matrikulasi 55, Apa itu? merupakan salah satu program kerja Rohis STIS yang bergerak di bidang akademik. Kegiatan ini dikhususkan untuk adik-adik jalur PMDK yang diterima di STIS, yang mana merupakan sharing pelajaran yang diselingi dengan tausiyah dan tilawah. Dan karena aku adalah sekdiv di divisi akademik tersebut maka akupun harus mengoordinir pelaksanaannya untuk yang akhwat. Awalnya kegiatan ini seharusnya sih sekitar bulan mei-juni gitu, ntah kenapa tahun ini matrikulasi dari kampusnya molor lama banget sampai agustus. jadilah kegiatan ini dilaksanakan pas libur.
Amanah kedua, panitia magradika 55. Sebenarnya dulu sempat galau juga mau ikut panitia
atau nggak, mengingat sungguh banyak menyita waktu libur. Hanya saja
ketika amanah itu datang, tak ada yang dapat dilakukan kecuali menerima
dan mencoba memberikan kontribusi sebaik mungkin. Begitu pula denganku.
Ada alasan tersendiri mengapa aku akhirnya menjadi panitia magradika, bukan alasan sekadar nampang atau pengen eksis, hanya saja ada satu alasan yang benar-benar tak bisa ditinggalkan. Akhirnya dengan berapa kali meyakinkan diri akupun mendaftar
menjadi panitia magradika.
Sempat ga dibolehin orangtua, di wanti-wanti biar ga ngikut ini itu, ya tapi sebisa mungkin coba ngeyakinin orangtua kalo ini juga untuk kebaikan. Mungkin ini kesempatan untuk menunjukkan kebermanfaatan kita untuk orang lain dan kampus. Mencoba semaksimal mungkin berkontribusi selama masih bisa. Dan akhirnya diperbolehin ikut dengan kesepakatan "Mesti balik lagi ke Pontianak bulan Oktober" karena mesti ada satu hal yang belum sempat diselesain saat liburan kemarin. Aku mengiyakan karena estimasiku oktober kemungkinan kegiatan sudah berakhir, seperti magradika, matrikulasi, dan terutama DN. Jika pada kenyataannya nanti masih ada kegiatan, sepertinya aku mesti merelakan kegiatan itu. Konsekuensi apa yang diambil, ntahlah, aku juga bingung. Yang aku tahu oktober nanti aku mesti di pontianak.
Mungkin aku sering mendesah, liburanku terlalu pendek dan singkat, kadang ada yang menasehati, makanya jangan ikut banya kegiatan ini dan itu, sebenarnya hanya saja kegiatan itu datang tanpa kucari dan meminta pertanggungjawaban kontribusiku. yah begitulah, jika jalan ini sudah ku ambil, berarti ini lah yang harus kujalani.
Jika saja boleh berandai-andai, terlalu banyak kata "kalau saja" yang akan keluar dari hati ini.
kalau saja aku tidak mengikuti organisasi apapun kemarin, kalau saja aku tak menyibukkan diri, kalau saja tak mendaftar menjadi panitia apapun, kalau saja bla bla bla dan kalau saja bla bla bla, takkan pernah berhenti dan takkan pernah ada habisnya berandai-andai.
Hanya saja kadang aku menepiskan kata itu meski sulit, jujur sulit untuk menepis kata penyesalan ketika sudah melakukannya, penyesalan hal-hal yang telah terjadi. Tapi jika saja sudah satu kali berandai "kalau saja", maka akan muncul banyak "kalau saja dan kalau saja lainnya", dan berbalik dari awal. Kalau saja aku kemarin tidak merantau, kalau saja kemarin aku tidak memilih STIS, kalau saja aku kuliah di pilihan awalku saja. Maka ketika "kalau saja" itu sudah merembet kemana-mana maka akan semakin mengomplekskan pikiran, dan malah akan mengacaukan apa saja target, impian, dan angan-angan yang sudah ditanamkan dan digantung sejauh perjalanan ini.
Maka dari itu, yang kulakukan sekarang hanyalah menikmati, menikmati tiap waktu yang kujalani. Karena suatu saat nanti aku pasti akan merindukan masa-masa ini.
Langganan:
Postingan (Atom)